AbstrakLatar Belakang : Jerawat merupakan penyakit kulit yang umum terjadi, peradangan dapat dipicu oleh bakteri seperti Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus. Sediaan antibiotik topikal seperti neomycin, tetrasiklin, klindamisin, dan kloramfenikol cukup berguna untuk kebanyakan pasien dengan kondisi jerawat ringan hingga parah. Antibiotik topikal dapat berupa salep dan krim yang dapat mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh suhu sehingga penyimpanannya harus diperhatikan.Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental karena ada perlakuan terhadap sediaan krim antijerawat racikan yang dipengaruhi suhu dan lama penyimpanan terhadap aktivitas antibakteri dengan cara mengukur diameter zona hambat aktivitas antibakteri. Hasil:Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona hambat pada sediaan krim antijerawat racikan yang mengandung antibiotik pada penyimpanan hari ke-28 sediaan mengalami penurunan kecuali pada krim A yang mengandung antibiotik klindamisin mengalami kenaikan.Kesimpulan : Adanya pengaruh suhu dan lama penyimpanan sediaan krim antijerawat racikan yang mengandung antibiotik terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus aureusdengan adanya penurunan daya hambat sediaan diakhir penyimpanan.
Penggunaan obat yang benar menjadi kunci keberhasilan terapi. Obat memiliki dosis, cara penggunaan, aturan pakai, aturan penyimpanan dan peringatan yang berbeda-beda, sehingga masyarakat perlu memiliki bekal pengetahuan yang benar, sehingga dapat menggunakan obat dengan benar. Ibu-ibu arisan adalah sekelompok ibu-ibu yang secara periodik bertemu dan memiliki potensi menjadi penggerak atau panutan bagi masyarakat disekitarnya dalam berbagai hal, apabila mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, maka mereka dapat membantu keluarga, teman dan masyarakat disekitarnya untuk bertindak benar. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk melatih keterampilan ibu-ibu arisan dalam memilih dan menggunakan obat dengan benar. Kegiatan ini akan diikuti oleh perwakilan dari beberapa kelompok arisan. Setiap ibu akan melakukan diseminasi tentang materi yang sama di setiap kelompok arisannya. Peserta berjumlah 15 orang berasal dari 8 kelompok arisan yang berbeda. Ibu-ibu dilatih tentang penggunaan dan keterampilan memilih obat. Pengetahuan ibu-ibu peserta meningkat dari rata-rata 65% menjadi 95% setelah mendapat penjelasan mengenai penggunaan obat. Dengan demikian maka penyebaran informasi yang bertujuan memberdayakan masyarakat agar cerdas dalam menggunakan obat lebih cepat tercapai dan cakupan wilayahnya lebih luas.
ABSTRAK Penggunaan antibiotik yang tidak rasional, masih terjadi dimana mana. Kejadian resistensi, efek samping akibat antibiotik, munculnya super infeksi merupakan masalah yang dapat timbul akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat.. Kurangnya pengetahuan dan perilaku petugas dan pasien menjadi penyebab utamanya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk itu, namun masih selalu ditemukan adanya ketidak pahaman penggunaan antibiotik. Kegiatan ini untuk mendampingi Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) agar mampu membuat informasi tertulis dalam bentuk brosur dan meningkatkan pengetahuan pasien yang menerima antibiotik dari dokter di Puskesmas melalui pemberian brosur informasi obat. Dilaksanakan dengan metode pendampingan dan penyebaran informasi. TTK diberikan pengarahan dan didampingi dalam pembuatan brosur. Lalu TTK juga diarahkan dalam pendistribusian brosur kepada pasien. Kegiatan ini melibatkan 4 (empat) Puskesmas yang belum memiliki Apoteker. Jumlah total pasien yang diberi brosur adalah 135 orang, dengan tingkat pendidikan dari SD sampai S1. 2 Puskesmas berhasil membuat brosur sendiri. 2 lainnya dibuatkan oleh kelompok dosen. Pasien diukur pengetahuannya sebelum dan sesudah diberi brosur melalui kuisioner. Hasilnya menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pengetahuan secara bermakna (sig 0,000) pada pasien dari Puskesmas Mitra yang diberi brosur antibiotik buatan kelompok dosen Kata kunci: antibiotic; brosur; informasi;Tenaga Teknis Kefarmasian ABSTRACT Irrational use of antibiotics is still occur everywhere. The incidence of resistance, side effects due to antibiotics, the emergence of super infections were the problems that can arise due to the use of inappropriate antibiotics. Knowledge and behavior of health technicians and patients are the main causes. So many effort have been made to do this, but there is still a lack of understanding of the use of antibiotics. The objective of this activities were assist pharmacy technicians in order to be able to make written information in the form of brochures and to increase the knowledge of patients who receive antibiotics from doctors at the by providing Primary Health Centre (PHC) drug information brochures. Method was mentoring and information dissemination was briefed and assisted in making brochures. Then the pharmacy technician was also directed in distributing brochures to patients. This activity involved 4 (four) of PHC which did not yet have a pharmacist. The total number of patients given the brochures was 135, with educational degree from basic school to bachelor. Two PHC managed to produce their own brochures. The other two were made by a group of lecturers. The patient's knowledge was measured before and after being given a brochure through a questionnaire. The results show that there has been a significant increase in knowledge (sig 0,000) in patients from PHC who were given antibiotic brochures made by lecturers' groups. Keywords: antibiotics; brochures; information; pharmacy techniciant
ABSTRAKJamu banyak dikonsumsi oleh masyarakat daerah Kenten Kabupaten Banyuasin untuk tujuan kesehatan, namun hingga saat ini banyak yang masih merasa kesulitan untuk membedakan antara jamu yang terdaftar di Badan POM dengan jamu ilegal. Mitra beranggapan bahwa selama ada nomor registrasi dari Badan POM di suatu kemasan jamu maka jamu tersebut dianggap resmi dan aman. Tidak sedikit juga selama ini mitra tidak pernah memperhatikan nomor registrasi produk pada kemasan jamu yang mereka beli. Di sisi lain, ancaman adanya bahan kimia obat (BKO) di dalam jamu juga banyak ditemukan di sejumlah daerah. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan terkait jamu baik cara memperolehnya ataupun cara penggunaannya. Kegiatan ini melibatkan dua kelompok masyarakat yaitu mitra di RT 34 Komplek Azhar Permai Kenten dan Yayasan Miftahul Jannah. Metode kegiatan yang digunakan meliputi observasi, intervensi I, intervensi II, follow up, intervensi III, serta monitoring dan evaluasi. Hasil nilai kuesioner menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada mitra yang telah diberi edukasi tentang pemilihan dan penggunaan jamu. Hasil ini diharapkan dapat berkorelasi dengan tindakan bijak mitra dalam memilih dan menggunakan jamu sehingga mampu menjadi habit.
Abstrak Latar Belakang : Jerawat merupakan penyakit kulit yang umum terjadi, peradangan dapat dipicu oleh bakteri seperti Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus. Sediaan antibiotik topikal seperti neomycin, tetrasiklin, klindamisin, dan kloramfenikol cukup berguna untuk kebanyakan pasien dengan kondisi jerawat ringan hingga parah. Antibiotik topikal dapat berupa salep dan krim yang dapat mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh suhu sehingga penyimpanannya harus diperhatikan. Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental karena ada perlakuan terhadap sediaan krim antijerawat racikan yang dipengaruhi suhu dan lama penyimpanan terhadap aktivitas antibakteri dengan cara mengukur diameter zona hambat aktivitas antibakteri. Hasil: Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona hambat pada sediaan krim antijerawat racikan yang mengandung antibiotik pada penyimpanan hari ke-28 sediaan mengalami penurunan kecuali pada krim A yang mengandung antibiotik klindamisin mengalami kenaikan. Kesimpulan : Adanya pengaruh suhu dan lama penyimpanan sediaan krim antijerawat racikan yang mengandung antibiotik terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus aureus dengan adanya penurunan daya hambat sediaan diakhir penyimpanan. Abstract Background : Acne is a common skin disease, inflammation can be triggered by bacteria like Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, and Staphylococcus aureus. Topical antibiotic preparations such as neomycin, tetracycline, clindamycin, and cloramphenicol are quite useful for most patients with mild to severe acne conditions. Topical antibiotics can be in the form of ointments and creams that can experience changes because they are affected by temperature so that storage must be considered. Method : This type of research is an experimental research because there is a treatment of preparations for anti-acne creams which are influenced by temperature and storage time for antibacterial activity by measuring the diameter of the inhibitory zone of antibacterial activity. Results : Based on the measurement of inhibitory zone diameter on antifungal cream preparations containing antibiotics in storage 28 days the dosage decreased except in cream A which contained antibiotic clindamycin increased. Conclusion : The effect of temperature and storage duration of anti-acne cream preparations containing antibiotics on the inhibitory power of Staphylococcus aureus bacteria with a decrease in dosage inhibition at the end of storage.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.