Di tengah konteks kerusakan lingkungan, perdebatan mengenai definisi dan konsep etika lingkungan seakan tidak menemui jalan akhir. Tulisan ini bertujuan untuk menilai dampak etika lingkungan terhadap kerusakan lingkungan. Melalui metode library research dengan pendekatan narrative review, penulis menemukan bahwa kerusakan lingkungan tidak hanya berasal dari etika buruk seseorang, namun juga berasal dari faktor lain, yakni kapitalisme global. Kapitalisme, sebagai cara produksi dan konsumsi, adalah aktor utama kerusakan lingkungan. Hal ini tidak berarti perilaku merusak yang dilakukan manusia tidak perlu dikutuk secara moral, namun yang perlu dihindari adalah kecenderungan moralisme, yakni menganggap persoalan lingkungan hanya dapat diselesaikan dengan menghasilkan gagasan etika lingkungan yang bersahabat dengan seluruh alam.
ABSTRAK: Kerusakan Lingkungan adalah isu yang seakan tidak pernah usai. Para ahli terus mencoba merumuskan etika lingkungan yang bersahabat dengan lingkungan. Namun, perdebatan mengenai definisi dan konsep etika lingkungan seakan tidak menemui jalan akhir. Tulisan ini ingin menjelaskan bahwa kecenderungan moralisme para ahli etika lingkungan justru tidak akan berdampak besar pada kenyataan kerusakan lingkungan saat ini. melalui metode kajian kepustakaan, penulis menemukan bahwa kerusakan lingkungan tidak berasal dari etika buruk seseorang, namun ada faktor lain juga yang turut memengaruhi kerusakan lingkungan, yakni kapitalisme. Hal ini tidak berarti perilaku merusak yang dilakukan manusia tidak perlu dikutuk secara moral, namun yang perlu dihindari adalah kecenderungan moralisme, yakni menganggap persoalan lingkungan dapat diselesaikan dengan menghasilkan gagasan etika lingkungan yang bersahabat dengan seluruh alam.
Glossolalia is currently a relevant topic. There is much controversy and debate about the practice of speaking in tongues. This paper will conduct a comparative analysis of tongues in 1 Corinthians and Acts. The practice referred to is specifically whether the Bible allows simultaneous speaking in tongues based on both books. Also regarding the speaking in tongues, whether it must be understood by others or is it necessary for someone to interpret it. This situation also occurs in the current context. Believers in some churches when in a worship (singing or praying) together speaking in tongues and without interpretation. The author finds that there are significant differences regarding the practice of speaking in tongues as instructed by Paul in 1 Corinthians and the story of speaking in tongues as written by Luke in Acts. In fact, there is an interpretive vacuum that contemporary interpreters must fill. The author uses a comparative method and a grammatical-historical hermeneutic approach to the biblical text.
Takut akan Tuhan adalah sikap yang harus dimiliki setiap orang Kristen. Takut akan Tuhan diajarkan dalam Alkitab. Salah satu kitab mengajarkan tentang takut akan Tuhan adalah kitab Amsal, khususnya Amsal 1:1-7. Ada banyak pendapat mengenai penafsiran takut akan Tuhan dalam Amsal 1:1-7. Ajaran tentang takut akan Tuhan ini sangat baik untuk diajarkan kepada para remaja. Masa remaja merupakan masa yang labil dan mudah dipengaruhi, juga oleh pengaruh buruk yang dapat merusak kehidupan remaja. Dengan menggunakan metode penafsiran eksegesis. Takut akan Tuhan yang dimaksud dalam Amsal 1:1-7 adalah takut atau hormat kepada Tuhan karena kesucian-Nya. Rasa takut atau rasa hormat dapat membangun seseorang menjadi penyembah Tuhan yang sejati. Ketakutan akan penghormatan kepada Tuhan adalah dasar dari pengetahuan atau kebijaksanaan. Beberapa implikasi praktisnya adalah, pertama, remaja perlu untuk hidup dalam firman Tuhan. Kedua, hidup dalam kekudusan. Ketiga, hidup dalam kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama.
Lynn White dikenal melalui kritiknya terhadap agama Kristen dalam artikelnya The Historical Roots of Our Ecologic Crisis tahun 1967. Selain kritik tersebut, White juga memberikan kontribusi konstruktif melalui pandangannya mengenai etika lingkungan. White menolak etika antroposentris dan instrumentalis, ia menganjurkan etika demokrasi spiritual semua makhluk Tuhan. Model etika ini ditawarkan sebagai sarana untuk mengubah sikap dan perilaku untuk mengatasi masalah kerusakan lingkungan. Model etika tersebut kemudian diadaptasi dan dikritisi oleh para sarjana. Namun, di tengah kerusakan lingkungan yang semakin membutuhkan respon mendesak, diperlukan etika yang adaptif yang yang dapat mendorong semua umat untuk terlibat dalam transformasi kehidupan, baik itu transformasi pandangan dunia individual, dalam aplikasi praktis keeharian hingga transformasi struktur kehidupan bermasyarakat.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.