Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat salah satunya yaitu sebagai detoksifikasi atau peluruh racun dari dalam tubuh. Banyaknya manfaat tersebut mengakibatkan permintaan mentimun semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan produksi yang baik. Untuk itu perlu dilakukan budidaya yang baik agar kebutuhan buah mentimun terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun, pengaruh dosis pupuk NPK yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun, dan pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun pada masing – masing dosis NPK. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung mulai dari bulan Maret sampai Juni 2012. Perlakuan dalam penelitian ini disusun secara faktorial (2x3) dalam rancangan teracak sempurna dengan tiga ulangan. Perlakuan faktorial terdiri dari dua faktor, faktor pertama adalah pemberian pupuk organik cair (A), yaitu tanpa pupuk organik cair (a1) dan dengan pupuk organik cair (a2). Faktor kedua adalah dosis pupuk NPK (B), yaitu 10 g per polibag (b1), 20 g per polibag (b2), dan 30 g per polibag (b3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 20 g per polibag dan 30 g per polibag memberikan hasil yang lebih tinggi bagi pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun dibandingkan dengan pemberian NPK dosis 10 g per polibag, khususnya pada jumlah daun, jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, panjang buah, dan bobot kering brangkasan tanaman mentimun, dan pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman mentimun dipengaruhi oleh pemberian pupuk NPK (15:15:15) hanya nampak pada variabel jumlah bunga jantan.
Abstract. Nikmah IA, Rugayah R, Chikmawati T. 2020. Leaf anatomical variation in Desmos Lour. and Dasymaschalon (Hook. f. & Thomson) Dalla Torre & Harms species (Annonaceae). Biodiversitas 21: 3317-3330. The relationships between Desmos and Dasymaschalon are debated for along time. Those two genera have high morphological similarities, especially in their generative character (moniliform monocarps). Therefore, sterile specimens of Desmos are difficult to be distinguished from Dasymaschalon. Leaf anatomy in paradermal section of 20 taxa (12 species of Desmos, eight species of Dasymaschalon) have been carried out. The data were used to support the interspecific and intergeneric delimitation of Desmos and Dasymaschalon. Desmos and Dasymaschalon are two distinct genera mainly distinguished based on the anticlinal wall undulation of epidermal cells and supported by variation of the crystal type, and size. The anticlinal wall undulation of Desmos is almost straight to slightly wavy, and never sinuous, meanwhile, Dasymaschalon varies from almost straight to deeply sinusoid. The crystals of Desmos consist of rhombohedric, druse type A, and druse type B crystals, whereas Dasymaschalon has prism, druse type A, druse type B, and drue type C crystals.
Produktivitas cabai merah di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan potensinya yang mencapai 22 ton per tahun, sedangkan produktivitas baru sekitar 8,35 ton per tahun. Peningkatan produksi cabai merah dapat dilakukan dengan memperbaiki bahan tanam melalui mutasi dengan iradiasi sinar gamma. Selanjutnya,untuk mempersingkat waktu seleksiperlu dilihat keeratan hubungan antarpeubah dengan analisis korelasi, untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsungnya dilakukan analisis lintas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara percabangan cabai merah varietas Laris generasi M3 hasil iradiasi sinar gamma dengan produksi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2018 sampai dengan Mei 2019 di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Rancangan percobaan yang digunakan adalah metode single plant (seluruh tanaman ditanam dan diamati), keeratan hubungan dianalisisdengan korelasi, selanjutnya untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung dilakukan analisis lintas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: jumlah cabang tambahan, panjang cabang tambahan, tingkat percabangan, tinggi akhir generatif, dan jumlah buah per tanaman berkorelasi positif denganbobot buah total per tanaman Pengaruh langsung jumlah buah per tanaman benar-benar mengukur keeratan hubungan dengan bobot buah per tanaman. Tinggi akhir generatif, jumlah cabang tambahan, panjang cabang tambahan, dan tingkat percabangan saling berpengaruh satu sama lain untuk mempengaruhi bobot buah per tanaman atau produksi.
Pratami, MP Chikmawati T, Rugayah. 2019. Short Communication: Further morphological evidence for separating Mukia Arn. from Cucumis L.. Biodiversitas 20: 211-217. Mukia Arn. is closely related to Cucumis L. based on molecular data, nevertheless, they have high morphological differences resulting in different opinion on taxonomical status of the two genera. Mukia Arn. has many similarities in pollen and leaf anatomical characters to Cucumis L., but both genera differ in seven seed characters, i.e color, shape, size, surface pattern, seed edge, transverse section at seed neck, and the markings of the inner seed coat surface. So, based on seed characteristics, Mukia Arn. is separated from Cucumis L.Keywords: Cucurbitaceae, leaf anatomy, Malesia
Tuberose (Polyanthus tuberosa L.) is a popular ornamental plant in Indonesia as cut flowers and sowing flowers. It can be used as potted flowers by making the flower stalks shorter. One way to get tuberose that have criteria as potted flowers is by administering growth inhibitors using Paclobutrazol. This research was conducted at the Greenhouse of the Horticultural Building, Faculty of Agriculture, University of Lampung in November to August 2017, aimed to determine the effect of the concentration of paclobutrazol on the growth and appearance of tuberose and to determine the best concentration of paclobutrazol in the appearance of potted tuberose. This study used a randomized block design (RCBD) with a single treatment with 6 levels of paclobutrazol concentration, namely 0, 75, 150, 225, 300, and 375 ppm with 3 replications. Homogeneity of variance was tested by Bartlett test and additivity was tested by Tukey test. Then, it was continued with the F test and with the Least Significant Difference test (LSD) at the 5% level. The results showed that administration of paclobutrazol was significantly affected pseudo stem circumference and all variables of generative growth except the length of the florets. The concentration of paclobutrazol up to 375 ppm has not obtained optimum results. Keywords: Concentration, growth, paclobutrazol, tuberose
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.