Tas rajutan tangan rakyat Papua, Noken, telah resmi masuk dalam daftar UNESCO warisan budaya. Pengakuan UNESCO akan mendorong upaya melindungi dan mengembangkan warisan budaya Noken. Inskripsi UNESCO ini membuat kami melakukan penelitian etnobotani pembuatan Noken oleh masyarakat di Kampung Esyo Distrik Aifat Kabupaten Maybrat Provinsi Papua Barat.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui etnobotani dan pengetahuan lokal (local knouwledge) masyarakat dalam memanfaatkan serat kulit pohon Melinjo, proses dan kriteria pengambilan bahan baku serta proses pembuatan Noken oleh masyarakat di Kampung Esyo Distrik Aifat Kabupaten Maybrat. Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey dan wawancara semi struktural (semi structural interview). Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan etnobotani pemanfaatan serat kulit pohon Melinjo dan disajikan dalam bentuk gambar.Hasil menunjukkan bahwa pemanfaatan serat kulit pohon Melinjo untuk pembuatan Noken oleh masyarakat Kampung Esyo ,,,,,’Distrik Aifat Kabupaten Maybrat, dengan memanfaatkan serat kulit pohon Melinjo dengan ukuran diameter antara 10 - 20 cm. Proses pengambilan serat dengan cara ditebang dan menguliti pohon tersebut. Perlakuan bahan baku melalui perendaman, penjemuran, penghalusan dan pewarnaan dengan maksud agar serat kulit kayu tidak cepat rusak dan lebih tahan lama (awet). Proses pembuatan Noken mengikuti pola sulaman dan anyaman, yang disesuaikan dengan pola dan ukuran Noken yang diinginkan. Pemberian warna Noken memakai pewarna alami dengan memanfaatkan beberapa jenis tumbuhan anggrek alam. Proses perajutan Noken dilakukan pada saat santai atau istirahat, tempat perajitan Noken bisa di rumah, pasar atau tempat pertemuan di kampung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi kerapatan dan kadar air basah berdasarkan posisi vertikal dan horisontal. Kayu bintangur dipilih dari tegakan yang baik dan tanpa cacat dan ditebang sebanyak 2 pohon. Setelah ditebang, kemudian dibuat contoh uji dari bagian bawah, tengah dan ujung batang. Bagian bawah berjarak 50 cm dari tanah, sedangkan jarak dari bagian bawah ke bagian tengah dan bagian tengah ke bagian ujung masing-masing adalah 4 meter. Contoh uji dipotong berbentuk disk dengan tebal 15 cm dan segera dianalisis kadar air dan berat jenisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air basah kayu bintangur bagian gubal lebih tinggi dibandingkan teras. Bagian bawah batang memiliki kadar air basah yang lebih tinggi dibandingkan bagian ujung. Sementara itu, berat jenis bagian gubal lebih rendah dibandingkan dengan teras. Berat jenis kayu teras menunjukkan kenaikan dari bagian atas batang ke bawah dan fenomena tersebut juga ditemukan pada bagian kayu gubal.
The purpose of this research is plants as raw materials for making noken in Beko Village, Obano District, Paniai Regency.. The method used in this research was descriptive method with Focus Group Discussion (FGD) approach. The results of the study that Noken is the result of cultural arts are owned by the Mee Tribe, especially women, which at the same time symbolize the values and socio-cultural functions. The Mee localism in making Noken by utilizing planst bark includes the Melinjo tree (Damiyo), Ilam tree bark (Tokeipo), anyamin tree (Kepiyai), tree bark (Woge), Watu tree bark and Epiyo which is still easy with the level of vegetation category poles with diameters between 10-20 cm. The traditional raw material treatment of large Noken by the Mee tribe in Beko village is by way of Melinjo bark (Damiyo), Ilam bark (Tokeipo), anyamin tree (Kepiyai), bark (Woge), Watu and Epiyo tree bark drying, smoothing bark and coloring. The process of making Noken follows the embroidery and woven pattern, types of local plants namely Takai and Tokeipo. Noken knitting process is done when relaxing or resting, where large Noken knitting can be at home, market or meeting place in the village. Keywords: Social culture, Localism, Noken, Mee tribe
This study aims to determine the physical condition of land use in fact according to the physical condition and condition of the area from the scoring of the rainfall map, slope and soil type overlaid with the 2004 land use map and regional spatial planning. This research uses descriptive qualitative data collected into the form of tables and maps in order to obtain an overview of the suitability of the function of the area with the characteristics of the area. Based on the results of the scoring analysis of the map (slope, rainfall and soil type) there are three function zoning areas namely protected area area of 80.36 km², forestry cultivation area area of 158.57 km² and non forestry cultivation area area of 105.56 km². While the results of the analysis of the interpretation of the iconos path/row 107-61 image map obtained 12 land use patterns in the Sorong City area in the form of primary dryland forest, secondary dryland forest, airport, primary mangrove forest, primary swamp forest, gardens, sand, settlements, dry land farming, grass/shrubs, ponds and vacant land. In accordance with the physical conditions and land use, there are three zoning functions of the area for the direction of the Sorong City spatial plan, namely a protected area of 165.17 km² (47.95%), a forestry cultivation area of 108.47 km² (31.49%) and a cultivation area non-forestry 70.84 km² (20.56%) of the total area of Sorong City 344.49 km².
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.