Tanaman yute di Indonesia memiliki prospek dan peluang yang baik untuk dijadikan bahan baku industri karung goni, pulp dan kertas. Benih yute masih memiliki perkecambahan yang rendah karena secara morfologi memiliki kulit biji yang keras dan masa dormansi yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai teknik pematahan dormansi benih untuk meningkatkan daya berkecambah benih yute. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Faktor pertama terdiri atas aksesi benih yute (2005 dan 2006), faktor kedua terdiri atas media perkecambahan (kertas merang dan pasir), dan faktor ketiga terdiri atas perlakuan perendaman benih (tanpa perendaman, perendaman air suhu 80 o C selama 1 jam, perendaman air suhu 80 o C selama 2 jam, perendaman air suhu 80 o C selama 3 jam, perendaman air suhu 27 o C selama 12 jam, perendaman air suhu 27 o C selama 20 jam dan perendaman air suhu 27 o C selama 25 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara aksesi benih, media perkecambahan dan perlakuan benih memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase daya berkecambah, persentase benih keras dan panjang akar. Benih yute 2006 yang direndam air suhu 80ºC sampai dingin selama 3 jam dan dikecambahkan pada media kertas merang memiliki persentase keserempakan tumbuh terbaik (90,5%), daya berkecambah (90,1%), benih keras terendah (8,75%), tinggi plumula (3,88 cm) dan panjang radikula terbaik (3.89 cm). Persentase keserempakan tumbuh, daya berkecambah, persentase benih keras dan tinggi plumula tidak berbeda nyata antara dua aksesi benih yute. Perendaman benih dengan air suhu 80ºC sampai dingin selama 3 jam dan dikecambahkan pada media kertas merang mampu mematahkan dormansi dan meningkatkan daya berkecambah dua aksesi benih yute. Kata kunci: Corchorus olitorius, yute, dormansi, daya berkecambah, perlakuan air panas, media perkecambahan. The Techniques of Dormancy Breaking to Increase Seed Viability of Jute (Corchorus olitorius L.
This study was aimed to determine the viability rate of rosella seed, to obtain the best result of seed testing for enhancing rosella seed viability, to find the best seed invigoration method for enhancing rosella seed viability, to obtain staining pattern through tetrazolium test of rosella seed, and to determine viability and vigor of rosella seed to be further used as estimation indicator for rosella plant growth in the field. The study was conducted in the Seed Laboratory, Indonesian Sweetener and Fiber Crops Research Institute (ISFCRI), Malang, East Java during July - August 2018. The material used included accessions of rosella seed (Hibiscus sabdariffa L.) ACC. 1148 from the year 2015 and collection of ISFCRI, 100 ml of Tetrazolium solution (40 ml KH2PO4, 60 ml Na2HPO4 and 1 gr of Tetrazolium powder). This research applied Completely Randomized Design (CRD) consisted of seed treatments of control (no immersion/0 hour), immersion for 5 hours, immersion for 10 hours, and scarification, each with 4 replications. Result of this study showed that the use of tetrazolium salt was found to be better in enhancing the viability of rosella seeds. Viable seeds was found to have bright red embryonic axis and bright red cotyledon. Testing using paper media on several seed invigoration treatments resulted in significantly different effect on parameters of vigor index, germination capacity, and dry weight of normal seedling. The best parameter of germination capacity and dry weight of normal seedling was obtained by treatment immersed in water at temperature of 27°C for 10 hours
Kenaf termasuk tanaman semusim yang memiliki struktur benih yang relatif keras dan sangat berpengaruh terhadap viabilitas benih. Viabilitas benih dapat dihambat oleh adanya kemampuan benih untuk menunda perkecambahan, yaitu mempunyai sifat dormansi. Beberapa teknik pematahan dormansi dapat dilakukan untuk membantu perkecambahan benih yang disebabkan oleh kondisi fisik maupun fisiologis benih. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji pengaruh antara teknik pematahan dormansi pada dua aksesi benih terhadap peningkatan daya berkecambah benih kenaf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2017. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap faktorial. Faktor pertama adalah aksesi benih yang terdiri dari dua aksesi yaitu ACC 322 dan ACC 1301, sedangkan faktor kedua adalah teknik pematahan dormansi yang terdiri atas 10 perlakuan yaitu perendaman air suhu 90ºC selama 3 menit, perendaman air suhu 90ºC selama 5 menit, perendaman air suhu 27ºC selama 12 jam, perendaman air suhu 27ºC selama 16 jam, pemotongan pada salah satu sisi benih, pemanasan benih dalam oven 80ºC selama 10 menit, pemanasan benih dalam oven 80ºC selama 20 menit, perendaman 98% H2SO4 selama 10 menit, perendaman 98% H2SO4 selama 15 menit dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemotongan pada salah satu sisi benih dapat meningkatkan persentase daya berkecambah hingga >90% dan merupakan teknik pematahan dormansi yang mampu meningkatkan daya berkecambah pada dua aksesi benih kenaf. Kata kunci: Kenaf, serat, dormansi, perkecambahan, pemotongan benih Techniques of Dormancy Breaking in Two Kenaf (Hibiscus cannabinus L.
<p><em>Seed coated</em> merupakan teknologi pelapisan benih dengan bahan tertentu untuk mempertahankan mutu benih dan membuat bentuk benih lebih teratur. Prosesing benih kapas saat ini masih menggunakan bahan kimia seperti asam sulfat (<em>seed delinted</em>) untuk menghilangkan kabu-kabu (<em>linter</em>) yang masih menempel pada biji setelah proses pemisahan serat dan biji. <em>Seed delinted</em> memungkinkan terjadinya kerusakan kulit hingga lembaga biji dan dapat menimbulkan masalah lingkungan dari limbah yang dihasilkan dalam proses tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perlakuan benih pada tiga jenis varietas terhadap viabilitas benih kapas. Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial dalam RAK. Faktor Pertama terdiri atas beberapa perlakuan benih yaitu benih berkabu, benih <em>delinted</em>,<em> coated</em> dengan tapioka dan kaolin serta <em>coated </em>dengan<em> arabic gum</em>. Sedangkan, faktor kedua terdiri atas varietas kapas yaitu Kanesia 10, Kanesia 18 dan Kanesia 19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan benih dengan varietas kapas berpengaruh nyata untuk parameter panjang radikula dan menghasilkan koefesien keragaman mencapai 9.85%. Perlakuan benih <em>coated</em> dengan bahan <em>arabic gum</em> menunjukkan hasil yang terbaik untuk semua parameter pengamatan. Sedangkan, varietas Kanesia 10 menunjukkan persentase keserempakan tumbuh, persentase daya berkecambah, dan persentase potensi tumbuh maksimum terbaik masing-masing 92.25%, 96.25%, dan 98.00%. Perlakuan benih dengan teknologi <em>seed coated</em> menggunakan <em>arabic gum</em> pada Varietas Kanesia 10 dapat menunjukkan persentase viabilitas benih kapas terbaik.</p><p> </p><p><strong>Effect of Seed Coating on the Seeds Viability of Three Cotton Varieties ( Gossypium hirsutum L.) </strong></p><p><br />Seed coating technology with certain materials is objected to maintain seed quality and to make seed shapes more regular. Currently, cotton seeds processing is using chemicals such as sulfuric acid (acid seed delinted) to remove the linter which is still attached to the seeds after the separation of fibers and seeds. Acid seed delinting could causing damage on the seed skin as well as to the seed embryo and also cause environmental problems from the waste produced in the process. Seed coated technology has the prospect to be applied in the process of cotton seeding, so the process becomes environmentally friendly. This study aims to evaluate the effect of seed coating treatment on three cotton varieties on the seed viability. This study uses Randomized Block Design Factorial. The first factor consisted of four seed treatments namely fuzzy seed (control), seed delinted, seed coated with tapioca and kaolin and seed coated with arabic gum. The second factor were cotton varieties namely Kanesia 10, Kanesia 18, and Kanesia 19. The results showed that the interaction between seed treatments with cotton varieties significantly affected the radicular length parameters and produced a coefficient of varians 9.85%. Seed coated with arabic gum showed the best results for all observation parameters. Kanesia 10 showed the best of growing simultaneity, germination, and the potential maximum growth by 92%, 96%, and 98%, recpectively. The cotton cotton seed coated with arabic gum is prospective to be applied in the cotton seeding process as an alternative to the acid delinting technique that is not environmentally friendly. </p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.