Konflik antara warga desa dan perkebunan kelapa sawit terjadi karena perebutan sumber daya alam. Tujuan penelitian untuk menjelaskan proses terjadinya konflik serta upaya penyelesaian selama 2007-2021. Penelitian menggunakan metode sejarah melalui tahap heuristik, data dikumpulkan dari wawancara dan dokumen. Tahap kritik untuk mengetahui keabsahan data. Tahap interpretasi untuk menganalisis temuan. Tahap historiografi sebagai hasil rekonstruksi masa lampau secara naratif. Hasil penelitian, sejak 2007 warga menolak masuknya perkebunan kelapa sawit. Tahun 2008 masuk perkebunan kelapa sawit. Tahun 2018 pihak perkebunan melakukan aktivitas di lahan sengketa sehingga memicu konflik dengan warga. Penyelesaian konflik oleh warga dan perusahaan sejak 2018 menemui kegagalan. Tahun 2019 penyelesaian konflik dimediasi oleh anggota dewan yang menghasilkan tiga kesepakatan, namun tidak diikuti dengan pemantauan sehingga terjadi pelanggaran. Kesimpulan, konflik terjadi karena adanya aktivitas dari perkebunan. Rekomendasinya, resolusi konflik seyogyanya diikuti dengan pemantauan kesepakatan untuk mengetahui kepatuhan para pihak.
Perkembangan IPTEK menjadi pusat perhatian untuk menyiapkan sumber daya manusia. Perihal ini tentunya menjadi respon bagi kurikulum untuk memberikan ruang dialog kritis pada level pembelajaran. Kondisi yang demikian, secara langsung mendasari terjadinya perubahan KTSP tahun 2006 menjadi Kurikulum 2013. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan perbedaan praktis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013. Telaah Pustaka dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan skripsi atau tesis mahasiswa. Cara penelusuran data yaitu penulis mendatangi perpustakaan untuk mencari buku yang sesuai dengan kata kunci, selain itu penulis juga mencari jurnal yang relevan dengan isi penelitian. Literature Review kemudian di sintesis menggunakan metode naratif dengan mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan. Artikel ini mendeskripsikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, secara khusus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar menekankan pada aspek pengetahuan. Namun, Kurikulum 2013 kemudian mengembangkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar ke ranah kontekstual agar peserta didik lebih baik dalam melakukan observasi, menalar, bertanya serta mempresentasikan apa yang mereka dapat atau ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 lebih menekankan pada ketiga aspek yakni sikap, pengetahuan serta keterampilan.
Character education awakens the realm of values and norms of students. Environmental care is one of the 18 character values in the Indonesian Ministry of Education and National (2010) character education design. This article aims to examine the character of caring for the environment to mitigate flood disasters. Qualitative approach with descriptive method is used to describe research problems. Miles and Huberman's interactive model reduced interview data, presented descriptive narratives, and document research results. Triangulation techniques and research extension resulted in data saturation. The results of the study describe that related to the environmental care behavior of the community in Pengaron Village, it is described as follows; 1) The attitude of the community towards flood prevention is to do cooperation every week by coordinating through village officials, 2) Knowledge about flooding is passed down from generation to generation to children. This information includes the fact that floods always occur every year, so people must always be alert; 3) Environmental care behavior includes the obligation to have swimming skills, construct houses on stilts and or two floors, and plant trees that have characteristics sensitive to weather changes. Society inherits the character of caring for the environment as the primary value in everyday life. The character of caring for the environment contributes to educating the importance of preserving and coexisting with the environment.
Wetland areas are rich with inland fisheries potential. However, the entry of oil palm plantations has threatened the existence of wetland ecosystems. Community rejection of the entry of oil palm plantations has created conflict between the two parties. Even though it is in a conflict area, the fishery potential has encouraged the development of fishing tourism which invites local tourists. The development of fishing tourism in wetlands not on contributes to the rotation of the rural economy and the study of social sciences. This study aims to determine the driving factors for the development of fishing tourism and their contribution to the community's economy. The research method used is qualitative research locations are villages that develop fishing tourism in South Kalimantan Province. Interviews were conducted with fish well owners, anglers, formal and non-formal figures, and community members who have businesses around fishing locations. The informants were 64 people. Observations were made of fishing objects. Document studies and audio-visual recordings were carried out regarding the activities of anglers. Data analysis uses an emic perspective, so an overview of fishing tourism from the point of view of the research subject. The results of the study show that the driving factors for the development of fishing tourism are wetland ecosystems as freshwater fish habitats and open road access, both opened by oil palm plantation companies and local governments. The development of this new type of business has contributed to the owners of fish wells and the informal business sector around fishing grounds. The conclusion is that fishing tourism can still be developed even though it is in a conflict area. The implication is the occurrence of economic cycles in rural areas and the sustainability of natural resources.
<p>Soal IPA yang digunakan oleh guru dalam evaluasi pembelajaran masih ada yang belum berkategori <em>high order thinking skills (HOTS)</em>. Oleh karena itu dilakukan pelatihan pembuatan soal IPA berbasis HOTS di lingkungan lahan basah. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru tentang pembuatan soal IPA berbasis HOTS. Selain itu juga untuk mengetahui respon peserta terhadap pelatihan yang diberikan. Sasaran kegiatan ini ialah 44 guru Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA Kabupaten Batola. Kegiatan pelatihan dilaksanakan melalui metode ceramah, diskusi, dan praktik. Di akhir kegiatan pelatihan, para peserta diberikan angket untuk mengetahui respon peserta terhadap pelatihan. Diperoleh hasil bahwa para peserta memamai dengan baik materi yang disampaikan selama pelatihan berlangsung. Hal ini menunjukkan penyelenggaraan pelatihan pembuatan soal IPA berbasis HOTS di lingkungan lahan basah berjalan dengan baik.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.