Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang bertujuan untuk pengamanan agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan kebutuhan yang tidak bisa lepas dari rumah sakit, dengan penggunaan yang terus menerus, diperlukan pengelolaan untuk limbah sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di rumah sakit. Penelitian ini dilakukan dengan metode komparatif dengan mengumpulkan berbagai sumber yang didapat dari jurnal penelitian. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rumah sakit yang melakukan pengelolaan terhadap limbah sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sudah sesuai dengan acuan yang dipakai dalam mengelola limbah tersebut. Acuan yang digunakan disesuaikan dengan jenis limbah yang dikelola diantaranya berdasarkan Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016, PSAK Nomor 33, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Permen LHK Nomor 56 Tahun 2015, dan Surat Edaran Nomor SE.2/MENLHK/PSLB3/2020.
Kitosan memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri Gram positif dan negatif, serta jamur (Supotngarmkul et al., 2020). Kitosan berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan antibakteri, karena mengandung enzim lisozim dan gugus aminopolisakarida yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba (Riski et al., 2017). Kitosan juga merupakan biopolimer yang bersifat hidrofobik, sehingga kitosan sangat cocok jika digunakan sebagai bahan komposit pembentuk lapisan tipis (film) bersama dengan pati yang bersifat hidrofilik. Maka dilakukan riview journal dengan metode komperatif yang mengumpulkan berbagai sumber untuk inklusinya dari 10 tahun terkahir, dengan menggunakan database dari google scholar dan pubmed baik berbahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Sehingga bisa di simpulkan bahwa dari riview journal terdapat 9 artikel bahan baku yang mengandung aktivitas antibakteri dengan bahan kitosan. Diantaranya yaitu cangkang kepiting, ulat sutra, kulit udang, sotong, tulang rawan cumi-cumi, kulit udang vannemei, cangkang kerang buku, dan kerang hijau.
BACKGROUND: Traditional medicinal plants’ application has significant advantages for cultural development, acceptability, and economic affordability. Furthermore, they are claimed to cure several types of diseases compared to modern medicines. AIM: This study aims to document and preserve the use of ethnomedicinal plants to treat various diseases by the community in the Rawamerta Region, Karawang, West Java, Indonesia. METHODS: Fieldwork was carried out from January to August 2022 through face-to-face interviews, questionnaires, and discussions. Plant species were identified based on standard taxonomic methods, floral morphological characteristics, and possibly, by using samples for comparison, as well as expert consultation and literature. They were then grouped into families according to the Cronquist classification system. Furthermore, their names were checked on the Plant List (www.plantlist.org) and the International Plant Name Index (www.ipni.org). RESULTS: It was discovered that 50 plant species belonging to 31 families spread across 46 genera are employed for the treatment of various diseases in Rawamerta, such as diabetes, inflammation, hypertension, fever, dyslipidemia, antiseptic, gastric disorders, anticancer, cough, gout, etc. Based on the results, Acanthaceae, Fabaceae, Zingiberaceae, and Myrtaceae are the most dominant families applied for the treatment purpose. Meanwhile, the most frequently used genera are Syzygium, Piper, Curcuma, and Annona. The plant part majorly used in medicine preparation is the leaf (64%), followed by fruit (14%), rhizome (10%), and stem (6%), as well as flower, peel, and stem and leaf (2%, respectively). The most commonly applied preparation method is an infusion (48%), followed by decoction (44%), juice (4%), as well as paste and drops (2%, respectively). This study also showed more than one plant species is used for treating the same disease. CONCLUSION: The results confirm that the Sundanese people in Rawamerta still rely heavily on medicinal plants for their health-care system. However, efforts to preserve medicinal plants and local wisdom in the region have not been significant. Therefore, the indigenes and the government are advised to carry out in situ and ex situ conservation strategies to maintain the availability of medicinal plants in the region.
Aktivitas Antioksidan dimanfaatkan sebagai penangkal radikal bebas, Radikal bebas dapat ditemui pada lingkungan yang kotor. Terdapat beberapa macam tanaman yang memiliki efektivitas sebagai antioksidan diantaranya seperti Asam Jawa dengan memiliki Khasiat sebagai antioksidan maupun anti-aging pada biji tanaman tersebut, Biji Asam Jawa dapat dijadikan sebagai sediaan kosmetika serum gel yang berpotensi sebagai pencerah wajah, anti-aging dan memiliki khasiat antioksidan yang baik dengan parameter uji klinis yang sudah terjamin.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.