Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia dan juga memiliki luas hutan mangrove terbesar di dunia, selain itu Indonesia juga memiliki keanekaragaman jenis vegetasi mangrove yang tinggi dimana 61 jenis vegetasi mangrove jenis pohon teridentifikasi berada di Indonesia. Mangrove termasuk pada kelompok karbon biru bersama dengan padan lamun dan terumbu karang. Deforestasi mangrove merupakan salah satu yang tercepat di dunia dengan penurunan 30-50% kawasan mangrove dalam 50 tahun terakhir. Dengan demikian laju hilangnya potensi karbon juga sangat besar mengingat mangrove menyimpan karbon 5 kali lebih besar dari hutan hujan tropis. Penelitian ini ingin membahas bagaimana kondisi hutan mangrove di desa Pulau Cawan dan Desa Bekawan di Kecamatan Mandah untuk melihat jenis vegetasi mangrove, besaran nilai tutupan dan kerapatan vegetasi mangrove, serta nilai biomassa, potensi karbon dan serapan karbon vegetasi mangrove dan melihat perbandingan nilai dari kedua desa tersebut.Indonesia is the second longest coastline in the world and also has the largest area of mangrove forest in the world, besides that Indonesia also has a high diversity of mangrove vegetation in which 61 types of mangrove vegetation of tree species were identified in Indonesia. Mangroves belong to the blue carbon group along with similar seagrasses and coral reefs. Mangrove deforestation is one of the fastest in the world with a 30-50% reduction in mangrove areas in the last 50 years. Thus the rate of loss of carbon potential is also very large considering that mangroves store carbon 5 times greater than tropical rainforests. This study intends to discuss how the condition of mangrove forests in Cawan Island and Bekawan Village in Mandah District to see the type of mangrove vegetation, the amount of cover value and density of mangrove vegetation, as well as biomass value, carbon potential and carbon uptake of mangrove vegetation and see the comparison of values from both villages that is.
Penelitian ini dilakukan pada dua kondisi kawasan mangrove yaitu kawasan mangrove rusak di Pulau Cawan dan kawan mangrove yang masih bagus di Desa Bekawan, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi aset penghidupan pada dua kondisi kawasan mangrove dan bagaimana aset penghidupan masyarakat berpengaruh terhadap kerusakan hutan mangrove. Analisis data menggunakan pendekatan penghidupan berkelanjutan dengan indikator modal manusia, modal alam, modal fisik, modal keuangan dan modal sosial. Perbandingan aset mata pencaharian dari masyarakat di kedua desa tersebut terdapat perbedaan nilai kepemilikan aset masyarakat. Nilai aset rumah tangga di Desa Bekawan lebih tinggi dari rumah tangga di Desa Pulau Cawan 5 aset penghidupan tersebut diantaranya dalam bentuk modal manusia, modal alam, modal keuangan, modal fisik dan modal sosial.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau, pada dua cluster kondisi hutan mangrove di desa Pulau Cawan dan desa Bekawan. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus. Rumah tangga nelayan di kedua desa menerapkan tiga jenis strategi mata pencaharian, yaitu strategi intensifikasi / ekstensifikasi, diversifikasi dan migrasi. Secara umum, strategi yang paling banyak digunakan di kedua desa adalah intensifikasi /ekstensifikasi diikuti oleh diversifikasi dan strategi migrasi. Berdasarkan hal ini, perlu untuk melestarikan hutan mangrove, karena strategi intensifikasi /ekstensifikasi memberikan tekanan tinggi pada hutan mangrove. Strategi penghidupan berkelanjutan yang dianut oleh rumah tangga nelayan adalah strategi diversifikasi dan migrasi, hal ini dikarenakan strategi ini tidak memberikan tekanan pada hutan mangrove dan berada di luar hutan mangrove karena masyarakat mencari alternatif pekerjaan lain atau keluar dari tempat tinggalnya. Di sisi lain, perlu juga mengadopsi strategi Silvofishery untuk melestarikan hutan mangrove dan meningkatkan produksi perikanan tanpa merusak hutan mangrove. Dengan kondisi hutan mangrove yang baik, pendapatan masyarakat akan semakin baik
Land use change is an important issue in the regional planning and development. This research uses a remote sensing approach of Landsat images and Geographic Information System (GIS) analysis to detect land use change in Solok Regency by time series of 2006, 2011, and 2016. Land use changes were interpreted through Landsat TM satellite images of 2006 and 2011 and Landsat 8 OLI 2016. GIS is used in analysing land use classifications. Land use classification found in Solok Regency is classified into 9 classes which dominated by primary and secondary forests followed by rice fields, mixed gardens, crop field, water bodies, settlement, shrubs and plantations. Based on the results of research, there is a continue increasing of agricultural and settlement expansion. There also expansion of mixed garden against secondary forests, and then there is a significant expansion of settlement land against the rice field. These results indicate that there has been a change of land conversion from non-cultivation to cultivation, and the development of residential areas.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.