This research discusses expressions of apology in Japanese by Javanese and Sundanese speakers at Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. The apology differs between Japanese and Indonesian. Apologizing to the Japanese uses many reasons, the Japanese may distrust the speech partner and cause misunderstanding. In learning Japanese, Javanese-speaking learners are different from Sundanese-speaking learners because their culture also influences them. This research aims to determine the strategy of apology expression by Japanese language learners who speak Javanese and Sundanese as seen from the semantic formula and the differences between the two. This research used a descriptive method with a qualitative approach to describe the strategy of apologizing in Japanese by Javanese and Sundanese mother tongue learners using semantic formulas. Respondents were UMY students from level 2 and level 3 PBJ Study Program with 15 Javanese speaking students and 15 Sundanese speaking students. This research showed that most Japanese learners who speak Javanese and Sundanese tended to use the Speech Act Indication Expression (apology and appreciation) when expressing Japanese apologies. They used polite language ultimately when apologizing to lecturers.
This research focused on describing how perceptions about the degree of imposition are manifested in requests in Japanese used by learners and how these perceptions are translated into choices of pragmatic modification. Through qualitative methods using the discourse completion test, it is known that perceptions of the degree of an imposition when requesting something are not manifested into the choice of request type used by learners. Instead, it is more visible from the variation in the choice of syntactic patterns used in request expression. The perception of the degree of imposition translated into a choice of external and internal pragmatic modifications. Although learners have varying perceptions of the degree of imposition for the same request, it does not appear that learners differentiate the choice of pragmatic modification based on the heaviness of the request’s imposition.
Artikel ini berfokus pada variasi ungkapan permohonan dalam bahasa Jepang yang digunakan oleh pembelajar bahasa Jepang di Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Variasi bahasa dilihat dari segi ungkapan yang digunakan serta alur permohonan. Situasi pembicaraan adalah permohonan pada sensei dan permohonan pada senpai. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskripstif dengan instrumen pengumpulan data berupa angket terbuka. Responden berjumlah 21 orang. Data dianalisis berdasarkan open coding model Strauss dan Corbin. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa untuk permohonan yang ditujukan pada sensei, pembelajar menggunakan dua belas variasi ungkapan, dan sepuluh variasi alur permohonan. Sementara itu, untuk permohonan yang ditujukan pada senpai, pembelajar menggunakan delapan variasi ungkapan dan sepuluh variasi alur permohonan. Kata kunci : variasi bahasa, ungkapan permohonan, pembelajar bahasa Jepang
dengan jumlah siswa TK A dan TK B sebanyak 16 anak. Berdasarkan kompetensi pembelajaran, kami menawarkan memberikan pengetahuan kepada anak-anak TK ABA Mergan untuk mempelajari bahasa asing. Mempelajari bahasa asing diperlukan untuk pembekalan pengetahuan anak khususnya di Yogyakarta sebagai kota wisata. Bahasa asing tidak hanya bahasa Inggris saja, tetapi bahasa asing lainnya pun penting untuk dipelajari saat ini termasuk bahasa Jepang. Banyak cerita animasi yang dibuat oleh Jepang, yaitu Doraemon, Ultramen, dan lain sebagainya yang dapat dilihat di youtube dan televisi. Lagu-lagunya pun tidak asing dan bahkan anak anak TK yang sering menontonnya hafal dengan lagu-lagu yang dinyanyikan dalam bahasa Jepang. TK ABA Mergan membuka kesempatan untuk mengajarkan sejak dini kosakata bahasa Jepang sederhana agar anak-anak mengenal bahasa Jepang sejak dini dan dapat menjadi materi penyegaran bagi anak-anak ditengah pandemi Covid-19. Untuk mengajarkan kosakata bahasa Jepang di usia 4-5 tahun, tidaklah mudah karena merupakan hal yang baru. Pengajar harus melakukan inovasi dan menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan. Oleh karena itu, tim membuat video cerita untuk mengajarkan kosakata bahasa Jepang tersebut. Video akan dibuat dalam bahasa Indonesia dan mengenalkan kosakata bahasa Jepang didalamnya, yaitu hewan atau binatang dan tanaman. Tidak hanya berbentuk video, kosakata tersebut juga dibuat versi kartu flash. Hasil dari pembelajaran ini adalah guru dan anak-anak TK ABA Mergan, Moyudan menguasai kosakata bahasa Jepang yaitu nama hewan dan nama tanaman yang terdapat dalam video cerita.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.