Salah satu hasil hutan non kayu mangrove yang penting adalah sebagai bahan baku obat-obatan. Eksplorasi dan penelitian mengenai potensi mangrove sebagai bahan baku obat telah banyak dilakukan, tetapi penyebarluasan potensi dan khasiat mangrove ini belum banyak dilakukan dengan optimal sehingga masih banyak pihak yang kurang bahkan belum mengetahuinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bentuk-bentuk pemanfaatan tumbuhan mangrove oleh masyarakat pesisir di Sulawesi. Metode pengumpulan data melalui survey lapangan dan wawancara terhadap masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di pesisir Sulawesi baru mengenal 5 (lima) jenis tumbuhan mangrove sebagai bahan obat-obatan yaitu jenis Rhizophora sp sebagai obat luka akibat digigit ikan dan kepiting, muntaber (akar muda), dan sebagai pewarna pakaian/jala ikan (kulit), Xylocarpus granatum (buah) sebagai obat gatal-gatal kulit serta dapat menghaluskan kulit, Avicennia sp sebagai obat gatal-gatal pada kulit, Ceriops tagal dapat menguatkan gigi biasa digunakan sebagai pengganti sirih (buah) dan obat encok dan kurap (daun). Minimnya pengetahuan masyarakat ini diakibatkan karena sosialisasi yag belum sampai ke mereka, dan pengetahuan ini hanya mereka dapatkan secara turun temurun dari orang tua mereka. Oleh sebab itu, kegiatan sosialisasi tentang manfaat mangrove sebagai tumbuhan obat perlu lebih ditingkatkan lagi.
Hutan lindung memberikan kontribusi yang besar terhadap ekonomi suatu wilayah terutama bagi masyarakat di sekitar hutan. Kontribusi ekonomi berasal dari pemanfaatan hutan lindung berupa produk dan jasa lingkungan yang mempunyai nilai ekonomi jangka panjang, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Pohon damar adalah jenis tanaman hutan yang tumbuh secara alami pada daerah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Larona Malili dan penyadapan getah damar merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan pada wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan manfaat ekonomi damar bagi masyarakat di sekitar KPHL Larona Malili. Metode pengambilan data melalui observasi dan wawancara dengan 30 orang responden. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Data potensi damar dan pendapatan masyarakat dari pejualan getah damar di sekitar KPHL Larona Malili, diperoleh secara purposive sampling terhadap masyarakat yang memanfaatkan getah damar sebagai sumber pendapatan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata potensi pohon damar responden adalah 50 pohon/ha dengan rata-rata produksi getah/pohon adalah 2.685 kg/tahun. Jika harga jual getah damar saat dilakukan penelitian sebesar Rp. 10.000/kg, maka pendapatan rata-rata responden dari nilai jual getah damar adalah sebesar Rp. 26.850.000/tahun. Hal ini menunjukkan, adanya pemanfaatan getah damar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan di KPHL Larona Malili. Protected forests make a large contribution to the economy of a region, especially for communities around the forest. The economic contribution comes from the use of protected forests in the form of the benefits of environmental products and services that have long-term potential value, both tangible and intangible. Damar trees are one of the types of forest plants that grow naturally in the Protected Forest Management Unit (PFMU) region Larona Malili and tapping dammar gum is one of the activities that can be done in this region. This study aims to determine the potential and economic benefits of resin for people around PFMU Larona Malili. Data collection methods through observation and interviews with 30 respondents. Data were analyzed descriptively quantitatively. Data on potential resin and community income from selling dammar gum around PFMU Larona Malili, obtained by purposive sampling for people who use dammar gum as a source of income. The results showed that the average potential of dammar trees owned by respondents was 50 trees / ha with an average production of sap / tree was 2.685 kg / year. If the selling price of resin is done when the research is Rp. 10,000 / kg then the average income of respondents from the selling value of dammar gum is Rp. 26,850,000 / year. This shows, the use of dammar gum can improve the welfare of people around the area in PFMU Larona Malili.
Mangrove forests on Tanakeke Island provide many benefits, both direct and indirect benefits. All the benefits received/enjoyed by the community so far have never been calculated/valued in money so sometimes the community does not realize how much value is actually given by this mangrove forest and how much it contributes to their income. Resource economic valuation is a method used to estimate the monetary value of goods and services provided by mangrove forest resources. The purpose of this study was to determine the total economic value of the benefits of mangrove forests on Tanakeke Island. The total economic value of the benefits of mangrove forests is derived from the value of direct benefits (tree, firewood, charcoal, seaweed stake, fish and mangrove crabs), indirect benefits (anchoring abrasion and intrusion), optional benefits, existence benefits and inheritance benefits. Based on the results of calculations, the total economic value of mangrove forests on Tanakeke Island is Rp73,563,108,250.00/year or Rp127,492,388.00/ha/year. Direct benefits provide the greatest value of Rp44,173,560,000.00/year (60.05%), then indirect benefits of Rp14,257,696,532.00/year (19.38%), the benefit of being Rp10,597,566,668.00/year (14.41%), the inheritance benefit of Rp4,417,356,000/year (6.00%) and optional benefits of Rp116,929,050/year (0.16%).
Latar belakang. Enam bulan pertama kehidupan merupakan kesempatan emas untuk melakukan deteksi dini gangguan tumbuh kembang. Bayi risiko tinggi (risti) merupakan kelompok yang rentan terhadap keterlambatan perkembangan. Contoh instrumen penilaian perkembangan yang terbaru adalah Bayley scales of infant and toddler developmentEdisi III (Bayley III).Tujuan.Mengetahui gambaran keterlambatan perkembangan bayi risiko tinggi dan rendah pada usia 3 dan 6 bulan.Metode. Penelitian kohort prospektif dilakukan terhadap bayi risti yang mendapat perawatan di Unit Neonatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan bayi risiko rendah di empat Posyandu serta Poliklinik Tumbuh Kembang RSCM selama periode Mei – Desember 2010. Penilaian perkembangan dilakukan dengan instrumen Bayley III pada usia koreksi 3 dan 6 bulan. Hasil. Proporsi laki-laki lebih banyak pada kedua kelompok. Proporsi gagal tumbuh pada kelompok risti lebih banyak dan meningkat pada usia 6 bulan (20,6% vs 3,6%). Median nilai komposit pada area area kognitif dan motorik lebih rendah untuk bayi risti (p<0,05). Risiko relatif gangguan perkembangan untuk area kognitif, komunikasi, motorik dan adaptif pada usia 6 bulan adalah 3,1 (IK95% 1,29-7,91), 3,5 (IK95% 1,4-11,7), 4,1 (IK95% 1,5-11,5), dan 4 (IK95% 1,23-135). Jumlah morbiditas berpengaruh terhadap kejadian keterlambatan di seluruh area pada usia 6 bulan (p<0,05). Kesimpulan. Perkembangan bayi risti di area kognitif dan motorik pada usia 3 dan 6 bulan terlambat. Risiko keterlambatan perkembangan lebih jelas terlihat pada usia yang lebih tua. Banyaknya morbiditas perinatal mempengaruhi derajat keterlambatan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.