This research focused on the urgency of teachers’ communication competence in inculcating multicultural values at elementary schools, in this case, the inclusive elementary school of Trirenggo, Yogyakarta. Communication skills are an essential competency for teachers as stated in the Regulation of the Minister of Education No. 16 of 2007 dated May 4th, 2007. Teachers, as communicators, are the main factor in establishing effective communication in the learning process. In this case, a teacher with excellent communication skills would substantially determine a school’s success in the implementation of multicultural values. In order to analyze the subject, this study used a qualitative method, and the data were collected from three respondents from the inclusive elementary school of Trirenggo, Yogyakarta. The results indicated that teachers’ communication competency which consisted of three aspects, i.e. motivation, knowledge, and skills, was urgently required in order to achieve teaching goals. A competent teacher would significantly be able to establish a positive atmosphere and influence among students, thus, enable them to effectively inculcate the designated values. At this school, the multicultural values were integrated into teaching subjects, students’ assessment, specified learning methods, character development, and regular group activities.
<p>Perkembangan televisi komersial begitu pesat, sehingga terjadi berkompetisi ketat untuk mendapatkan <em>share</em> penonton dan kue iklan. Faktanya saat ini terkadang kualitas tayangan bukan lagi menjadi prioritas. Tidak sedikit konten tayangan yang melanggar etika atau perundang-undangan penyiaran. Selama ini masyarakat (khalayak) tidak pernah tahu bahwa beberapa tayangan variety show dan iklan ternyata bermasalah dan melanggar etika komunikasi. Dalam upaya mengadvokasi dan memberi penyadaran kepada para pelajar tentang pentingnya mengritisi konten media (khususnya televisi), dengan ini telah dilaksanakan kegiatan pelatihan “ Menganalisis Etika Komunikasi pada Tayangan TV” kepada siswa/i kelas X SMAN 38 Jakarta Selatan. Tujuannya adalah: (1) Memberikan pengetahuan kepada para siswa tentang etika komunikasi di media massa; (2) Mendorong para siswa untuk kritis terhadap konten televisi; (3) Menstimuli para siswa untuk menjadi penggerak literasi media di masyarakat. Bentuk kegiatan berupa pelatihan dengan membagi siswa ke dalam 7 kelompok, lalu berdiskusi dan membedah tayangan “Rumah Uya” dan “Iklan Mie Sedap” dengan menggunakan Standar Program Siar (SPS) sebagai panduan untuk menganalisis konten. Setelah berdiskusi, setiap kelompok melakukan presentasi dan memberikan argumentasinya kemudian divalidasi oleh pemberi pelatihan.</p><p> </p><p><em><br /></em></p>
<p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p>Media massa film dipilih sebagai media yang paling efektif dalam menyampaikan pesan, karena film dapat digunakan sebagai media pembelajaran melalui pesan yang direpresentasikan ke dalam adegan atau narasi cerita. Pelajaran yang dapat diambil berupa pesan moral, atau salah satunya tentang pesan moral pernikahan yang terkandung dalam Film <em>Wedding Agreement. </em>Film ini membahas sisi kehidupan pernikahan yang dipermainkan, dengan adanya perjanjian pernikahan yang menyebutkan pasangan akan bercerai usai satu tahun pernikahan.<em> </em>Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif.<em> </em>Penelitian ini mengunakan metode analisis semiotika Roland Barthes, dalam analisis ini terdapat tiga hal inti yang menjadi fokus yaitu makna Denotatif, Konotatif, dan Mitos yang digunakan peneliti sebagai panduan untuk melihat pengambaran terkait pesan moral pernikahan yang tergambar disetiap adegan film. Data yang didapatkan dalam penelitian ini bersumber dari aplikasi Iflix yang menayangkan Film <em>Wedding Agreement </em>dan<em> </em>digabungkan dengan buku-buku yang membahas mengenai film dan pesan moral pernikahan. Hasil penelitian yang menunjukan bahwa representasi pesan moral pernikahan yang tampil dalam film <em>Wedding Agreement, </em>adalah berupa pemenuhan hak dan kewajiban seorang suami istri. Seperti, kewajiban saling menjaga hubungan, mencintai satu sama lain, menghormati satu sama lain, dan memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dalam film ini sutradara ingin menonjolkan sisi bagaimana cara seorang pasangan untuk menjaga hubungan mereka dengan menggabungkan nilai budaya pernikahan indonesia dan nilai-nilai pernikahan agama islam yang dapat dijadikan sebuah pembelajaran bagi penonton film <em>Wedding Agreement.</em> Selain itu, film ini tidak hanya memiliki pesan moral pernikahan, tetapi terdapat pesan moral lainnya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.</p><p> </p><p><strong>Kata Kunci : </strong>Kata Kunci : Semiotika, Film, Pesan Moral Pernikahan</p><p><strong> </strong></p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Film mass media was chosen as the most effective media in conveying messages, because film can be used as a learning medium through messages that are represented in scenes or narratives of stories. Lessons can be taken in the form of moral messages, or one of them is about the moral messages of marriage contained in the Film Wedding Agreement. This film discusses the side of married life being mocked, with a marriage agreement that says the couple will divorce after one year of marriage. This type of research is qualitative with the nature of descriptive research. This study uses Roland Barthes's semiotic analysis method, in this analysis there are three core things that are the focus, namely the Denotative, Connotative, and Mythical meaning used by researchers as a guide to see the depiction of marriage moral messages drawn in each film scene. The data obtained in this study is sourced from the Iflix application that shows Film Wedding Agreement and is combined with books that discuss the film and the moral message of marriage. The results showed that the representation of the moral message of marriage that appears in the film Wedding Agreement, is in the form of fulfilling the rights and obligations of a husband and wife. Like, the obligation to maintain mutual relations, love one another, respect each other, and meet the needs of the household. In this film the director wants to highlight the side of how a couple to maintain their relationship by combining the cultural values of Indonesian marriage and the values of Islamic religious marriage that can be used as a lesson for filmmakers of the Wedding Agreement. In addition, this film not only has a moral message of marriage, but there are other moral messages related to everyday life.</em></p><p><strong><em>Keywords: </em></strong><em>Semiotics, Film, Marriage Moral Message</em></p>
Sekolah merupakan tempat untuk menanamkan nilai-nilai multikultural yang dilakukan denganmelalui komunikasi pendidikan, sehingga diharapkan dapat menciptakan pendidikan yang dapatmemberikan keharmonisan dalam menghadapi perbedaan. Pendidikan dengan basis multikulturalmemperjuangkan pluralisme agama, ras, etnis dan lain-lain, dan juga dalam hal perbedaankemampuan (difable) Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang pelaksanaannya digabungdengan anak-anak berkebutuhan khusus. Penelitian dilakukan di dua sekolah dasar yaitu SDTrirenggo Bantul Yogyakarta dan SD AL Firdaus Surakarta. Permasalahan yang diangkat dalamriset ini adalah bagaimana penanaman nilai-nilai multikultural melalui komunikasi pendidikan diSekolah Dasar Inklusi di SD Trirenggo Bantul Yogyakarta dan SD Al Firdaus Surakarta.Kerangka teoritis yang digunakan adalah komunikasi pendidikan, konsep nilai-nilai multikultural,layanan pendidikan sekolah inklusi, Teori Rhetorical Sensitivity. Penelitian ini berangkat daripendekatan kualitatif, dengan pengumpulan data wawancara mendalam, observasi lapangan dikedua sekolah dasar serta studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman nilai-nilai multikultural melalui komunikasi pendidikan di kedua sekolah dasar inklusi tersebutmendasarkan diri empat kategori nilai mutikultural yaitu nilai pluralisme, humanisme, demokrasidan keadilan. Pada metode dan prosesnya melibatkan unsur-unsur dalam dalam komunikasipendidikanyaitu komunikator, komunikan, pesan, media, efek dan lingkungan. Sehingga padaakhirnya penanaman nilai-nilai multikultural melalui komunikasi pendidikan di kedua sekolahtersebut, menciptakan penyelenggaraan pendidikan yang mampu menghargai keragaman.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.