<p>Produksi tomat di Indonesia banyak menghadapi gangguan penyakit, baik biotik maupun abiotik, diantaranya penyakit bercak daun yang disebabkan <em>Alternaria solani</em> dan <em>blossom end rot </em>yang disebabkan defisiensi kalsium. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kombinasi teknik perlakuan konsorsium <em>plant growth promoting rhizobacteria</em> (PGPR) dengan <em>Trichoderma hamatum</em> THSW13 dalam mengendalikan penyakit bercak daun dan <em>blossom end rot</em> serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat di lapangan. PGPR yang diuji adalah <em>Pseudomonas fluorescens </em>PF1 dan <em>Bacillus polymixa </em>strain<em> </em>BG25.</p><p>Percobaan telah dilakukan di pertanaman tomat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah dengan perlakuan: (A) perlakuan benih dan di persemaian, (B) perlakuan benih, perlakuan di persemaian dan perlakuan pada tanaman di lapangan, (C) perlakuan fungisida kimia sintetik sebagai kontrol. Percobaan dilaksanakan dengan metode eksperimental dan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan pengamatan terhadap penyakit tanaman dan agronomis. Hasil uji menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi konsorsium PGPR dan <em>T. hamatum </em>THSW13 dengan perlakuan benih, di persemaian dan pada tanaman di lapangan menunjukkan kemampuan lebih baik dalam menekan tingkat keparahan penyakit bercak coklat dan persentase kejadian <em>blossom end rot</em> serta meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang dan produktivitas per satuan luas dibandingkan perlakuan hanya pada benih dan di persemaian.</p>
Pemanfaatan agens hayati menjadi salah satu komponen pengendalian penyakit secara terpadu dalam budi daya bawang merah. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas tiga agens hayati (Bacillus subtilis B1 dan B298, Fusarium oxysporum nonpatogen T14a) dalam menekan insidensi penyakit busuk pangkal dan memacu pertumbuhan dua varietas bawang merah (‘Bima Brebes’ dan ‘Tajuk’) di lapangan. Penelitian eksperimental disusun dalam rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri atas dua faktor, yaitu jenis agens hayati dan varietas bawang merah. Semua agens hayati yang diuji menunjukkan kemampuan memperpanjang masa inkubasi penyakit, menekan insidensi penyakit dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen busuk pangkal umbi. Bacillus subtilis B1 dan F. oxysporum nonpatogen T14a menunjukkan efikasi yang tinggi, yaitu 81.5% dan 58.0%. Berdasarkan nilai insidensi penyakit dan luas daerah di bawah kurva perkembangan penyakit diketahui bahwa var. ‘Tajuk’ bersifat lebih rentan terhadap penyakit busuk pangkal dibandingkan dengan var. ‘Bima Brebes’. Semua agens hayati yang diuji juga mampu meningkatkan persentase pertunasan umbi bawang merah, indeks luas daun, laju pertumbuhan, total klorofil pada daun, dan produktivitas tanaman. Peningkatan produktivitas tertinggi ditunjukkan B. subtilis B1 (45.45%), disusul berturut-turut oleh F. oxysporum nonpatogen T14a (37.88%), dan B. subtilis B298 (28.79%). Dua dari tiga agens hayati yang diuji, yaitu B. subtilis B1 dan F. oxysporum nonpatogen T14a, potensial untuk dijadikan agens pengendali patogen busuk pangkal batang pada tanaman bawang merah karena memiliki kemampuan cukup baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Microbe-intensive technology is an integrated package of various biocontrol agents in chili cultivation. This technology was known to be effective in suppressing various chili diseases. The effect of this technique on the two mayor pests of chili, i.e. fruit flies (Bactrocera sp) and thrips (Thrips sp) is still unknown. The aim of this study was to find out the effect of microbeintensive technology on the infestation intensity of fruit flies and thrips on chili pepper. The study consisted of four treatments, namely fully microbe- intensive, microbe- intensive in the nursery, conventional, and control. The research was conducted in three locations with different altitudes. Infestation intensity of fruit fly were observed at 10 and 11 weeks after planting, while observations of infestation intensity of thrips were carried out once a week from 2 to 10 weeks after planting. The application of microbe-intensive technology significantly reduced the infestation rate of fruit flies. Microbe-intensive technology reduced thrips infestation at two planting locations, i.e. Margasari and Bojong, but It was not significantly affect the thrips infestation on Bumijawa.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.