Biji buah naga merah merupakan limbah padat industri olahan buah naga yang belum termanfaatkan namun diduga memiliki senyawa kimia yang bermanfaat maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi komponen senyawa kimia ekstrak biji buah naga merah sebagai bahan baku industri. Metode yang digunakan adalah ekstraksi secara maserasi ekstrak biji buah naga merah dengan pelarut etanol dan n-Hexan kemudian dianalisa menggunakan Gas Cromatografi Mass Spektrofotometer (GCMS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses ekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut n-Hexan lebih banyak menghasilkan komponen senyawa kimia dibandingkan dengan pelarut etanol. Komponen senyawa kimia yang larut pada pelarut etanol terdapat 24 senyawa dan yang dominan ada 9 senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan baku industry seperti2-Pyridinepropanoic acid -methyl-β-oxo-ethyl ester, 1-Propanol,2-amino-(CAS) 2-Amino-1-, , , 3,3-tetramethylpiperidinepe. Sedangkan senyawa kimia pada pelarut n-Hexan terdapat 250 senyawa kimia dan yang paling domina nada 34 senyawa yaitu hexadecanoid acid, octadec-9-enoic acid, etil linoleat 9-octadecenoic acid (Z)-(CAS) methyl ester, 2,4-Decadienal, (E,E)-(CAS) trans, trans-2,4-Decadienal, 2-β-PINENE, 1-Octen-3-ol,-Bergamotene, β-Bisabolene.Senyawa kimia tersebut merupakan senyawa volatil, esensial oil, turunan asam lemak, vitamin, obat-obatan, antioksidan, antibakteri yang digunakan sebagai sumber bahan baku industry ipangan, kosmetik, farmasi. Kata Kunci : komponen senyawa kimia, etanol, bahan baku industri, n-Hexan, biji buah naga merah.
Amplang merupakan salah satu makanan khas yang banyak ditemui di wilayah Kalimantan Timur yang berbahan dasar daging ikan. Amplang yang beredar dipasaran biasanya terbuat dari beberapa jenis ikan dengan kualitas mutu yang berbeda dikarenakan masing-masing jenis ikan memiliki karakteristik yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan kajian mutu amplang berdasarkan syarat mutu SNI 7762:2013. Sampel diperoleh dari 3 jenis amplang berbahan baku ikan pipih, ikan bandeng dan ikan tenggiri yang beredar dipasaran Samarinda Kalimantan Timur. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian faktor tunggal menggunakan satu jenis faktor yaitu jenis amplang yang terdiri atas amplang berbahan baku ikan pipih, bandeng dan ikan tenggiri. Analisis data karakteristik kimia yang digunakan yaitu one-way anova dilanjut uji BNT dengan tingkat kepercayaan 95 % dengan menggunakan software SPSS. Sampel kemudian dilakukan uji proximat, uji mutu mikrobiologi berupa uji jumlah bakteri E. coli, dan jumlah bakteri Salmonella. Mutu cemaran logam yang diamati Cd, Pb, dan As sedangkan mutu sensori adalah kenampakan, bau, rasa dan tekstur yang dianalisis dengan uji statistik non parametrik Friedman. Diperoleh hasil dari ketiga jenis sampel amplang yang diamati menunjukkan bahwa amplang ikan pipih dan ikan tenggiri memenuhi semua persyaratan baku mutu dan keamanan pangan amplang ikan.
Kulit buah naga merah memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi pangan fungsional, salah satunya adalah produk kukis yang mudah diterima oleh masyarakat. Metode pengembangan produk pangan yang mempertimbangkan kebutuhan konsumen dan dapat merancang mutu teknis diantaranya menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Tujuan penelitian adalah merancang mutu teknis kukis fungsional kulit buah naga merah dengan menggunakan metode QFD. Acuan utama dalam merancang mutu teknis menggunakan SNI 2973-2011. Hasil penelitian menunjukkan formulasi produk terpilih memenuhi syarat mutu SNI, dan memiliki kandungan fungsional. Parameter mutu teknis yang dihasikan ada 12 parameter yaitu teknik pengayakan tepung, teknik pencampuran gula, butter dan mentega, waktu adonan istirahat, teknik pencetakan, lamanya waktu pencetakan, sisa adonan, teknik pemanggangan, suhu pemanggangan, waktu pemanggangan, penambahan bahan perasa vanila, perasa susu dan perasa butter.
Untuk diversifikasi dan pengolahan serat sesuai dengan peruntukannya, maka terlebih dahulu perlu diketahui sifat-sifat fisik dan kimianya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik dan kimia serat kara rawe sesuai dengan fungsinya. Perlakuan pada penelitian ini yaitu lama fermentasi (1, 2, 3 dan 4 hari) pada proses pemisahan serat serta konsentrasi NaOH (0,5%, 1% dan 1,5%) yang digunakan pada proses pemasakan serat (scouring). Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa Karakteristik sifat fisika serat batang kara rawe dalam bentuk bundel adalah panjang serat antara 77,9 mm sampai dengan 1088 mm, tenacity diperoleh rata-rata 3,59 gr/tex -5,51 g/tex. Hasil pengujian bearat jenis pada ketiga perlakuan (F2, F3 dan F4) rata-rata 1,50 -1,54 g/ml. Kadar air yang paling optimal adalah pada perlakuan F2S3 sebesar 9,53 %. Hasil karakterisasi sifat kimia serat batang tanaman kara rawe yaitu kandungan alfa selulosa tertinggi pada perlakuan F3S3 (86,16%) dan hasil lignin tertinggi pada F4S3 (14,33%). Berdasarkan karakteristik fisika serat kara rawe dapat digunakan sebagai sumber bahan baku industri kerajinan (kriya).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.