Lansia merupakan salah satu yang rentan terhadap penularan Covid-19 dikarenakan rendahnya imunitas tubuh dan penyakit kronis yang dialami lansia. Dukungan keluarga sangat diperlukan agar kualitas hidup dan kesehatan lansia tetap terjaga secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia pada masa Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi dan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling dengan jumlah responden 125 responden. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dukungan keluarga dan kualitas hidup WHOQOL-BREF. Hasil penelitian ini menunjukkan dukungan keluarga dengan kategori baik (70.4%) dan kualitas hidup lansia dengan kategori baik (89%). Hasil uji statistik menggunakan uji fisher’s diperoleh nilai p value < α (0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia pada masa Covid-19. Nilai Odd Ratio 41.760 menunjukkan lansia yang dukungan keluarga baik maka kualitas hidupnya mempunyai peluang 41.760 kali lebih baik. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya membahas faktor kualitas hidup lebih domain (misalnya, domain fisik, psikososial, sosial dan lingkungan) dan memasukkan lansia tinggal dengan pasangan/sendiri kedalam inklusi
AbstrakPenimbangan berat badan anak setiap bulan untuk mengetahui status gizi anak merupakan salah satu kegiatan rutin di Posyandu. Salah satu upaya untuk mengurangi masalah gizi buruk pada anak adalah meningkatkan partisipasi ibu dalam mengunjungi dan menimbang balitanya ke Posyandu setiap bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah kunjungan Posyandu dengan status gizi balita (1-5 tahun). Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan retrospektif. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki dengan jumlah sampel 382 ibu dan anak balita dengan menggunakan teknik proporsional random sampling berdasarkan jumlah Posyandu. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner untuk data demografi dan buku registrasi penimbangan berat badan anak. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukan responden yang rutin mengunjungi Posyandu sebanyak 145 orang (38%) dan tidak rutin mengunjungi Posyandu sebanyak 237 orang (62%). Anak yang memiliki status gizi baik sebanyak 203 orang (53,1%), gizi kurang sebanyak 109 orang (28,5%), dan gizi buruk sebanyak 70 orang (18,3%). Hasil analisa bivariat didapatkan p value (0,00) < ɑ (0,05), sehingga dapat disimpulkan ada hubungan jumlah kunjungan Posyandu dengan status gizi balita (1-5 tahun). Saran untuk petugas puskesmas agar bisa melakukan pelatihan dan penyuluhan kesehatan kepada kader dan meningkatkan fasilitas kesehatan di Posyandu Kata kunci: Balita, ibu, posyandu, status gizi AbstractWeight balancing activities every month to know the nutritional status of children is one of routine activities in Posyandu. One effort to reduce malnutrition problem in children is increase the participation of mothers to visit and check her children weight to Posyandu every month. This study aims to determine the correlation number of visit Posyandu with nutritional status of children (1-5 years). The design of this research was descriptive correlation with retrospective approach. The research was conducted in Payung Sekaki Health Center Public area with 382 samples of mothers and children using proportional random sampling technique according to number of Posyandu member. The measuring instrument used questionnaire for demographic data and children's weighing registration books. The analysis used univariate analysis to know the frequency distribution and bivariate analysis using chi-square. The results of the research show respondents who regularly visit Posyandu are 145 people (38%) and do not regularly visit Posyandu as many as 237 people (62%). Children who have good nutrition status as many as 203 people (53.1%), malnutrition as many as 109 people (28,5%), and severe malnutrition of 70 people (18.3%). The result of bivariate analysis show p value (0,00) < ɑ (0,05), so it can be concluded there is correlation number of visit Posyandu with nutritional status of children (1-5 year). Suggestions for Health Center Public to be albe to...
Inter-Dialytic Weight Gain (IDWG) atau peningkatan berat badan diantara dua tindakan hemodialisis (HD) menjadi salah satu indikator keberhasilan terapi pasien HD. Semakin tinggi IDWG, maka semakin banyak cairan yang menumpuk di dalam tubuh pasien dan semakin berat dampak yang ditimbulkan. Semakin lama seseorang menjalani HD, semestinya semakin banyak yang diketahuinya tentang penyakitnya dan cara mencegah komplikasi sehingga IDWG semestinya semakin turun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama waktu menjalani hemodialisis dengan IDWG. Penelitian korelasional ini dilakukan secara cross sectional dengan melibatkan 34 pasien yang telah menjalani hemodialisis minimal 1 tahun di RSUD Dumai, dapat berkomunikasi secara verbal, dan dapat berdiri untuk menimbang berat badan. Data lama waktu menjalani hemodialisis dilihat dari catatan medis pasien. Adapun IDWG dihitung dalam periode siklus satu minggu menjalani hemodialisis menggunakan timbangan dan dicatat di lembar observasi. Data dianalisis menggunakan uji Spearman. Hasil penelitian menunjukkan median 22 serta nilai minimum dan maksimum yaitu 12 dan 86 bulan. Untuk data IDWG median adalah 3 serta nilai minimum dan maksimum yaitu 1 dan 4,5 kilogram. Analisis hubungan menunjukkan tidak ada hubungan antara lama waktu menjalani hemodialiasis dengan IDWG pada pasien hemodialisis di RSUD Dumai (p value = 0,952) dengan nilai r = 0,01. Diharapkan perawat menganalisis pengetahuan serta pemahaman pasien tentang perlunya mengontrol asupan cairan dan berat badan terutama pada pasien yang telah lama menjalani hemodialisis untuk mencegah kenaikan IDWG yang dapat memperberat kondisi pasien.Kata kunci: Cairan, IDWG, lama hemodialisis AbstractInter-Dialytic Weight Gain (IDWG) becomes an indicator of successful of hemodialysis patients treatment. More IDWG indicates more fluid accumulates in the patient’s body and more impact caused by the excess fluid. This study aimed to investigate relationship between length of undergoing hemodialysis and Inter-Dialytic Weight Gain (IDWG) in Hemodialysis Patients. The study was correlational study with cross sectional approach. Samples of the study were 34 patients. Samples were recruited from hemodialysis patients who have been undergoing hemodialysis at least 1 year in Dumai General Hospital, were able to communicate verbally and to stand up for measuring body weight, and willing to participate in the study. Length of undergoing hemodialysis was taken from medical records. IDWG was measured in one week period of cycle of undergoing hemodialysis using a scale and observation sheet. The result showed the average length of time undergoing hemodialysis was 26.65 months, SD was 15.55, median was 22 and minimum and maximum values were 12 and 86 months respectively. The mean of IDWG was 2.73 kilograms with SD was 1.046, median 3 and minimum and maximum values were 1 and 4.5 kilograms respectively. Result of the study showed that there was no relationship between length of time undergoing hemodialysis and IDWG (p value = 0.952) with r = 0.01. Nurses are expected to further analyze patients’ knowledge as well as understanding about the need to control intake of fluid and body weight to prevent problems caused by kidney damage which suffered by hemodialysis patients.Keywords: Fluid excess, hemodialysis patients, IDWG
AbstrakDiabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah karena kegagalan sekresi insulin atau penggunaan insulin yang tidak adekuat. Untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes melitus perlu dilakukan pengendalian kadar glukosa darah secara komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi dzikir terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe II. Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperiment dengan rancangan non equivalent control group. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rejosari. Jumlah sampel sebanyak 34 responden yang diambil sesuai kritetria inklusi dan menggunakan teknik purposive sampling, dibagi menjadi 17 reponden kelompok eksperimen dan 17 responden kelompok kontrol. Alat ukur yang digunakan adalah lembar observasi kadar glukosa darah yang diukur menggunakan glucometer. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji dependent t test dan independent t test. Rata-rata kadar glukosa darah kelompok eksperimen sebelum diberikan terapi dzikir adalah 175,65 mg/dl dan setelah diberikan terapi dzikir sebanyak dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut terjadi penurunan menjadi 167,06 mg/dl. hasil uji statistik menunjukkan penurunan kadar glukosa darah secara signifikan dengan p value (0,001) < α (0,05). Hal ini disimpulkan bahwa terapi dzikir dapat menurunkan kadar glukosa darah secara efektif pada penderita diabetes melitus tipe II. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu intervensi keperawatan untuk menurunkan kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe II. AbstractDiabetes mellitus is a disease characterized by elevated blood glucose levels caused by insulin secretion failureness or inadequate use of insulin. To prevent the occurrence of complications of diabetes mellitus need to be controlled blood glucose levels comprehensively. The aims of this reseach was to determine the effectiveness dhikr therapy on blood glucose levels in people with diabetes mellitus type II. The design of this research was quasy experiment designed by non equivalent control group. The research was conducted in the work area of Rejosari Health Center. The total sample were 34 respondents who fit the inclusion criteria and chosen by purposive sampling, which was divided into 17 experimental group respondents and 17 respondents control group. Measuring instrument that used was observation sheet of blood glucose level measured using a glucometer. The analysis used is univariate analysis to know the frequency distribution and bivariate using dependent t test and independent t test. The mean blood glucose level of the experimental group before dhikr therapy was 175.65 mg/dl and after being given dhikr therapy twice daily for three consecutive days decreased to 167.06 mg/dl. Statistical test results showed decreased blood glucose levels significantly with p value (0.001) < α (0.05). It is concluded that dhikr therapy can lower blo...
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan perilaku dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di wilayah Puskesmas Rejosari Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan deskritif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel mengunakan teknik purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini 100 responden. Alat pengumpul data yang digunakan kuesioner dan lembar observasi check list. Kuesioner digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan kanker payudara dan SADARI yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Lembar observasi check list untuk mengukur perilaku SADARI. Analisa yang digunakan analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 36-45 tahun (dewasa akhir) sebanyak 59 responden (59%), pendidikan SMA sebanyak 45 responden (45%), pekerjaan Ibu rumah tangga sebanyak 82 responden (82%), status perkawinan menikah 94 responden (94%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 37 responden (37%), dan perilaku SADARI tidak melakukan sebanyak 71 responden (71%). Disarankan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan edukasi kepada Wanita Usia Subur (WUS) dan masyarakat agar mendeteksi secara dini guna mencegah terjadinya kanker payudara. Kata kunci: Kanker payudara, Pengetahuan, Perilaku, SADARI Abstract The purpose of this research was to detemine descripction level of knowlegde about breast cancer and breast self-examination (BSE) behavior in Puskesmas Rejosari Pekanbaru area. This research uses descriptive quantitative using cross sectional. Sampling using purposive sampling technique. The number of samples in this research were 100 respondents. Data collection tool used questionnaire and checklist observation sheet.The questionnaire was used to measure the level of knowledge of breast cancer and BSE has tested the validity and reliability. Observation sheet checklist to measure BSE behavior. The analysis used univariate analysis. The results showed that the majority of respondents for 36-45 years (late adulthood) were 59 respondents (59%), level of education was senior high school as 45 respondents (45%), housewife work as many as 82 respondents (82%), marital status was married 94 respondents (94%), sufficient level of knowledge as many as 37 respondents (37%), and BSE behavior did not do as many as 71 respondents (71%). It is recommended to health workers to improve education for women age fertile (WAF) and society to detect early to prevent breast cancer.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.