A resilient family is capable of survival, overcoming difficult challenges, and growing stronger. Cultural identity is among many factors that play a role in forming family resilience because the understanding and values of family resilience must be built in accordance with local culture. This study aims to analyze the factors that build family resilience in Indonesian families, especially those from the Batak Toba. It uses the Walsh Family Resilience Questionnaire to measure family resilience (α = 0.879), the Responses to Stress Questionnaire to measure coping (α =0.755), and the Family Strains Index to measure strain (α =0.763). Another measurement tool is the Batak Toba Adat Questionnaire, which is used to measure cultural identity (α = 0.677), community support, and socioeconomic status (SES). The data is analyzed using linear structural relations through structural equation modeling (SEM). The study participants are individuals who use Batak Toba surnames (N = 295) of whom 51.2% are female and 48.4% are male, with an age range of 30 to 65 years. The percentage of subjects from big families is 50.85%. Results show that cultural identity, coping, family strain, community support, and SES contribute together to build family resilience. The final generated model shows community support as a mediator of cultural identity and SES in the formation of family resilience, which is directly influenced by family strain and coping.
Penyebaran COVID-19 di Indonesia berdampak pada penutupan sementara sekolah-sekolah di berbagai jenjang pendidikan termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sekolah dari rumah secara daring menjadi alternatif pilihan agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan dengan risiko penyebaran COVID-19 yang minim pada remaja. Akan tetapi, beberapa penelitian menemukan bahwa kegiatan sekolah dari rumah membawa dampak negatif bagi remaja, khususnya remaja awal mengingat kebutuhan remaja untuk terlibat dalam aktivitas sosial sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi psikologis remaja SMP selama melaksanakan kegiatan sekolah dari rumah secara daring akibat pandemi COVID-19. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei online menggunakan media internet (internet surveys). Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 143 partisipan (Mage=14; 57% perempuan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah dari rumah membuat remaja SMP mengalami perasaan negatif seperti bosan (45,26%), sedih (20,53%), lelah (9,47%), takut (1,58%), khawatir (1,58%), dan kecewa (2,63%). Disisi lain, beberapa remaja menunjukkan perasaan positif seperti senang (16,32%) dan nyaman (0,53%). Perasaan negatif yang muncul terutama disebabkan oleh terbatasnya interaksi dengan teman dan banyaknya tuntutan tugas yang diberikan dari sekolah
Kebijakan belajar dari rumah menimbulkan masalah baru pada siswa-siswi remaja SMA yang rentan mengalami masalah psikologis dalam menghadapi berbagai perubahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi psikologis siswa-siswi remaja SMA selama melaksanakan kegiatan sekolah dari rumah akibat pandemi COVID-19. Penelitian deskriptif dengan metode internet survei digunakan dalam penelitian ini. Partisipan berjumah 201 remaja berusia 14-18 tahun (Mage=16.62, SD=.73). Hasil menunjukkan sekolah dari rumah membuat siswa-siswi remaja SMA mengalami perasan negatif seperti bosan (35.99%), lelah (24.84%), sedih (18.47%), dan khawatir (11.46%). Beberapa memiliki perasaan positif yaitu senang (8,60%) dan juga netral (0.64%). Perasaan negatif disebabkan oleh berkurangnya interaksi tatap muka dengan guru dan teman, lebih banyak tugas yang diberikan, gangguan internet, dan banyaknya distraksi di rumah. Hal ini perlu dipertimbangkan untuk mencegah masalah psikologis yang lebih parah pada remaja sebagai dampak dari kegiatan belajar dari rumah.School from home create new problems for high school students who experience psychological problems in dealing with various changes. Study aimed to overview the psychological condition of high school students during school from home due to COVID-19. Descriptive research with internet survey method was used in this research. Participants consisted of 201 adolescent aged 14-18 years (Mage=16.62, SD=.73). Result indicated that high school students experience negative feelings during school from home such as boredom (35.99%), tired (24.84%), sad (18.47%), and worried (11.46%). Some have positive feelings, such as happy (8.60%) and neutral feeling (0.64%). Negative feelings caused by less face-to-face interactions with teachers and friends, more assignments, internet problem, and distractions at home. This needs consideration to prevent psychological problems in adolescents as a result of school from home.
Penelitian ini mencoba menggali faktor protektif resiliensi keluarga dari hal yang paling dekat dengan kehidupan individu, yaitu budaya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah identitas budaya Jawa berkontribusi pada internalisasi cognitive reappraisal dalam membentuk resiliensi keluarga pada keluarga suku Jawa. Responden penelitian terdiri dari 317 orang tua, bersuku Jawa, laki-laki (35%) dan perempuan (65%), berusia 25-63 tahun (M= 44, SD=7.1) yang diperoleh melalui tehnik convenience sampling. Pengambilan data dilakukan dengan metode survey menggunakan tiga alat ukur, yaitu Walsh Family Resilience Questionare (α= 0.917), Dimensi cognitive reappraisal dari Emotion regulation Questionnaire (α= 0.793), dan Alat Ukur Identitas Budaya Jawa (α=0.818). Analisis regresi dan uji mediasi dilakukan dengan bantuan PROCESS di SPSS. Hasil penelitian melaporkan bahwa identitas budaya Jawa berkontribusi membentuk cognitive reappraisal (R2= 0.050; β= 0.229; p<0.001). Cognitive reapraissal juga dilaporkan berkontribusi membentuk resiliensi keluarga (R2= 0.076; β=0.281; p<0.001), namun perannya sebagai mediator tidak terkonfirmasi karena efek kontribusinya tidak cukup besar dibandingkan jika identitas budaya Jawa berkontribusi langsung pada resiliensi keluarga (coeff jalur a*b= 0.0569; p<0.001; coeff jalur c’= 0.9369; p<0.001).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.