Tanjung Barat is a region near the Ciliwung River, a lot of garbage piled up when the river floods plus citizens of the Tanjung Barat do not have awareness to dispose of or use of waste. Also in the area of Tanjung Barat, there are still empty garden are only used as landfills or waste incineration. That is to say the people in the Tanjung Barat region is still lacking optimize vacant land for better waste management. Thus the need for public awareness of how the people in love with a clean and healthy environment. Based on surveys and interviews with RT 011 RW 002 Village of the Tanjung Barat as well as residents in the local area there are many citizens do not understand the health and hygiene as well as citizens have a low economy. For the community service team will disseminate processing waste to be economical value. Besides community service team will provide guidance for the establishment of a Bank Sampah at RT 011 RW 002 Village of the Tanjung Barat. Results of community service activities in the area of the Tanjung Barat is the citizens know the benefits of cleanliness and beauty of the environment if it is done with good waste management, through socialization bank benefit citizens in household garbage RT 011 RW 02 Tanjung Barat Village know the process of formation Bank Sampah and capable of forming a bank sampah, with waste management through the establishment of a waste bank can help the economy of the community in the area of the Tanjung Barat, it is known that there are still many people who are still less motivated to cooperate in the establishment of manufacturing of Bank Sampah, but there are some people who agree with the establishment of the Bank Sampah territory.
<p>Artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai latar belakang, ragam, hingga makna motif batik depok. Menelusuri latar belakang dan ragam motif batik depok secara kuantitatif menggunakan metode survei dan wawancara. Menelusuri makna secara kualitatif berdasarkan semiotika Roland Barthes tentang konsep denotasi dan konotasi. Secara kuantitatif, ternyata persentase yang tidak tahu tentang motif batik depok lebih banyak ketimbang yang tahu. Secara kualitatif, makna motif batik depok bukan hanya bermuatan estetis, namun juga ideologis. Sebuah motif batik, bukan hanya sekadar representasi dari kekhasan suatu daerah, melainkan bisa menjadi ajang pencitraan daerah yang bersangkutan. Sayangnya, pencitraan tersebut hanya sebatas wilayah balai kota. Jangankan mengetahui ideologi yang diselundupkan dalam motif batik, bahkan masih banyak warga yang tidak tahu mengenai eksistensi motif batik depok. Artikel ini berangkat dari persoalan desain motif batik depok dan sampai pada makna yang terkandung dalam penanda visual tersebut.</p><p> </p><p class="abstrakisi"><span lang="EN-US">Kata Kunci: motif batik depok, denotasi, konotasi, semiotika.</span><strong></strong></p>
<p>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Makna Simbolis Lambang Keraton Mangkunegaran Surakarta. Pmbahasannya digolongkan sebagai penelitian deskriptif kualitatif menggunakan metode historis, untuk menafsirkan makna simbol yang ada pada lambang keraton Mangunegaran digunakan pendekatan <em>hermeunitika</em>. Objeknya Keraton Mangkunegaran Surakarta sedangkan subjek penelitian ini adalah Makna Simbolis Lambang Keraton. Penelitian juga difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan kerajaan Mangkunegaran Surakarta, selain itu pemaknaan lambang sebagai identitas legitimasi suatu pemerintahan dalam kerangka budaya juga menjadi kajian yang penting, terutama dari bentuk visual, rupa, maksud atau makna simbolik yang ada pada lambang kerajaan Mangkunegaran Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan: pada setiap periodesasi pemerintahan Mangkunegara, lambang Mangkunegaran memiliki bentuk rupa dan makna simbol yang berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik pemikiran, pemerintahan, maupun filosofis dari dalam diri raja Mangkunegaran yang sedang memerintah. Umumnya unsur gambar yang ada pada lambang Mangkunegaran berisi gambar mahkota, padi dan kapas, surya, dan <em>logotype</em> MN. Sedangkan untuk perbedaannya ddilihat dari perbedaan tampilan bentuk ataupun jumlah masing-masing jenis gambar tersebut.</p><p align="center"> <strong></strong></p><p>Kata Kunci : Bentuk rupa, Simbol, Lambang, Mangkunegaran</p>
<p class="abstrakisi">Gapura secara umum adalah istilah pintu untuk masuk ke masjid, candi, rumah bangsawan, keraton, desa, dan negara.Gapura sebagai suatu karya arsitektur mencerminkan ciri budaya dari kelompok manusia penciptaannya.Keanekaragaman perwujudan bangunan gapura di pulau Jawa hingga saat ini dapat disaksikan keberadaannya.Masyarakat Jawa dikenal dengan masyarakat berbudaya yang masih mempertahankan tradisinya hingga sekarang.Perwujudan bangunan gapura yang beragam tersebut dapat dilihat dari pelbagai karakteristik yang berbeda di antara bagian-bagian penyusunnya.Bagian-bagian penyusun bangunan gapura berangkat dari tatanan tradisi yang berdasarkan kepercayaan masyarakat Hindu dan Jawa.Gapura pertama yang dibangun dan menjadi cikal bakal pendirian gapura desa yang cukup populer dan fenomenal di Kabupaten Karanganyar adalah gapura Kecamatan Kebakkramat.Hubungan karakeristik gapura dengan tingkat ekonomi masyarakat desa di Kecamatan Kebakkramat Karanganyar tidak sejalan dengan tingkat perekonomian masyarakat setempat.Perekonomian yang terlihat baik di kabupaten Karanganyar namun pembangunan gapura tidak mempengaruhi banyaknya ornamen.Ditinjau dari sudut pandang teori konotasi Barthes (1957), secara denotatif gapura kecamatan Kebakkramat pada awalnya diciptakan sebagai suatu <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Struktur">struktur</a> bangunan utuh yang merupakan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Pintu">pintu</a> masuk atau <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Gerbang">gerbang</a> ke kawasannya.Pada tingkat berikutnya, gapura mempunyai makna konotatif, di antaranya sebagai bangunan/benda seni rupa simbol dari identitas suatu wilayah.Gapura juga merupakan benda yang berfungsi untuk mengkomunikasikan tema tertentu, tentang filosofi atau mitos-mitos yang berkembang di masyarakat dan sebagainya. Bentuk ornamen dalam setiap desain mempunyai konotasi makna tertentu, misalkan patung burung garuda dalam kepercayaan Hindu dipandang sebagai burung keramat dan sakti.</p><p class="abstrakisi"> </p><p class="abstrakisi">Kata Kunci : Gapura, sejarah, ekonomi, semiotika</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.