Pemarutan merupakan salah satu tahapan penting dalam proses pengolahan tapioka. Untuk meningkatkan kapasitas produksi diperlukan mesin pemarut bertenaga motor. Bagian penting mesin pemarut singkong tipe silinder yang dapat mempengaruhi kinerja mesin adalah diameter gigi parut. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan menguji kinerja mesin pemarut singkong tipe silinder dengan parameter pengamatan diameter gigi parut. Tahapan penelitian terdiri atas perancangan dan analisis fungsional mesin parut singkong. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan 3 ukuran diameter gigi parut yang berbeda: 1,5 mm, 2 mm dan 3 mm. Sedangkan parameter penelitian adalah kapasitas efektif, rendemen pati dan rendemen pati dalam ampas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gigi parut berdiameter 1,5 mm menghasilkan kapasitas efektif dan rendemen pati tertinggi tertinggi dengan rendemen pati dalam ampas paling rendah. Kapasitas efektif tertinggi yang dihasilkan adalah sebesar 448,24 kg/jam dengan rendemen pati 46,67%. Sementara pati dalam ampas sebesar 10,73%. Penggunaan gigi parut dengan diameter yang lebih besar, menghasilkan kapasitas dan rendemen pati yang lebih rendah.
Penelitian mengenai pengeringan pati sagu menggunakan alat pengering tipe rotari dengan sumber panas pengering berasal dari pembakaran biomassa melalui tungku telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang prototipe alat pengeringan pati tipe rotari (rotary dryer) dengan panas pengering bersumber dari tungku pembakaran biomass, menguji kinerja alat pengering dan untuk mengetahui mengetahui sifat-sifat fisikokimia pati hasil pengeringan. Penelitian ini dilakukan dengan metode perancangan dan eksperimen. Hasil dari penelitian ini adalah berupa prototipe alat pengering pati tipe rotari dengan sumber panas pengering dari biomassa hasil pembakaran. Dimensi prototipe alat pengering yang dihasilkan adalah Diameter 0,5 m, Panjang 4 meter, dengan kapasitas 100-200 kg per proses. Kisaran suhu tungku pembakaran sebesar 219oC - 589oC, suhu pada bagian masukan sebesar 42 oC-52 oC dan suhu pada bagian keluaran alat berkisar 33oC-35 oC. Hasil pengukuran awal kadar air pati yang dihasilkan dalam proses pengeringan selama 2 jam adalah 16-18% basis basah. Kandungan amilosa dan amilopektin bervariasi pada kadar air pati yang berbeda. Kandungan Amilosa pati hasil penelitian berkisar 16,32-18,15%, sedangkan amilopektin berkisar 77,77-84,63%.
Drying process is one of important stage in handling of agricultural products. However, this process required much energy to remove moisture from the product. Because of that, it was needed a dryer to remove water from inside of products. A dryer with solar energy as a heat source combined with heat energy from corncob biomass was designed and used in corn dried. The dryer is usually known as green house effect-hybrid (GHE-hybrid). GHE-hybrid consists of absorber, product holder, fans to remove moisture from dried product, heat exchanger, stove and water tank. The heat source used in dryer comes from solar radiation and biomass burned in stove. The objective of this research was to evaluate performance of dryer use solar energy and corncob as heating sources. Results of this research showed that drying process of 1526 kg of corn with initial moisture content 25.7% wet basic until 16.7% wet basic needed drying time of 14 hours. The corncobs that were needed to remove the moisture was about 180 kg. The energy calculated in this drying process from corncob, diesel fuel, solar radiation which were about 3150 MJ or 62%, 1739.71MJ or 34%, 204.94 MJ or 4%, respectively. The research also found that the thermal eficiency of dryer was 28%, eficiency of drying heat was 59.62%, total eficiency was 11.23% and specific energy consumption was 31522,52 kJ/kg.
Pengeringan pati sagu dengan pengering agitated fluidized bed tipe silinder bertingkat telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji distribusi suhu dan efisiensi pengering pati sagu model Agitated Fluidized Bed tipe Piringan-Silinder Bertingkat (AFB Tipe PSB) menggunakan bahan bakar biomassa kayu dan tempurung kelapa. Untuk menghitung besarnya energi dan efisiensi selama proses pengeringan, maka digunakan analisis matematis. Distribusi suhu yang terjadi di dalam ruang agitator merata dengan baik. Pengering AFB tipe PSB memiliki kapasitas 30 kg/5 jam. Efisiensi pengeringan dan alat pengering untuk kayu bakar adalah 38,09% dan 2,5%, sedangkan untuk tempurung kelapa 37,76% dan 2,1%, dengan konsumsi energi biomassa kayu bakar 1072 x103 kJ, tempurung kelapa1274 x103 kJ, energi listrik 55,98x103 kJ. Suhu pengeringan dalam ruang agitator (50,64oC-54,82oC) dan fluidisasi (66,64oC) untuk kayu bakar, sedangkan untuk tempurung kelapa suhu dalam ruang agitator (49,55oC-53,82oC) dan ruang fluidisasi (64,27oC).Pengering AFB tipe PSB mampu menurunkan kadar air pati sagu dari 42% basis basah menjadi 12,02% untuk bahan bahan bakar kayu, dan 12,21% untuk bahan bakar tempurung kelapa.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.