Abstract. Semi permanent houses are also used called "Rumah Kancingan" is the houses that generally exist in the Merauke city. Called semi permanent because the main structure use is woods even if the walls uses bricks. This research tries to analyze more about Semi permanent house in terms of aesthethics value. This research is a qualitative research with data collection techniques using questionnaire method and direct observation field and study of literature. The result of questionnaire data collection then processed using SPSS to get the influence of independent variable against the dependent variable and found that color, ornament, shape of the door-window and shape of roof (independent) gives 97,1% influence to the aesthetics of the Semi permanent house and based on the output coefficient SPSS obtained that the dependent variable has p-value < 0.05 which means independent variables have an effect on significant to aesthetic variable. For variables of semi permanent and wooden structure gives an effect of 98,6% to aesthetics and based on the result of SPSS coefficient it is found that free variable has p-value < 0.05 which means independent variables have an effect on significant to aesthetic variable.
Merauke merupakan daerah yang multi etnis sehingga dapat dikatakan sebagai miniatur Indonesia karena terdapat banyak suku bangsa dari daerah lain yang mendiami kabupaten Merauke. Salah satunya adalah suku Bugis-Makassar. Suku Bugis-Makassar banyak mendiami daerah sepanjang pesisir pantai. Pendatang inilah yang membawa kebudayaan dari daerah asal mereka. Salah satunya rumah tradisional yang menjadi bagian penting dalam kehidupan keseharian mereka.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif terkait dalam upaya menjelaskan rumah Bugis-Makassar yang ada di Kampung Kumbe dalam konteks Arsitektur Tradisional sebagai eksplorasi konsep bangunan yang pernah dikembangkan pada masa lalu untuk dilihat bagaimana perkembangannya pada masa kini di dalam lingkungan baru yang jauh dari asal tradisinya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa akulturasi budaya setempat dengan budaya asal sangat kurang, hal ini terlihat dari bentukan bangunan yang tidak mengalami perubahan dan tidak adanya kearifan lokal yang diadaptasi kedalam bentuk rumah tradisional. Hilangnya makna simbolik terhadap elemen-elemen arsitektural seperti makna ragam hias yang tidak lagi menunjukkan status sosial tetapi hanya berfungsi sebagai pemanis (ornamen) bangunan serta fungsi ruangan hanya sebatas pada kebutuhan pemilik rumah tanpa memperhatikan filosofi budaya asal.
Kancingan house is a house made of wood materials as its main structure but the walls are still made of bricks. The use of wood as the concrete-replacing materials is due to the relatively lower cost than the permanent structure made of concrete as the main structure since the concrete materials composed of high-quality sand and gravels are not available in Merauke City, so that the materials should be imported from other city, such as Palu or Surabaya City. This problem makes concrete expensive in Merauke City. This research aimed to analyze the Kancingan house in terms of the feasibility of its building structure. It is a quantitative research which was conducted by conducting field observation, image recapturing, and structure analysis by using SAP 2000. The results showed the Bending strength (σlt) ≤ ƒb' or σlt = 285,819 ≤ 1100 kg/cm2. For bending control, with a provision of ƒx ≤ ƒ permit (1/200 of the span), the structure of truss of kancingan house in this research is ƒx =12,64 mm ≤ 13,75. The tensile strength corrected in the truss is or T'= 7.28 tonnes. In the ring balk of the kancingan house building, the bending strength is greater than the maximum moment due to seismic load is or M'>M= 1795,2 Kg/m > 43,55kg/m. The 8/8 column meets the slenderness ratio of Le/d = 25 > 50 with a stability factor greater than the compressive strength works in column M'=179502 kg/m > M=43.55 kg/m and the magnitude of factored load imposed to the column is P'=11010,96 N.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hara nitrogen dan sebarannya pada lahan sawah pasca panen dan setelah pemupukan urea pertama di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Narmada serta Laboratorium Kimia dan Biologi Tanah Fakultas Petanian Universitas Mataram, pada bulan April sampai Mei 2022. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei di lapangan disertai dengan pengambilan sampel tanah didukung analisis tanah di laboratorium dan pengumpulan data sekunder yaitu peta penggunaan lahan dan peta administrasi. Parameter pengamatan N-Total (Metode Kjeldahl), pH (Metode Elektrometri), dan C-Organik (Metode Walkley and Black) serta kuisioner. Interpretasi data dalam peta status hara menggunakan metode interpolasi IDW. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran N-Total tanah pada lahan sawah pasca panen terdapat satu kriteria yaitu sedang dengan presentase luas 50,02%, dan pada lahan sawah setelah pemupukan urea pertama terbagi atas tiga kriteria yaitu sedang, tinggi, dan sangat tinggi dengan persentase luas 28,81% untuk kriteria sedang, presentase 13,43% untuk kriteria tinggi dan 7,74% untuk kriteria sangat tinggi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.