Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang ditandai inflamasi kronik sistemik dan menyerang berbagai jaringan terutama sendi. Pertimbangan utama dalam pemilihan jenis obat RA adalah keberhasilan terapi dan efek samping. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan pemilihan jenis obat dan keberhasilan terapi RA pada pasien rawat jalan di salah satu rumah sakit di Bandung. Penelitian ini bersifat analitik crosssectional, dimulai dengan mengumpulkan data secara retrospektif pada 30 pasien usia produktif yang melakukan terapi RA selama tiga bulan menggunakan metilprednisolon, metotreksat, kombinasi keduanya, atau dengan obat lain. Evaluasi keberhasilan terapi dilakukan dengan membandingkan keberhasilan perbaikan nilai Disease Activity Score 28 (DAS28) sebelum dan setelah terapi, dan monitoring efek samping dilihat dari kadar hemoglobin, laju endap darah, jumlah trombosit, dan leukosit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% pasien yang berobat memperoleh terapi metilprednisolon tunggal dan/atau kombinasi dengan metotreksat atau Disease-modifying Antirheumatic Drugs (DMARDs) lain. Pasien yang menerima metilprednisolon tunggal dan metotreksat tunggal mengalami penurunan nilai DAS28 sebanyak 26,8% dan 15,4% jika dibandingkan dengan kondisi awal (sebelum terapi). Pasien yang menggunakan kombinasi metotreksat, metilprednisolon, dan DMARDs lain mengalami peningkatan kadar hemoglobin tertinggi sebesar 3,51% dan penggunaan metotreksat tunggal dapat meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 2,42%. Pasien yang menerima metotreksat tunggal mengalami penurunan nilai laju endap darah tertinggi sebesar 38,46%, penurunan trombosit tertinggi sebesar 27,16%, serta penurunan leukosit tertinggi sebesar 48,80%. Dapat disimpulkan bahwa meskipun sebagian besar pasien menerima terapi metilprednisolon tunggal dan/atau kombinasi dengan obat DMARDs lain, terapi menggunakan metotreksat tunggal masih merupakan pilihan utama untuk mencegah terjadinya remisi dan menurunkan risiko efek samping.
ABSTRAKHerba pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) secara tradisional dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, seperti infeksi dan batu saluran kencing, diuretik, rheumatik, sakit tenggorokan (faringitis), pembersih darah, datang haid tidak teratur, keputihan, hepatitis A. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan penggunaan herba pecut kuda pada hewan uji. Ekstrak air herba pecut kuda dibuat dengan metode perebusan dalam air suling selama 30 menit. Pengujian toksisitas akut dilakukan mengacu pada pedoman BPOM. Pengujian toksisitas akut dilakukan pada mencit Swiss Webster jantan dan betina dengan pemberian tunggal ekstrak air herba pecut kuda pada dosis 100, 500, 2.000, 5.000 dan 10.000 mg/kg bb. Pengamatan dilakukan selama 14 hari. Hasil menunjukkan bahwa selama 14 hari setelah pemberian tunggal ekstrak air herba pecut kuda, tidak ada kematian pada seluruh hewan uji. Dapat disimpulkan bahwa LD50 ekstrak air herba pecut kuda lebih besar dari 5.000 mg/kg bb. Kata kunci: pecut kuda, Stachytarpheta jamaicensis, toksisitas akut, ekstrak air, LD50 ABSTRACT Traditionally, Pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.)Vahl) is used to treat various
Cerme (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) merupakan salah satu tumbuhan yang oleh sebagian masyarakat Indonesia digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, dan kadar kolesterol tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antikolesterol ekstrak etanol daun cerme pada tikus Wistar betina, dan menguji salah satu mekanisme kerjanya melalui uji efek penghambatan penyerapan kolesterol di saluran cerna. Ekstrak etanol dibuat dengan menggunakan seperangkat alat Soxhlet. Induksi kolesterol pada hewan uji dilakukan dengan pemberian kolesterol murni 400 mg/kg bb per oral dan 0,01% propiltiourasil dalam air minum ad libitum. Ekstrak etanol daun cerme diberikan pada dosis 22,5 dan 45 mg/kg bb, dan sebagai pembanding digunakan ezetimibe 0,9 mg/kg bb. Parameter yang diukur adalah bobot badan, kadar kolesterol dalam serum dan kadar kolesterol dalam feses. Hasil pengujian dianalisis statistik menggunakan Uji-t. Hasil uji persen relatif kadar kolesterol dalam serum menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun cerme dosis 22,5 da n 45 mg/kg bb mampu menghambat pembentukkan kolesterol jika dibandingkan terhadap kontrol pada hari ke-14, dimana efek penghambatan pembentukkan kolesterol terbaik ditunjukkan oleh ekstrak etanol dosis 45 mg/kg bb. Hasil uji persen relatif kadar kolesterol dalam feses menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun cerme dosis 22,5 dan 45 mg/kg bb memiliki efek penghambatan penyerapan kolesterol jika dibandingkan terhadap kontrol mulai hari ke 3 sampai hari ke 14. Hasil pengujian bobot badan hewan yang diberi sediaan uji ekstrak etanol cerme dan pembanding ezetimibe tidak menunjukkan peningkatan mulai hari ke 3 sampai hari ke 14. Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa efek antikolesterol dari ekstrak etanol daun cerme berkaitan dengan kemampuannya menghambat penyerapan kolesterol di saluran cerna.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.