Nori merupakan produk pangan yang dihasilkan dari rumput laut Phorphyra. Phorphyra tidak tersedia di Indonesia sehingga upaya membuat produk nori dapat digunakan rumput lain yang tersedia melimpah di Indonesia antara lain Ulva lactuca dan Gelidium. Ulva lactuca mengandung klorofil yang dapat memberi kontribusi warna hijau pada nori. Gelidium merupakan penghasil agar yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi, bahan pemantap, pengental, penstabil, penjernih dan pembentuk gel. Kombinasi dua rumput laut tersebut diduga dapat menghasilkan nori dengan karakteristik mendekati produk komersial. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh perbandingan jumlah Ulva lactuca dan Gelidium terhadap nilai hedonik, kuat tarik, serat kasar, kadar protein, air dan abu. Tiga perlakuan perbandingan persentase Ulva lactuca dan Gelidium digunakan yaitu 75%:25% (P1); 50%:50% (P2); dan 25%:75 (P3). Perbandingan persentase Ulva lactuca dan Gelidium berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai sensori (hedonik), kuat tarik, kandungan serat kasar, kadar protein dan abu, namun tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap jumlah kadar air nori. Perlakuan P1 (75% Ulva lactuca dan 25% Gelidium) adalah nori yang paling disukai panelis dan mempunyai karakteristik warna hijau tua, mudah dilipat, tipis, memiliki tekstur yang halus dan rasa asin, mendekati nori komersial dengan nilai hedonik 7,26<µ<7,41. Nori P1 menghasilkan nilai kuat tarik; kandungan serat kasar; kadar air; kadar protein, dan abu masing-masing 4,65±1,5 Mpa; 20,44±1,78%, 17,24%±0,57; 12,89±0,07% dan 14,71±0,09.