ABSTRAKPelayanan kesehatan di era JKN diselenggarakan oleh semua Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS. Kepuasan pasien merupakan indikator penentu berhasil atau tidak suatu program. Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara suatu produk atau kinerja dengan harapannya, jika kinerja dibawah harapan maka pelanggan tidak merasa puas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepesertaan, pelayanan dan pembiayaan terhadap kepuasan pasien BPJS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain survey cross sectional. Data diambil secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner dan dilengkapi dengan data kualitatif melalui wawancara untuk memperdalam temuan dilapangan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria inklusi. Jumlah sampel responden yang digunakan sebanyak 278 responden dan sampel lokasi penelitian ditentukan dengan metode random sampling meliputi puskesmas, klinik dan apotek jejaring. Data dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda berupa uji t dan uji F. Hasil penelitian di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Kabupaten Karanganyar secara berturut-turut menunjukkan pada uji t ada pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien BPJS meliputi variabel kepesertaan (p = 0,02), variabel pelayanan (p = 0,00), dan variabel pembiayaan (p =0,00), Sedangkan uji F secara simultan juga menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien BPJS dengan nilai (p = 0,00). Kata kunci: kepuasan pasien, kualitas pelayanan, fasilitas kesehatan tingkat pertama. ABSTRACTHealth services in the era of JKN are organized by all Health Facility in cooperation with BPJS. Patient satisfaction is a critical indicator whether a program is a success or not. Satisfaction is the pleasure of someone who comes from the comparison between a product or performance with expectations, if performance is below expectations then the customer is not satisfied. This study aims to determine the effect of membership, service, and financing of patient satisfaction with BPJS in Primary Health Facilities. This research is an analytical descriptive research with cross sectional survey design. The data was taken quantitatively by using questionnaires and completed with qualitative data through interviews to deepen the findings of the field. Sampling technique used is purposive sampling with inclusion criteria. The number of respondents samples used were 278 respondents and the sample of the study sites was determined by random sampling method including health center, clinic and pharmacy network. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis in the form of t test and F test. The result of research at Primary Health Facilities Regency showed that there was positive and significant influence to patient satisfaction of BPJS, including membership variable (p = 0,02), variable of service (p = 0,00), and financing variable (p = 0,00), while F test simultaneo...
Swamedikasi adalah obat yang dipilih dan digunakan sesorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejala penyakit lainnya, termasuk obat modern dan obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pengaruh usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan informasi terhadap tingkat pengetahuan penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi pada masyarakat Dusun Krajan Kedungjambe Singgahan Tuban. Metode penelitian menggunakan kuantitatif pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 93. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan pengambilan data dengan kuesioner online. Analisis data menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian diperoleh bahwa: terdapat pengaruh yang signifikan antara usia terhadap pengetahuan penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi dengan nilai < 0,05. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan informasi terhadap tingkat pengetahuan penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi pada masyarakat Dusun Krajan Kedungjambe Singgahan Tuban dengan nilai > 0,05.
Biaya pelayanan kesehatan khususnya biaya obat telah meningkat tajam beberapa dekade terakhir dan kecenderungan ini tampaknya akan terus berlangsung. Hal ini antara lain disebabkan karena populasi pasien yang semakin banyak dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan obat dan adanya obat-obat baru yang lebih mahal. Angka kejadian kasus bedah sesar di negara maju maupun negara berkembang dari tahun ke tahun diketahui semakin meningkat. Di Rumah sakit X kab jombang dalam kurun waktu 1 tahun jumlahnya mencapai 900 lebih kasus bedah sesar yang di sebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu prosedur yang dilakukan pada saat bedah sesar adalah pemberian antibiotic profilaksis. Pemberian antibiotic profilaksis ini di harapkan dapat mencegah terjadinya infeksi luka pasca operasi. Berdasarkan guideline antibiotic profilaksis yang dapat diberika pada kasus bedah sesar adalah cefazoline dan amoxicillin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan biaya yang paling cost minimalis dari penggunaan antibiotik profilaksis cefazoline dan amoxicillin pada pasien dengan kasus bedah sesar. Penelitian cost minimalization analysis menggunakan metode observasi analitik dengan rancangan secara cross-sectional, pengambilan data secara retrospektif dengan menelusur dokumen rekam medis pasien. Metode analisis menggunakan statistic uji-t tidak berpasangan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan perspektif rumah sakit. Populasi keseluruhan dalam penelitian ini sebanyak 676 pasien. Terdapat 90 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sebanyak 54 pasien mendapatkan cefazolin dan 36 pasien mendapatkan amoxicillin. Total biaya langsung dibagi menjadi tiga jenis biaya yaitu biaya antibiotik, biaya terapi penunjang dang biaya perawatan. Dari ketiga jenis biaya tersebut di ketahui berbeda signifikan dengan perolehan nilai p > 0,05. Perhitungan Biaya pada cost minimalisasi diukur berdasarkan lama rawat pasien. Perhitungan cost minimalisastion diperoleh pasien dengan penggunaan antibiotik cefazolin lebih kecil dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan amoxicillin yaitu Rp.5.368.894,83 dan Rp.5.494.129. Berdasarkan hasil uji t menunjukan nilai 0,04 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna dari kedua biaya tersebut.
Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita di dunia, selaras dengan pernyataan badan kesehatan dunia (2013) yang menyatakan bahwa kejadian kematian akibat pneumonia pada anak masih menjadi salah satu masalah utama, khususnya di negara berkembang dan dijuluki ”the forgotten killer of children”. Terapi pneumonia memerlukan biaya yang cukup besar. Tingginya biaya pengobatan membuat pemerintah melahirkan solusi dengan menerapkan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk meringankan beban ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan komparasi tarif klaim INA-CBGs dengan tarif riil yang dikeluarkan oleh rumah sakit. Metode penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini ialah data rekam medis dan data administrasi kuangan pasien pneumonia anak di Sakit X Kota Madiun dari 2019-2021. Sampel yang digunakan ialah berkas rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Ditemukan perbedaan yang signifikan antar rata-rata total biaya medis langsung pasien pneumonia anak rawat inap kategori ringan (J-4-16-I) pada kelas perawatan III dengan tarif INA-CBG’s di Rumah Sakit X Kota Madiun (p<0,05). Besar selisih yang diperoleh pada perbandingan tarif INA-CBG’s pada rata-rata total biaya riil pasien pneumonia anak kategori ringan pada kelas perawatan III sebesar Rp. -1.293.583.
Tekanan darah manusia berjalan mengikuti ritme sirkadian, yaitu tekanan darah turun pada saat tidur dan meningkat pada pagi hari hal ini terjadi pada sebagian besar individu. Berbagai macam parameter kardiovaskular, termasuk detak jantung, tekanan darah, dan resistensi perifer, diketahui bervariasi sepanjang hari. Beberapa kejadian jantung dan otak telah lama dilaporkan tertinggi terjadi di pagi hari. Efektivitas calcium channel blockers (CCBs) menurut waktu pemberian masih belum jelas. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengeahui pengaruh penurunan tekanan darah pasien hipertensi pada pemberian amlodipin 5 mg di pagi hari dibandingkan malam hari. Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis observasional secara prospektif berdasarkan data rekam medik pasien hipertensi tunggal dengan jumlah sampel 66 pasien (kelompok penggunaan amlodipin pagi 33 pasien dan amlodipin malam 33 pasien). Diperoleh hasil penurunan sistole sebesar -7,27 dan diastole -3,33 pada kelompok amlodipin yang diminum pagi hari. Penurunan sistole pada pemberian amlodipin malam hari sebesar -15,76 dan diastole sebesar -8,48. Hasil uji Mann Whitney diketahui nilai p = 0,036 (<0,05) pada tekanan sistole pagi dan malam, nilai p = 0,044 (<0,05) pada tekanan diastole pagi dan malam. Diperoleh kesimpulan terdapat pengaruh pemberian amlodipine pagi dan malam pada tekanan sistole dan diastole . Pemberian amlodipine 5 mg pada malam hari lebih menurunkan tekanan darah sistole dan diastole dibandingkan pemberian pada pagi hari.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.