AbstrakTelah dilakukan penelitian tentang pembuatan biodisel dari minyak goreng bekas melalui proses netralisasitransesterifikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh temperatur terhadap yield biodiesel, pengaruh konsentrasi katalis terhadap yield biodiesel dan pengaruh rasio molar methanol-minyak goreng bekas terhadap yield biodiesel melalui proses netralisasi dan transesterifikasi. Untuk mendapatkan kondisi proses transesterifikasi terbaik, maka dikaji pengaruh variasi suhu (30 o C, 40 o C, 50 o C, 60 o C, 70 o C), variasi konsentrasi katalis KOH (0,75 %, 1 %, 1,25 %, 1,5 %, 1,75 %) dan rasio molar metanol-minyak (6:1; 7:1; 8:1; 9:1; 10:1) terhadap yield biodiesel yang dihasilkan dari minyak goreng bekas. Hasil penelitian menunjukkan pada rasio 6 : 1, konsentrasi katalis KOH 1 % pada suhu 60 o C mengahasilkan yield biodiesel maksimal sebesar 87,3 %. Abstract Effect of Temperature, Catalyst Concentration and Methanol-Oil Molar Ratio Against Biodiesel Yield from Used Cooking Oil Through Neutralization Transesterification ProcessA research has been conducted on the making of biodiesel from used cooking oil through a neutralizationtransesterification process. The purpose of this study was to examine the effect of temperature on biodiesel yield, the effect of catalyst concentration on biodiesel yield and the effect of molar ratio of methanol to used biodiesel yield through neutralization and transesterification process. To obtain the best transesterification process condition, the effect of temperature variation (30 oC, 40 oC, 50 oC, 60 oC, 70 oC), KOH catalyst concentration variation (0.75%, 1%, 1.25%, 1,5 %, 1.75%) and the molar ratio of methanol-oil (6: 1; 7: 1; 8: 1; 9: 1; 10: 1) to the yield of biodiesel produced from used cooking oil. The results showed at a ratio of 6: 1, the concentration of 1% KOH catalyst at 60 ° C resulted in a maximum biodiesel yield of 87.3%.
Pakistan dan kawasan sekitarnya yang memiliki potensi pasar yang besar, mendorong Indonesia untuk meningkatkan ekspornya ke negara tersebut. Indonesia dan Pakistan telah meratifikasi perluasan PTA di tahun 2018. Tujuan studi ini adalah untuk membandingkan kinerja ekspor minyak sawit Indonesia dan Malaysia, serta mengidentifikasi determinan ekspor minyak sawit ke Pakistan dan pasar sekitar. Model panel spasial digunakan untuk memperoleh faktor yang berpengaruh. Hasil analisis menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dalam produk turunan minyak sawit seperti RPO dibandingkan Malaysia. Faktor ekonomi yaitu GDP merupakan determinan terpenting dalam mendorong ekspor. Untuk mempertahankan nilai ekspor minyak sawit ke Pakistan, Indonesia perlu mempertimbangkan investasi pada industri pengolahan CPO di Pakistan.
Worship is not merely a routine ceremonial activity in the lives of Christians. Worship is in fact a meeting between the Church and God. In addition, worship is also an important means of reviving and strengthening the beliefs of the congregation, and to spread the love of Christ to those who do not know Christ. The logical consequence of this realization is the effort to build worship practices on top of the right perspective foundation. From the study of the meaning of "worshiping God in spirit and righteousness" in John 4:20-26, the theological implications were finally found for the establishment of biblical worship. Firstly, the essence of worship is no longer centred on a place or liturgy, but to Jesus himself who is none other than God. Second, worship centred on God. Third, worshiping God in spirit and truth is essentially happening not solely because of the encouragement of the human spirit or the sincere attitude of man. But more than that, true worship occurs when the Holy Spirit moves or empowers people to worship God. Thus, a new believer can be involved in true worship when Christ is full sovereign as his personal saviour. True worship also brings the believer to the earnest fulfilment of Christ's existence in his life. Thus worship or worship is not destined to satisfy man, but to glorify God. True worship will ultimately lead believers to preach Christ whom he has known to unbelievers. ==== Ibadah bukanlah sekedar aktivitas seremonial rutin dalam kehidupan orang Kristen. Ibadah pada hakikatnya merupakan perjumpaan antara jemaat dengan Allah. Selain itu, ibadah juga merupakan sarana yang penting untuk menghidupkan dan menguatkan kepercayaan jemaat, dan untuk menyinarkan kasih Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus. Konsekuensi logis dari kesadaran ini adalah usaha membangun praktik ibadah di atas fondasi prespektif yang benar. Dari kajian terhadap makna “Menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran” dalam Yohanes 4:20-26, pada akhirnya ditemukan implikasi teologis bagi usaha menyelenggarakan ibadah yang Alkitabiah. Pertama, esensi penyembahan bukan lagi berpusat kepada tempat ataupun liturgi, namun kepada Yesus sendiri yang tidak lain adalah Allah. Kedua, penyembahan yang dipusatkan kepada Allah. Ketiga, menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran pada dasarnya terjadi bukan semata-mata karena dorongan roh manusia atau sikap tulus manusia. Namun lebih dari itu, penyembahan yang benar terjadi pada saat Roh Kudus menggerakkan atau memberdayakan manusia untuk menyembah Allah. Dengan demikian, umat percaya baru dapat terlibat dalam penyembahan yang benar apabila Kristus berdaulat penuh sebagai Juruselamatnya pribadi. Penyembahan yang benar juga membawa umat percaya kepada pengenalan yang sungguh-sungguh akan keberadaan Kristus dalam kehidupannya. Dengan demikian penyembahan atau ibadah bukanlah diperuntukkan untuk memuaskan manusia, namun untuk memuliakan Allah. Penyembahan yang benar pada akhirnya akan menuntun umat percaya untuk memberitakan Kristus yang telah dia kenal kepada orang-orang yang belum percaya.
This paper intends to criticize he views on territorial spirits developed by C. Peter Wagner. In his hypothesis he argued "the key for spreading the gospel is spiritual warfare, however, there is one sub-category of spiritual warfare that has great potential to accelerate world evangelization, namely the destruction of the power of territorial spirits Wagner's view of territorial spirits, although controversial in various fields, but it’s actually accepted and practiced in certain churches in Indonesia. To examine this view, the author uses methodological library research which is classified as a type of qualitative research. This research found that Wagner was actually developing his ideas on the principle of "rejection-acceptance" which is loaded with pragmatism. Wagner's self-interest plays a very important role so that his view is his personal interpretation of the facts he presents. Wagner does not really allow facts to speak first, however, interprets facts first, so the results will definitely match his presumption. Finally, Wagner overly relates all matters to spiritual warfare, so that it causes him to tend to understand everything from the point of war. Wagner's view emphasizing only one side and ignoring the other sides finally made his theory lame.Keywords: Critical studies; views of territorial spirits; spiritual warfare; the principle of refusal acceptance; accelerated evangelism.AbstrakTulisan ini bermaksud menelaah secara kritis pandangan tentang roh-roh teritorial yang dikembangkan oleh C. Peter Wagner. Dalam hipotesanya ia mengemukakan “kunci untuk keberhasilan pengabaran injil adalah peperangan rohani, tetapi ada satu sub-kategori dari peperangan rohani yang memiliki potensi besar untuk mempercepat penginjilan dunia, yaitu penghancuran kuasa roh-roh teritorial. Pandangan ini mengundang kontroversial tersendiri: di kubu tradisonal menganggap pandangan ini tidak Alkitabiah, tetapi di kalangan tertentu gereja-gereja pentakosta Kharismatik memahaminya sebagai pengajaran yang objektif. Pandangan Wagner tentang roh-roh teritorial meskipun kontroversial, namun faktanya justru diterima dan dipraktikan di gereja-gereja tertentu di Indonesia. Untuk menelaah pandangan ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan yang secara metodologis tergolong dalam jenis penelitian kualitatif. Dari penelitian ini didapati hasil telaah yang mengemukakan bahwa Wagner sebenarnya sedang mengembangkan gagasannya di atas prinsip ”penolakan-penerimaan yang sarat dengan pragmatisme. Self interest Wagner sangat berperan sehingga pandangannya adalah penafsiran pribadinya terhadap fakta yang dipaparkannya. Wagner tidak benar-benar mengijinkan fakta berbicara terlebih dahulu, namun, menafsirkan fakta terlebih dahulu, sehingga hasilnya pasti akan cocok dengan praduganya. Terakhir, Wagner berlebihan mengkaitkan semua persoalan dengan peperangan rohani, sehingga mengakibatkan ia cenderung memahami semua hal dari sudut peperangan. Pandangan Wagner yang menekankan hanya pada satu sisi dan mengabaikan sisi lain akhirnya membuat teorinya timpangKata Kunci: Telaah kritis; Pandangan roh-roh Teritorial; peperangan Rohani; prinsip penolakan penerimaan; Percepatan pengabaran injil
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.