Banana is a tropical fruit that has high nutritional contents such as carbohydrates, vitamins and minerals, but it is prone to enzymatic browning reactions due to polyphenol oxidase (PPO) activity. This research was conducted to inhibit the reduction of the lightness of banana flesh using Hypoiodous Acid (HIO) as specific acid. The banana peel was stored for 3 days at room temperature storage (27°C). The analysis was done on colour change based on the L* value. HIO was obtained using a reaction mixture between H2O2 and KI using peroxidase as a catalyst. The HIO was attached to the crown surface of the banana. The lightness was analysed using a digital colour meter within seven points of the area. The results showed that HIO could inhibit the lightness change of banana flesh resulting in a non-significant decrease in the lightness during 3 days of storage. This research might open the knowledge of the preservation of bananas by inhibition of its lightness change in the end-user banana consumer.
K-pop industry players remain active in making new innovations in the face of new and unexpected problems. Like globalization which involves almost everyone in the world who is influenced or influenced in today's global relations. The Covid-19 pandemic has disrupted the entire world without exception, all aspects are affected by Covid-19. Various activities must be carried out virtually, including k-pop music concerts which are usually synonymous with fan cheering activities, but must also be turned into virtual concerts which result in limitations in our activities or in feeling the sensation of enjoying concerts. What is the strategy of the actors driving the Korean wave in facing challenges during the Covid-19 pandemic? By using the library research method, we found that during the pandemic, industry players who play a role in the Korean Wave phenomenon, have their own way of maintaining the existence of the Korean Wave during the pandemic, namely by making new innovations such as holding virtual K-Pop concerts, marketing products with e-commerce, and utilizing the Korean entertainment industry in introducing Korean specialties
The development of online business in Indonesia is currently showing an improvement for the better the industrial era 4.0, a lot of Indonesians choose to shop online. Indonesia, namely reaching 8.8% per year until 2017. This study analyzes the effect of service quality, trust, and brand image on customer loyalty with customer satisfaction as the mediation. This research with quantitative methods, the sample collection technique in this study was purposive sampling by distributing questionnaires to 152 people. Data were analyzed using Structural Equation Modeling based on Partial Least Square. This study found that brand image had an influence on customer satisfaction and made customers use services repeatedly, serviced quality and customer trust did not affect customer satisfaction and did not make customers use services repeatedly. Perkembangan bisnis online di Indonesia sekarang ini menunjukan peningkatan kearah lebih baik, di era industri 4.0 semakin banyak orang Indonesia yang memilih berbelanja secara online. Indonesia yaitu mencapai 8,8% per tahun hingga tahun 2017. Penelitian ini menganalisis pengaruh kualitas layanan, kepercayaan, citra merek terhadap kesetiaan pelanggan dengan kepuasan pelanggan sebagai mediasinya. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif, teknik pengumpulan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan menyebar kuesioner kepada 152 orang. Data dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling berbasis Partial Least Square. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa citra merek memberikan pengaruh terhadap kepuasan pelanggan dan membuat pelanggan menggunakan jasa secara berulang namun kualitas layanan dan kepercayaan pelanggan tidak memberikan pengaruh terhadap kepuasan pelanggan dan tidak membuat pelanggan menggunakan jasa berulang.
Penggunaan bahasa daerah merupakan bahasa yang lebih dulu digunakan daripada bahasa Indonesia. Terdapat ilmu fonologi yang mempelajari distribusi fonem yang terbagi menjadi vokal dan konsonan. Di dalam pembelajaran fonem mengkaji perbendaharaan bunyi fonem tersebut. Di dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan persamaan mendasar dari fonem di dalam bahasa Indonesia dengan bahasa Sunda. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif. Hasil penelitian didapatkan dari kegiatan wawancara dan dikaitkan dengan sumber studi literatur yang didapatkan dari internet. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan di dalam fonem vokal dan konsonan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Sunda. Di dalam bahasa Sunda terdapat fonem tambahan /é/ selain dari lima fonem vokal di dalam bahasa Indonesia. Selain itu terdapat perbedaan fonem konsonan yang di dalam bahasa Sunda hanya terdiri dari 18 fonem sedangkan di dalam bahasa Indonesia terdiri dari 21 fonem konsonan.
LATAR BELAKANGAcute mountain sickness (AMS) merupakan kelainan yang sering dialami oleh pendaki pemula di ketinggian lebih dari 2.500m. Menurut jurnal yang dikeluarkan oleh Military Medical Research pada tahun 2019, Murdoch mengemukakan bahwa prevalensi AMS sebesar 88.6%. Di Indonesia, masih sangat sedikit studi dan penelitian yang membahas AMS di kalangan pendaki gunung. Pada pendaki memiliki tingkat aktivitas fisik yang baik dapat mempermudah mereka dalam melakukan suatu perjalanan pendakian gunung. Tujuan penelitian ini adalah menilai hubungan tingkat aktivitas fisik dengan acute mountain sickness pada pendaki gunung. METODEPenelitian dilakukan pada bulan Februari-Juni 2021 di komunitas Mapala (mahasiswa pencinta alam), dan responden yang pernah mendaki gunung dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Tingkat aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner GPAQ (Global Physical Activity Questionnaire) dan derajat kejadian acute mountain sickness diukur menggunakan kuesioner LLS (Lake Louise Acute Mountain Sickness Score). Analisis menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan p<0.05. HASILResponden pada penelitian ini didominasi oleh kelompok usia dari 19 sampai 39 tahun dengan variasi tingkat aktivitas fisik dari kategori sedang (50%) ke berat (40.7%). Seluruh responden mengalami kejadian AMS dari kategori ringan (73.7%) ke sedang (23.7%). Pada kelompok responden yang memiliki tingkat aktivitas fisik kategori tinggi maka sebagian besar (73.3%) diantaranya hanya mengalami AMS ringan. Sebaliknya, pada kelompok responden yang memiliki tingkat aktivitas fisik rendah maka mayoritas (62.5%) dari mereka mengalami AMS sedang. Hasil uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan AMS pada pendaki gunung (p=0.034). KESIMPULANTerdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan acute mountain sickness pada pendaki gunung.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.