According to RI law no. 40 of 2009, a hospital is a health service institution that provides complete individual health services that provide inpatient, outpatient, and emergency services. Storage methods can be carried out by applying the FEFO and FIFO principles, depending on the unit size and alphabetical order. This study was conducted to determine the antibiotic drug storage system using the FIFO and FEFO methods in the pharmacy warehouse of Hospital X. The method used in this study was a descriptive and quantitative method with the data used were primary data derived from interviews in the hospital pharmacy warehouse. X. Based on the results of research that has been carried out at Hospital X from 14 respondents for results categorized as Good (100%) for results categorized as Bad (86%) while for results categorized as Poor (64%). So it can be concluded that based on the dosage form, it states that the storage of drugs that are in accordance with the dosage form is categorized as Good. Meanwhile, liquid preparations stored on the bottom shelf are categorized as poor. Based on the alphabet, it states that the storage of antibiotics is in accordance with the alphabet, categorized as Good. Antibiotics with generic names are complete in the drug warehouse and are categorized as poor. Based on FIFO, it is stated that the FIFO method is very effective in being applied in the pharmaceutical drug warehouse, which is categorized as good. Based on FEFO, it is stated that the FEFO method is very important to be applied in a good category of drug warehouse.
Latar Belakang: Sebelum masyarakat memutuskan untuk mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan, banyak dari mereka yang melakukan cara mengobati diri sendiri atau yang disebut swamedikasi (self medication). Sesuai yang dijelaskan dalam Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 1993, swamedikasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit yang sedang dideritanya tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi kepada dokter. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai sejauh mana palayanan komunikasi, informasi dan edukasi obat swamedikasi yang diberikan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek Cicaheum Farma Kota Bandung. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif evaluatif dengan menggunakan teknik observasi dan cheklist untuk mengumpulkan data penelitian. Hasil: Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada 40 pasien ditemukan sebagian besar belum mendapatkan pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi yang efektif. Pelayanan yang diberikan hanya berfokus pada pelayanan komunikasi yang ramahtamah kepada pasien. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 40 pasien yang membeli obat swamedikasi sebagian besar belum mendapatkan pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi yang efektif. Pelayanan yang diberikan hanya berfokus pada pelayanan komunikasi yang ramahtamah kepada pasien.
Latar Belakang: Tuberkulosis semakin tidak terkendali di banyak negara berkembang hingga sepertiga penduduk dunia saat ini terinfeksi. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya yang paling efisien untuk mencegah penyebaran kuman TB lebih lanjut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan obat TB, data demografi pasien (umur, jenis kelamin, status pengobatan, dll) dan untuk mengetahui kepatuhan pasien dalam pengobatan TB di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu dengan mengambil data primer dari resep dokter yang menggandung obat antituberculosis di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur. Setelah pengumpulan data selesai, data dianalisa mengunakan metode analisa deskriptif univariat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian peresepan Obat Antituberkulosis dalam bentuk kombinasi dari beberapa obat terhadap Pedoman Penanggulangan Nasional Tuberkulosis tahun 2016 dari Kementrian Kesehatan RI. Sejumlah 182 orang penderita dengan persentase sebesar 92,86 % dinyatakan mengikuti pengobatan secara lengkap. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa jumlah penderita yang patuh dalam melaksanakan pengobatan sangat tinggi. Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peresepan obat-obatan Tuberkulosis telah sesuai dengan Pedoman Penanggulangan Nasional Tuberkulosis tahun 2016 dari Kementrian Kesehatan RI, dengan jumlah penderita laki-laki lebih besar dibandingkan dengan penderita perempuan dengan range usia 46-55 tahun, dengan kepatuhan pasien sebesar 92,86%.
Diabetes Melitus Tipe 1 merupakan kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai Pola Penggunaan Insulin Terhadap Pasien Diabetes Mellitus Tipe I diinstalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit X. Penelitian ini merupakan penelitian secara deskriptif. Dengan desain penelitian retrospektif. Data yang digunakan adalah data yang sudah ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X periode Maret 2021 sebanyak 82 pasien. Pola Penggunaan Insulin Terhadap Pasien Diabetes Mellitus Tipe I di Rumah Sakit X periode Maret 2021, pasien Rawat Jalan yang diberi terapi insulin paling banyak berdasarkan jenis kelamin Perempuan 43 pasien (52,43%), berdasarkan umur pasien paling banyak kisaran umur 51-60 sebanyak 28 pasien (31,70%), berdasarkan jenis insulin yang digunakan paling banyak adalah rapid-acting sebanyak 44 (53,65%), kemudian diikuti dengan long-acting sebanyak 19 (23,17%), premixed sebanyak 18 (21,95%) dan kombinasi rapid acting dan long acting sebanyak 9 (10,97%).
Kepuasan konsumen merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan (kinerja atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Pelayanan (customer service) secara umum adalah setiap kegiatan yang diperuntukkan atau ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan, melalui pelayanan ini keinginan dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi. Apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Apotek Sigma Farma berdasarkan tingkat kualitas pelayanan dalam penampilan fisik, kehandalan, tanggapan, kepastian dan empati. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan dengan menggunakan metode survei dan observasi yang merupakan studi deskriptif. Penelitian ini dilakukan di apotek Sigma Farma dengan memberikan kuesioner terhadap pasien yang berkunjung di apotek tersebut secara cross sectional. Hasil penelitian tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Apotek Sigma Farma Bandung, dilihat dari aspek kuesioner diatas maka dapat disimpulkan bahwa dari jumlah total 8 pertanyaan dari 10 orang yang menjawab, rata - rata pasien atau responden sangat setuju bahwa standar pelayanan kefarmasian di apotek Sigma Farma sudah sangat bagus. Tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.