Pain, joint stiffness, and difficulty performing activities like rising from sitting to standing are signs and symptoms of knee osteoarthritis (OA). These conditions are risk factors for limited mobility and lower quality of life. Knee OA is closely associated with age, women, obesity, and other characteristics. The study's objectives were to determine the correlation of knee OA patients' characteristics with functional mobility using the 30-second sit-to-stand test (30STS) and the correlation of functional mobility with quality of life using the Western Ontario and McMaster Universities Osteoarthritis (WOMAC) Index. The research method was descriptive-analytic cross-sectional using medical records of 73 knee OA patients at the Medical Rehabilitation Clinic at Soreang Hospital, Muhammadiyah Hospital, Al Islam Hospital, Al-Ihsan Regional General Hospital West Java Province, Bandung, from March until August 2021. Patients' characteristics such as age (p=0.02), onset (p=0.01), OA grade (p=0,03), and knee deformity (p=0.04 ) have a negative correlation with functional mobility based on 30STS as well as functional mobility had a negative correlation with various aspects of quality of life, such as pain (p=0.03), stiffness (p=0.02), and functional limitation (p=0.00) subscales based on WOMAC index. Age, the onset of disease, OA grade, and knee deformity significantly correlate to functional immobility. Based on the WOMAC index, functional immobility correlates with the patient's quality of life.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var. hominis. Di Indonesia, skabies merupakan urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Terdapat sebelas faktor yang dapat memengaruhi prevalensi skabies di suatu komunitas salah satunya adalah kegagalan pengobatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan cure rate obat-obat antiskabies di Formularium Nasional dengan Non-Formularium Nasional. Metode penelitian ini adalah scoping review yang dilakukan dari bulan September-Desember 2020. Pencarian sistematis artikel dilakukan melalui database elektronik, yaitu PubMed, Science Direct, Springer Link, Google Scholar, dan Cochrane sesuai dengan kriteria inklusi dan tidak termasuk eksklusi serta dilakukan skrining menggunakan kriteria PICOS (Pasien, Intervention, Comparison, Outcome, dan Study). Dari hasil pencarian, terdapat 17 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Dari 17 artikel, 12 artikel menunjukkan bahwa permethrin merupakan obat yang memiliki cure rate lebih baik daripada benzyl benzoate, ivermectin, gamma benzene hexachloride, dan crotamiton. Dua artikel menunjukkan ivermectin memiliki cure rate lebih tinggi daripada lindane dan sulfur. Satu artikel menunjukkan terapi kombinasi sulfur lebih baik daripada terapi tunggal. Satu artikel menunjukkan bahwa Tinospora cordifolia memiliki cure rate yang tinggi. Satu artikel menunjukkan bahwa afoxolaner dapat dijadikan obat antiskabies. Simpulan, cure rate permethrin tinggi sehingga permethrin dapat dijadikan terapi utama skabies.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var hominis. Di Indonesia, skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di antara sebelas faktor yang bisa memengaruhi prevalensi skabies di komunitas, salah satunya adalah kegagalan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan cure rate obat-obat antiskabies di Formularium Nasional, yaitu permethrin dan salep 2–4, dengan Non-Formularium Nasional seperti benzyl benzoate, ivermectin, gamma benzene hexachloride, crotamiton, dan Tinospora cordifolia. Metode penelitian ini adalah scoping review dari September 2020–Desember 2020. Pencarian sistematis melalui database elektronik PubMed, Science Direct, Springer Link, Google Scholar, dan Cochrane sesuai kriteria inklusi dan eksklusi; skrining menggunakan kriteria PICOS (Patient, Intervention, Comparison, Outcome, dan Study). Hasil pencarian adalah 15 artikel; 11 artikel menunjukkan bahwa permethrin memiliki cure rate lebih tinggi daripada benzyl benzoate, ivermectin, gamma benzene hexachloride, dan crotamiton. Dua artikel menunjukkan ivermectin memiliki cure rate lebih tinggi daripada lindane dan sulfur. Satu artikel menunjukkan terapi kombinasi sulfur lebih baik daripada terapi tunggal. Satu artikel menunjukkan bahwa Tinospora cordifolia memiliki cure rate yang tinggi. Disimpulkan bahwa permethrin sebagai salah satu obat antiskabies yang terdapat di Formularium Nasional, memiliki cure rate lebih tinggi daripada obat-obat antiskabies Non-Formularium Nasional. Scabies is the third most common skin disease in Indonesia; it is caused by Sarcoptes scabiei var hominis mite. This study aims to compare the cure rate of antiscabietic drugs in the National Formulary, namely permethrin and 2–4 ointment with the Non-National Formularies such as benzyl benzoate, ivermectin, gamma benzene hexachloride, crotamiton, and Tinospora cordifolia. The systematic search was done in September 2020–December 2020 from electronic databases i.e. PubMed, Science Direct, Springerlink, Google Scholar, and Cochrane; using the inclusion and exclusion criteria and PICOS (Patient, Intervention, Comparison, Outcome, and Study) criteria, The search resulted in 15 articles; 11 articles show that permethrin has better cure rate than benzyl benzoate, ivermectin, gamma benzene hexachloride, and crotamiton. Two articles show that Ivermectin has higher cure rate than lindane and sulfur. One article suggests sulfur combination therapy is preferable to single therapy. One article shows that Tinospora cordifolia has a high cure rate. The conclusion is that permethrin as one of antiscabietic drug in National Formulary has higher cure rate than Non-National Formulary antiscabietic drugs.
<p>Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var hominis. Di Indonesia, skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di antara sebelas faktor yang bisa memengaruhi prevalensi skabies di komunitas, salah satunya adalah kegagalan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan cure rate obat-obat antiskabies di Formularium Nasional, yaitu Permethrin dan Salep 2–4 dengan Non Formularium Nasional seperti Benzyl Benzoate, Ivermectin, Gamma Benzene Hexachloride, Crotamiton, dan Tinospora cordifolia. Metode penelitian ini adalah scoping review dari September 2020–Desember 2020. Pencarian sistematis melalui database elektronik PubMed, Science Direct, Springer Link, Google Scholar, dan Cochrane sesuai kriteria inklusi dan eksklusi; skrining menggunakan kriteria PICOS (Pasien, Intervention, Comparison, Outcome, dan Study). Hasil pencarian adalah 15 artikel; 11 artikel menunjukkan bahwa Permethrin memiliki cure rate lebih tinggi daripada Benzyl Benzoate, Ivermectin, Gamma benzene hexachloride dan Crotamiton. Dua artikel menunjukkan Ivermectin memiliki cure rate lebih tinggi daripada Lindane dan Sulfur. Satu artikel menunjukkan terapi kombinasi sulfur lebih baik daripada terapi tunggal. Satu artikel menunjukkan bahwa Tinospora cordifolia memiliki cure rate yang tinggi. Disimpulkan bahwa Permethrin sebagai salah satu obat antiskabies yang terdapat di Formularium Nasional, memiliki cure rate lebih tinggi daripada obat-obat antiskabies Non Formularium Nasional</p><p>Scabies is the third most common skin disease in Indonesia; it is caused by Sarcoptes scabiei var hominis mite. This study aims to compare the cure rate of antiscabietic drugs in the National Formulary, namely Permethrin and 2–4 ointment with the Non-National Formularies such as Benzyl Benzoate, Ivermectin, Gamma Benzene Hexachloride, Crotamiton, and Tinospora cordifolia.. The systematic search was done in September 2020–December 2020 from electronic databases i.e. PubMed, Science Direct, Springerlink, Google Scholar, and Cochrane; using the inclusion and exclusion criteria and PICOS (Patient, Intervention, Comparison, Outcome, and Study) criteria, The search resulted in 15 articles; 11 articles show that Permethrin has better cure rate than Benzyl Benzoate, Ivermectin, Gamma benzene hexachloride and Crotamiton. Two articles show that Ivermectin has higher cure rate than Lindane and Sulfur. One article suggests sulfur combination therapy is preferable to single therapy. One article shows that Tinospora cordifolia has a high cure rate. The conclusion is that Permethrin as one of antiscabietic drug in National Formulary has higher cure rate than Non-National Formulary antiscabietic drugs.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.