Latar Belakang: Kualitas hidup orang dengan epilepsi perlu di optimalkan. Stigma memiliki peran penting terhadap kurangnya kualitas hidup orang dengan epilepsi. Faktor-faktor yang berperan terhadap stigma epilepsi di kalangan civitas akademika belum diketahui. Penelitian ini ingin membuktikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemberian stigma terhadap orang dengan epilepsi di salah satu universitas swasta di Semarang.Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 236 orang sivitas akademika berusia ≥18 tahun yang diambil secara purposive untuk pemilihan perguruan tinggi dan respondennya dengan proportional random sampling. Data sosiodemografi, faktor internal dan faktor eksternal individu dikumpulkan dengan cara wawancara, sedangkan pengukuran stigma menggunakan scala stigma pada orang dengan epilepsi. Hasil: Hasil penelitian menunjukan sebanyak 54,5 % responden memberikan stigma dengan skor ≥ 20,73. Uji regresi logistik berganda menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap stigma pengalaman melihat serangan pada orang dengan epilepsi dengan OR=1,86 artinya pengalaman melihat serangan mempunyai kemungkinan memberikan stigma sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan yang tidak pengalama. Sedangkan memiliki sanak/rekan dengan epilepsi mempengaruhi pemberian stigma dengan OR sebesar 0,45 yang berarti memiliki sanak keluarga/rekan dengan epilepsi sebagai protektif pemebrian stigma. Edukasi dan sosialisasi tentang epilepsi diperlukan bagi masyarakat agar stigma yang diberikan kepada ODE menjadi berkurang.Kata kunci: Stigma, epilepsi, kualitas hidup, orang dengan epilepsi (ODE)
Background: COVID-19 is a public health problem and has been declared a pandemic by the WHO. In Indonesia, there were 1,682,004 confirmed positive cases of COVID-19, with a total of 1,535,491 (91.3%) recovering and 45,949 (2.7%) deaths. Behavior-reinforcing factors, namely support from community leaders and families, have an important role in preventing COVID-19 in Indonesia.Purpose: To analyze the relationship between the support of community leaders and family support on Covid-19 prevention behavior.Method: A quantitative method with a cross-sectional design and the sampling technique used was purposive sampling with inclusion criteria being willing to become respondents by filling in informed consent, aged over 18 years, Indonesian residents could access the google form. Two thousand seven hundred samples meet the inclusion criteria.Results: The results showed that there was a strong and significant relationship between the variables of community leader support (p value = 0.001; r = 0.296) and family support (p value = 0.001; r = 0.402) on Covid-19 prevention behavior.Conclusion: We need to strengthen the capacity of community leaders and families to improve their behavior to prevent COVID-19 in Indonesia.
Kemampuan mengaplikasikan metode penemuan kasus merupakan kemampuan dasar yang harus dipenuhi oleh tenaga surveilans kesehatan (Gasurkes) dalam melakukan penemuan kasus penyakit menular khususnya TB/HIV. Adapun pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Gasurkes dalam penemuan kasus aktif TB untuk meningkatkan kinerja di lapangan. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah aktif partisipatif dimana peserta pelatihan mempraktikan materi yang telah disampaikan. Hasil pelatihan adalah Peningkatan kemampuan tenaga surveilans kesehatan (Gasurkes) untuk menemukan kasus baru TB. Peningkatan kemampuan gasurkes untuk memanfaatkan teknologi sebagai sarana pelaporan kasus TB dalam hal ini adalah GIS. Peningkatan kemampuan gasurkes untuk memanfaatkan teknologi sebagai saran pemetaan kasus TB dalam hal ini adalah GIS. Peningkatan kemampuan gasurkes dalam pengembangan media KIE sebagai sarana mendukung penemuan kasus baru TB.
Penghambat terbesar dalam upaya pemberantasan penyakit Tuberkulosis yaitu adanya rendahnya literasi TB, stigma, diskriminasi dan marjinalisasi pasien TB. Sampai sekarang masih ada stigma di masyarakat tentang tuberkulosis, dimana masyarakat beranggapan bahwa tuberkulosis adalah penyakit keturunan, penyakit akibat teluh/guna-guna. Di Semarang TB juga memberi dampak buruk lain secara sosial stigma bahkan di kucilkan masyarakat. Permasalahan TB di kelurahan Tanjung Mas antar lain jumlah penderita TB paling banyak diantara wilayah kerja puskesmas Bandarharjo yang lainnya. Belum ada intervensi terkait TB secara spesifik dari puskesmas, intervensi yang diberikan hanya intervansi terkait lingkungan . Angka kesadaran literasi TB yang masih rendah di kelurahan Tanjung Mas. Mengingat masih tingginya stigma TB di masyarakat, maka sebagai tenaga surveilans kesehatan penyakit menular perlu di bekali dengan strategi dalam meningkatkan literasi TB pada masyarakat kelurahan Tanjung Mas melalui stakeholder terlebih dahulu untuk menuju Tanjung Mas kelurahan Literasi TB. Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan bahwa sebagian besar pendidikan SMA berada pada kategori problematic (47,4%) namun terdapat 10,5% berada pada kategoi sufficient dan excellent. Sedangkan berdasarkan umur 14,3% perempuan berada pada level sufficient dan pada laki-laki pada level excellent.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.