AbstrakK ebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal atau hunian terus meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk. Harga rumah yang begitu tinggi menyebabkan tidak semua orang mampu membelinya secara tunai. Pembiayaan hunian yang ditawarkan oleh berbagai bank menjadi jalan keluar bagi orang-orang yang menginginkan sebuah hunian dengan cara mencicil ke bank. Bank syariah pun mulai mengembangkan fasilitasnya hingga kepada pembiayaan hunian syariah sampai dengan pengalihan (take over) pembiayaan hunian syariah dari bank konvensional ke bank syariah. Pada pembiayaan hunian ini, terjadi dua akad yaitu bai' dan murabahah. Sedangkan pada Hukum Islam dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW melarang dua transaksi jual beli dalam sekali transaksi. Pembahasan permasalahan dalam jurnal ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang menitikberatkan pada data kepustakaan atau data sekunder. Spesifikasi penelitian yang dilakukan ialah deskriptif analitis dengan meneliti terhadap fakta dalam hal hybrid contracts pada take over pembiayaan hunian syariah terhadap prinsip-prinsip syariah dalam perspektif hukum Islam. Hasil penelitian yang diperoleh menujukkan larangan multi akad atau hybrid contracts yang berkembang selama ini ditafsirkan secara sempit dan salah. Larangan tersebut berakibat pada terhambatnya pengembangan inovasi produk perbankan syariah di Indonesia. Termasuk di dalamnya proses take over pembiayaan hunian syariah yang mengandung multi akad. Proses take over yang dilakukan oleh bank syariah ke bank konvensional dengan sistem syirkah al-milk, lalu memberikan produk pembiayaan hunian syariah kepada nasabah dengan akad ba'i murabahah tidak dapat dimasukkan ke dalam hybrid contracts yang dilarang dalam perspektif Hukum Islam.
Sedimentation is an important issue in reservoir rehabilitation and maintenance. This problem is worsened by seasonal water scarcity as a characteristic of arid catchments. Worldwide loss of storage capacity due to sedimentation is much higher than the increase of capacity by the construction of new reservoirs. Further, sedimentation hinders the safe operation of not only shallow reservoirs but also deep reservoirs by means of turbidity currents which sporadically transport large volumes of sediments down to the dams. This study analyses the real case of Pengga reservoir and Batujai reservoir located in Central Indonesia. Selected sediment management alternatives were analysed and evaluated based on technical, social and environmental criteria. Evaluation of sediment management alternatives was conducted by utilising the REServoir CONservation (RESCON) tool. Results showed that, first, both flushing techniques and hydrosuction are feasible whereas dredging and trucking are not. Secondly, the flushing technique outweighs the Hydrosuction Sediment Removal (HSRS) method. Thirdly, application of the HSRS method in both reservoirs shares one thing in common, i.e. it requires an appropriate combination of the number of suction pipes as well as minimum suction pipe diameters. Lastly, there are some differences in the details of implementation of the flushing technique to both reservoirs.
Zero runoff identik dengan suatu upaya untuk meminimalisir limpasan akibat hujan di permukaan lahan. Upaya ini digunakan sebagai bentuk mempercepat waktu kuras limpasan di dalam kawasan permukiman yang saluran drainasenya kurang berfungsi maksimal. Solusi untuk zero runoff di permukiam adalah menggunakan media lubang biopori. Lubang biopori merupakan salah satu bentuk teknologi tepat guna multifungsi, karena dapat mengurangi limpasan hujan sekaligus untuk konservasi air tanah dengan cara meresapkan air ke dalam tanah melalui lubang-lubang yang dibuat dengan ukuran tertentu. Bahan paving block bertujuan agar pekarangan/lahan menjadi rapi, bersih dan rata, namun mengurangi kemampuannya meresapkan air ke dalam tanah menjadi berkurang. Oleh karena itu dibutuhkan paving block biopori, yaitu paving block yang diberi lubang berukuran tertentu. Metode ini sangat cocok disosialisasikan dan diterapkan di pemukiman padat penduduk di suatu kawasan perkotaan. Hasil riset pendahuluan menunjukkan, bahwa lubang biopori mampu mereduksi genangan air akibat limpasan air hujan sebesar ± 15 % di awal musim hujan dan menurun menjadi ± 2% di akhir musim hujan, dengan laju peresapan air per lubang 3 liter/menit di awal musim hujan dan menurun menjadi ± 0,4 liter/menit di akhir musim hujan. Kegiatan sosialisasi dan penyuluhan tentang zero runoff dan biopori mampu meningkatkan pengetahuan warga masyarakat tentang cara pembuatan lubang biopori secara mandiri dan berbagai manfaatnya yang multifungsi
Kebutuhan air terbesar adalah sektor pertanian sekitar 80% dari total kebutuhan air. Sistem irigasi konvensional saat ini merupakan sistem yang boros air. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kebutuhan air dan hasil produksi sistem konvensional dengan sistem irigasi hemat air perpaduan System of Rice Intensification (SRI) dengan Alternate Wetting and Drying (AWD). Model yang digunakan berupa pot dengan pola penanaman mengikuti metode SRI sedangkan pengaturan pemberian airnya mengikuti sistem AWD. Terdapat enam variasi yang digunakan dalam model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air irigasi pada variasi 1 (kedalaman air-5 cm) dan variasi 2 (kedalaman air-10) dapat menghemat air 33.53% dan 19.55%, dengan produksi hasil tanaman meningkat 29.83% dan 21.39 % lebih besar dibanding variasi 6 (metode konvensional). Untuk variasi 3 (kedalaman-15 cm) dan 4 (kedalaman-17 cm) tidak disarankan untuk diaplikasikan karena walaupun ada penghematan air namun hasilnya lebih kecil dibanding variasi 6. Variasi 1 juga memiliki produktivitas air tertinggi yaitu 11.93 gr/lt, disusul variasi 2 sebesar 9.22 gr/lt, sedangkan untuk variasi 6 produktivitas airnya sebesar 6.11 gr/lt.
General guidance for reservoir operation can be referred to as the Standard Operation Procedure (SOP). Real circumstances such as drought, however, do not necessarily comply with these ideal assumptions, which then trigger the studies on optimal hedging rules. More frequent mild droughts are preferred to less frequent severe droughts. In the present work, the-constrained-based multi-objective optimization model was developed to optimize hedging rules for a reservoir located in Lombok Island, Central Indonesia. The rules were aimed to minimize two objective functions namely maximum Single Shortage (SS) and Total Deficit (TD). The former is a measure of reservoir operation during drought in short-term, whereas the latter is for long-term evaluation. Results show that these two measures are conflicting in nature, that is, the greater the SS, the smaller the TD and vice versa. The tradeoffs between SS and TD can be a helpful assist for water operators in executing their routine daily tasks by providing water allocation alternatives.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.