Artikel ini merupakan penelitian untuk merefleksikan fenomena misa live streaming yang terjadi di masa pandemi Covid-19. Fenomena ini bisa menjadi bahan untuk merefleksikan eklesiologi digital yaitu bagaimana model Tubuh Mistik Kristus hidup di dalam cyberspace. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan interpretif-hermeneutis. Peneliti membatasi variabel penelitian ini yaitu Paroki Katedral St. Perawan Maria Gunung Karmel Malang. Pengambilan data akan dilakukan dengan kuesioner, wawancara, dan dokumen-dokumen penting. Tujuan penelitian adalah bagaimana merefleksikan model Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus dalam konteks cyberspace dan pandemi. Hasil penelitian menunjukkan kehidupan paroki Ijen mau tidak mau harus berada dan hidup di dalam jaringan internet. Fenomena ini menghantar Gereja untuk melihat pemaknaan baru konektivitas dalam relasi interpersonal antara Kristus Kepala Tubuh dan anggota-anggota Tubuh-Nya. Konektivitas yang ditekankan yaitu ikatan mistik dalam Kristus Yesus. Ikatan ini berusaha dikuatkan dengan koneksi internet. Dalam dunia digital, kunci relasi interpersonal adalah koneksi. Paroki berusaha menjangkau ikatan spiritual dengan setiap keluarga melalui misa live streaming dan setiap keluarga selalu berusaha untuk terkoneksi dengan parokinya. Penelitian eklesiologi digital ini hanya ingin membuktikan bahwa banyak cara dan jalan untuk tetap menjadi Tubuh Mistik Kristus. Gereja tetap dapat mempertahankan identitasnya di tengah situasi apa pun.
This article deals with the ontological philosophy of Martin Heidegger in the context of discovering the meaning of liturgical symbols, specifically one of liturgical music and chant in the Catholic Church. The aim of this study is to explain the symbolic meaning of liturgical music and chant and to reflect on its relevance in enriching the liturgical capacity of the faithful. The paper is intended as a literature review. The author reviews Louis-Marie Chauvet's book, Symbol and Sacrament, as well as other works about Heidegger's philosophy, such as the writings of Armada Riyanto. This study finds that liturgical symbols, such as music and chants performed in the liturgy, are not merely entertainment to please the eyes and ears of the people. These are symbols that transmit the content and the message of faith. The performance of liturgical symbols can help people understand and experience the strength and beauty of liturgical celebrations.
Abstract This article discusses the basic character of the Roman liturgy and examines what the original Roman liturgical rite is that can serve as a standard for the Roman liturgical rites. Discussion about the authenticity of the Roman rites often lead to endless debate and create difficulties in practical matters when some of the rites are applied to liturgical celebrations. The analysis of the authenticity of the Roman rite in this paper will be based on the views of Edmund Bishop, an English liturgical historian. Besides using a historical approach, this article will also use a biblical study approach in exploring the basic characteristics of the Catholic liturgy, especially the Eucharist, so that a celebration of the Eucharistic liturgy can be said to be good. The views of several exegetes such as Brevard S. Childs (Old Testament) and Joachim Jeremias and Xavier Leon-Dufour (New Testament) will be used to analyze the biblical texts, especially regarding the story of the celebration of the Jewish Passover, Exodus and the story of the Last Supper in connection with the Eucharist. And, of course the opinions of contemporary liturgical historians such as Paul F. Bradshaw and John Maxwell are also very important here in order to discover the relevance of this study today. Key Words: Original, Eucharist, Exodus, Liturgy, Passover, Covenant, Rite, Brevard S. Childs
Artikel ini mendiskusikan filsafat Relasionalitas Armada Riyanto dalam konteks penemuan makna rumah adat Tongkonan masyarakat Toraja. Tujuan uraian ini adalah menguraikan makna yang terkandung dalam Tongkonan serta merefleksikan relevansinya dalam konteks tata hidup bersama. Artikel ini dirancang sebagai sebuah tinjauan litarur. Penulis pertama-tama mereview tulisan dari ahli filsafat politik, Armada Riyanto Relasionalitas dan beberapa literatur lain mengenai Tongkonan seperti tulisan dari seorang pengajar, Ivan Sampe Buntu. Dengan metodologi ini penulis memiliki kebebasan untuk menguraikan beberapa tema sentral dalam buku Relasionalitas dan kaitannya dengan Tongkonan. Studi ini akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa setiap rumah adat mengandung makna simbolis yang sangat kaya dan mendalam. Dalam arti simbolik inilah, Tongkonan memiliki daya untuk mengkomunikasikan pengalaman, nilai keadilan dan kebenaran dalam tata hidup bersama.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.