Pola makan remaja saat ini sudah mulai bergeser pada pola makan yang tidak seimbang sehingga meningkatkan kejadian obesitas pada remaja. Salah satu faktor yang mempengauhi pola makan pada remaja yaitu body image, dan jenis kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan antara body image dan jenis kelamin terhadap pola makan pada remaja di SMA Negeri 1 Ungaran. Jenis penelitian ini adalah Diskriptive Korelasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportinate Random Sampling dengan total populasi 1212 siswa dan jumlah sampel 92 siswa. Analisi data menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa body image pada siswa SMA N 1 Ungaran dalam kategori positif60 responden (65,2 %). Hasil penelitian didapatkan 56 orang berjenis kelamin perempuan (60,9%). Pola makan siswa dalam kategori kurang baik 61 responden (66,3%). Hasil uji chi squaretentang hubungan body image terhadap pola makan didapatkan p value sebesar 0,047< α (0,05). Hasil uji chi squaretentang hubungan jenis kelamin terhadap pola makan didapatkan p value sebesar 0,048 < α (0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara body image dan jenis kelamin terhadap pola makan pada remaja di SMA N 1 Ungaran. Diharapkan sekolah dapat memberikan konseling kepada siswanya mengenai pentingnya pola makan yang baik dan benar. Kata Kunci: Body image, jenis kelamin, pola makan, remaja THE CORRELATION BETWEEN BODY IMAGE AND GENDER TO FOOD PATTERN IN ADOLESCENCE ABSTRACTThe current food pattern of adolescents has begun to shift to an unbalanced food pattern that increases the incidence of obesity in adolescents. One of the factors that influence diet in adolescence is body image, and gender. The purpose of this study was to determine the correlation between body image and gender to food pattern in adolescence at SMAN 1 Ungaran. This type of reaserch was descriptive correlational with cross-sectional approach. The sampling technique used proportionate random sampling with a total pupulation 1212 students and sample size of 92 students. Data analysis used Chi Square Test. The results of the study show that the body image at SMAN 1 Ungaran in the positive category as many as 61 respondents (65,2%). The results show that 56 people are female (60.9%). The food pattern of students in the poor category as many as 61 respondents (66,3%). The result of the chi square test about the correlation of body image to food pattern obtain p value of 0.047 < α (0.05). The result of the chi square test about the correlation of gender to food pattern obtain p value 0.048 < α (0.05). There is a significant correlation between body image and gender to food pattern in adolescence at SMAN 1 Ungaran. It is expected that schools can provide counseling for their students regarding the importance of good and right of food pattern. Keywords: Body image, gender, food pattern, adolescence
APendahuluan : Hipertensi menjadi penyakit yang paling mematikan di Negara maju maupun berkembang selama lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi di Negara Indonesia menjadi penyebab kematian ketiga selain stroke dan tuberculosis. Penanganan hipertensi dilakukan dengan upaya penurunan tekanan darah dengan perangsangan aktivitas saraf simpatis dan parasimpatis dengan teknik relaksasi otot progresif.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi di desa Asinan Kelurahan Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.Metode: Metode dalam penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan desain twogroup pre-post test. Teknik pengambilan data dengan purposive sampling dan Analisis data menggunakan uji dependent dan independent T Test.Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif dari 161.06 mmHg menjadi 138,35 mmHg dan rata-rata tekanan diastolic dari 94.35 mmHg menjadi 85.76 mmHg, hasil uji beda pengaruh menggunakan Independent T Test diperoleh tekanan darah sistolik p=0,001<?=0,05 dan tekanan darah diastolik p = 0,009 <?=0,05. Hal ini dapat disimpulkan ada pengaruh terapi otot progresif terhadap tekanan darah lansia penderita hipertensi di desa asinan kelurahan bawen kecamatan bawen kabupaten semarang
Pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien kanker ginekologi yang sedang menjalani rawat inap akan menyebabkan timbulnya perbedaan kebutuhan perawatan supportive yang terbagi atas lima domain diantaranya adalah domain fisik, domain psikologis, domain system informasi, domain dukungan perawatan dan domain seksualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kebutuhan perawatan suportif pasien kanker ginekologi yang sedang menjalani rawat inap. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan kanker ginekologi yang sedang menalani rawat inap yaitu sebanyak 100 orang. dengan tehnik sampling consecutive sampling. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan kuisioner kebutuhan perawatan supportive. Kuesioner tersebut dinamakan Supportive Care Needs Survey (SCNS-SF34 telah dilakukan uji validitas dengan taraf signifikan 5% didapatkan nilai dari uji sebelumnya didapatkan 0,302 – 0,792, maka kuesioner tersebut dikatakan valid dan uji reliabilitas dengan nilair = 0,933, maka disimpulkan r hitung > r tabel, maka kuisioner dikatakan reliable. Analisis univariatnya menggunakan distribusi frekuensi, maka dapat disimpulkan sebagian besar pasien membutuhkan kebutuhan perawatan suportif pada domain fisik (92%), domain psikologis (73%), domain system informasi (80%), dan kurang membutuhkan kebutuhan perawatan suportif pada domain dukungan perawatan (48 %) dan domain seksualitas (11 %).
Pendidikan kesehatan pasien atau keluarga merupakan kegiatan dalam perencanaan pulang pasien yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam memberikan perawatan selanjutnya dirumah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang terapi diet cairan dan hemodialisis terhadap keluarga pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian ini pre-experimental designs dengan pendekatanOne-Group-Pretest-Posttest Design. Populasi penelitian ini yaitu pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dengan sampel 15 orang diambil menggunakan metode purposive sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan program komputer. Analisis bivariat menggunakan ujit-Test Dependent. Pengetahuan keluarga pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang terapi diet cairan dan hemodialisis sebagian besar kategori kurang (53,4%), dan sesudah pendidikan kesehatan sebagian besar kategori baik (86,7%). Ada perbedaan yang bermakna pengetahuan tentang terapi diet cairan dan hemodialisis sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada keluarga pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, dengan p-value = 0,000< 0,05.Ada peningkatan pengetahuan sesudah pendidikan kesehatan tentang terapi diet cairan dan hemodialisis terhadap keluarga pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Keluarga pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sebaiknya meningkatkan pengetahuan tentang terapi diet cairan dan hemodialisis dengan aktif menggali informasi dengan aktif berkonsultasi dengan tenaga kesehatan yang berkompeten. Kata kunci: Terapi diet cairan dan hemodialisis, pengetahuan keluarga,gagal ginjal kronik DIFFERENCES OF KNOWLEDGE BEFORE AND AFTER HEALTH EDUCATION ABOUT THERAPIDYET LIQUID AND HEMODIALYSIS OF FAMILY OF CHRONIC KIDNEY PATIENTS WHO HAVE DONE HEMODIALISIS ABSTRACTHealth education of patient or family is an activity in planning a patient's return aimed at increasing family knowledge in providing further care at home.Objective of this study was to determine the knowledge differences before and after health education about fluid diet therapy and haemodialysis on families with patients with chronic renal failure undergoing haemodialysis. The design of this study was pre-experimental designs by using the One-Group-Pretest-Posttest Design approach. The population of this study were chronic kidney failure patients who underwent haemodialysis with sample of 15 people taken by using a purposive sampling method. The data collection tool used a questionnaire. Data analysis used computer program. Bivariate analysis used the t-Test Dependent. The family knowledge of patients with chronic renal failure who underwent haemodialysis before being given health education about fluid diet therapy and haemodialysis is mostly in poor category (53.4%), and after health education is mostly in good category (86.7%). There is significant differences in knowledge about fluid diet therapy and haemodialysis before and after health education in families of patients with chronic renal failure undergoing haemodialysis, with p-value = 0.000 <0.05. There are increased knowledge after health education about dietary fluid therapy and haemodialysis on families of patients with chronic renal failure undergoing haemodialysis. Families of patients with chronic kidney failure who undergo haemodialysis should increase their knowledge of fluid diet therapy and haemodialysis by actively digging up information and consulting with competent health professionals. Keywords: Fluid diet therapy and haemodialysis, family knowledge, chronic kidney failure
An Pleural effusion is an excessive accumulation of fluid, blood or water in thepleural cavity which will cause the increase of shortness of breath because of thedecreasing space for lung expansion. One of the efforts to reduce the complaintsof shortness of breath is by insertion of water seal drainage. Water Seal Drainage(WSD) is a medical action performed to remove air or fluid from the pleuralcavity. The patient's ability to breathe effectively is an indicator to release WSD.This study generally aims to determine the effectiveness of diaphragmaticbreathing exercises on the speed of lung expansion in patients with water sealdrainage insertion.The research design was pre experiment with pre test - post test group design.The population in this study were patients with insertion of WSD who wereadmitted to Dr. Muwardi Surakarta Hospital. The sampling technique waspurposive sampling. The number of samples were 16 respondents. To measurelung expansion, the indicator used Peak Expiratory Flow Rate as measured bypeak flow meter. Data analysis used dependent t-test.The results show that there are differences in the speed of lung expansion inpatients with WSD insertion before and after diaphragmatic breathing exerciseswith p-value of 0.0001.Suggestion for nurses to be able to train diaphragmatic breathing exercise inpatients with WSD insertion increase lung expansion so that WSD can bereleased and the risk of infection can be reduced
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.