Implementasi kebijakan Program Indonesia Pintar di Madrasah melibatkan banyak elemen yang belum tentu semuanya berpartisipatif dengan baik. Oleh karena itu penelitian ini berusaha membantu pemerintah untuk mengevaluasi program Indonesia Pintar di Madrasah dengan model evaluasi CIPP yaitu evaluasi konteks , input, proses, dan produk yang dipopulerkan oleh Stufflebeam. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi dunia akademik mengenai pemahaman tentang salah satu program pemerintah di bidang pendidikan yaitu Program Indonesia Pintar di Madrasah serta memberikan gambaran implementasi Program Indonesia Pintar di Madrasah Kota Balikpapan untuk menjadi evaluasi bagi pihak terkait. Selain itu penelitian ini bermaksud memberikan umpan balik bagi stakeholders tentang dampak implementasi program Indonesia Pintar serta sebagai dasar perencanaan program selanjutnya. Beberapa temuan di lapangan menunjukkan terjadinya ketidak tepatan sasaran penerima bantuan, serta penggunaan dana bantuan yang tidak tepat. Selain itu dana Program bantuan juga perlu ditingkatkan untuk memenuhi kuota siswa miskin, begitu juga dengan kurangnya sosialisasi tentang Program Indonesia Pintar di Madrasah.
Humanistic existentialism considers that humans have authority over themselves in determining actions, changes, and destinies. The method used is literature study with a qualitative approach.Humanistic existential there are 6 positive basic dimensions that exist in humans:(1) Capacity for self-awareness; (2) Freedom and responsibility; (3) Creating self-identity and creating meaningful relationships with others; (4) The search for meaning, purpose, values and targets; (5) Anxiety as a living condition; (6) Awareness of the coming of death and non-existence, in which the six dimensions will be associated with Islamic counseling. In Islam, there are values in the 6 basic dimensions of humanistic existential positivity such as the capacity for self-awareness that is about awareness of being a servant of God assigned as caliph on Earth, freedom of action but also being responsible for his actions, creating harmonious relationship with others, realizing that the self has limitations and must be willing to face death whose nature cannot be avoided as living creatures and others.ABSTRAKEksistensial humanistik menganggap bahwa manusia memiliki otoritas terhadap dirinya sendiri dalam menentukan tindakan, perubahan, serta nasib. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dengan pendekatan kualitatif. Pada eksistensial humanistik terdapat 6 dimensi dasar positif yang ada pada manusia, yaitu: (1) Kapasitas akan kesadaran diri; (2) Kebebasan serta tanggung jawab; (3) Menciptakan identitas dirinya dan menciptakan hubungan yang bermakna dengan orang lain; (4) Usaha pencarian makna, tujuan, nilai dan sasaran; (5) Kecemasan sebagai suatu kondisi hidup; (6) Kesadaran akan datangnya maut serta ketidakberadaan, yang dimana keenam dimensi tersebut akan dikaitkan dengan konseling Islam. Di dalam Islam sendiri pun terdapat nilai – nilai yang ada pada 6 dimensi dasar positif eksistensial humanistik seperti kapasitas akan kesadaran diri yaitu mengenai fitrah dan kesadaran akan sebagai hamba Allah yang ditugaskan sebagai khalifah di Bumi, kebebasan dalam bertindak tetapi juga bertanggung jawab atas tindakannya, menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang lain, menyadari bahwa diri memiliki keterbatasan dan harus ikhlas menghadapi kematian yang hakikatnya tidak dapat dihindari sebagai mahluk hidup dan lain – lain.
A grateful personality is one of the essential elements in the personality development of students. This personality is reflected in verbal and deeds as a manifestation of acknowledgment in the heart for the blessings. This personality encourages students to appreciate and repay the kindness of others. This study aims to determine the level of gratitude of junior high school students in East Kalimantan. This study used a mixed-method approach. Respondents in this study were 714 people. The mean test results showed that the level of students' gratitude at Junior High Schools in East Kalimantan was very high, with an average score of 4.6. The teacher's strategies in instilling a grateful personality are with advice, exemplary, assignments, habituation, and activity programs at school. The methods are by providing materials (lectures, advice, discussions, and questions and answers related to gratitude), exemplary by providing examples of the values of gratitude, giving demonstration tasks, and practice in gratitude, giving the task of making a list of good things that have been felt and should be grateful for every day, habituation to good things (instilling the nature of qana'ah, giving appreciation and motivation, presenting a sense of empathy around oneself, inviting self-introspection, giving charity, helping others, spreading smiles, greetings, visiting friends or teachers who are sick or grieving), and school programs (dhuha and dzuhur prayers in congregation, reading the Qur'an, praying before starting lessons, and giving sadaqah every Friday at school). The results of this study may have an implication to become a policy regulation for schools to support the development of a grateful personality for students of Junior High School.
Televisi menjadi media yang tak pernah lepas dari kehidupan dan seolah menjadi sesuatu yang harus selalu ada dalam keseharian manusia modern mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Acara televisi mampu menyulap peminatnya untuk ikut dalam acara mulai dari kartun hingga sinetron, dengan sajian semenarik mungkin agar para penontonnya merasa terhibur. Namun, pernahkah kita bayangkan ketika anak-anak yang masih dibawah umur ikut menonton acara televisi yang bukan untuk mereka, apa dapat dipastikan anak-anak akan ikut mencontoh apa yang ada di televisi, sebab mereka adalah peniru terhebat dari apa pun yang dilihat. Artikel ini mencoba mengulas apa yang terjadi pada perilaku anak-anak setelah mereka menyaksikan acara televisi yang tidak seharusnya mereka saksikan. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan pengisian angket. Data yang didapat dianalisis dengan langkah merangkum, menyajikan dan penarikan kesimpulan. Adapun objek penelitian anak-anak berusia 5-11 tahun sebanyak 10 orang anak. Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar (6 orang anak) anak umur 3-5 tahun menghabiskan waktunya untuk menonton televisi selama 3-6 jam perhari, dengan tontonan kartun dan sinetron. Pengaruhnya bagi anak mudah sekali menirukan lagu / dan gerakan yg mereka tonton.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.