Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cyberbullying victimization dengan kesehatan mental pada remaja. Sampel penelitian sebanyak 209 partisipan (102 laki-laki dan 107 perempuan) dengan rentang usia 16-18 tahun yang dipilih menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara cyberbullying victimization dan kesehatan mental pada remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa remaja yang memiliki pengalaman lebih rendah sebagai korban cyberbullying memiliki kesehatan mental yang positif. Sebaliknya, remaja yang memiliki pengalaman lebih tinggi sebagai korban cyberbullying memiliki kesehatan mental yang negatif. Kesimpulannya, hasil menunjukkan bahwa korban cyberbullying di media sosial dikaitkan dengan kesehatan mental pada remaja, baik berdampak positif maupun negatif.The aim of the study was to determine the relationship between cyberbullying victimization and mental health in adolescents. A total of 209 adolescents, consisting of 102 males and 107 females, with age ranges 16-18 years, were selected using purposive sampling technique as research participants. The result has shown that there was a negative significant correlation between cyberbullying victimization and mental health in adolescents. The result also showed that adolescent with less experience as cyberbullying victim would have positive mental health while adolescent with more experience as cyberbullying victim have negative mental health. In conclusion, this result showed that a cyber-victim on social media was associated with mental health, whether it's a positive effect or negative affect.
This study aims to compare the level of intelligence between male and female, especially in the learning process in college. Someone who could complete their undergraduate study with a shorter period of time is assumed to have a higher level of intelligence. This research was conducted on Syiah Kuala University students who graduated on the second period of 2017 with a population of 758 people. The number of samples used was 262 people that were determined through Slovin formula with a margin error of 5%. The sampling technique used was Stratified Random Sampling with scientific disciplines as the basis for population stratification. The data analysis method used was the Cox Proportional Hazard (Cox PH) model to find a graduation hazard ratio based on gender and scientific disciplines variables. This study showed that female students have 125.5% potential to graduate faster compare to male. More detail, female students have the potential of 127% to graduate faster on the field of social science, economics and humanities, and 123.9% on the field of sciences and technology. Survival analysis also showed that female student has higher probability to be able to complete their studies faster. Accordingly, it can be concluded that female have a higher level of intelligence than male, especially in the learning process in college.
ABSTRAKPerceraian merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara pasangan suami isteri dan berketatapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami isteri. Selain itu, perceraian juga dapat diartikan sebagai status individu yang telah hidup berpisah dengan suami atau istrinya karena meninggal dunia dan belum menikah lagi. Individu yang bercerai dapat memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang tinggi maupun rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pekerjaan dan penghasilan, dukungan sosial dan tingkat religiusitas. Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui dinamikakesejahteraan subjektifpada individu yang bercerai di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Sebanyak 50 individu dijadikan sebagai sampel penelitian yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive dan kuota sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan satisfaction with life scale (SWLS) dan scale of positive and negative experience (SPANE). Analisis data dengan menggunakan Independent sample T-Test, yang menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,669 (p>0,005), artinya bahwa tidak terdapat perbedaan kesejahteraan subjektif pada individu yang bercerai jika ditinjau dari status cerai mati dan cerai hidup. Kata kunci: kesejahteraan subjektif, perceraian, cerai mati dan cerai hidup. SUBJECTIVE WELL-BEING AMONG DIVORCED PEOPLE (CASE STUDY ON INDIVIDUALS WITH DEATH AND ALIVE DIVORCED STATUS) ABSTRACT
Penggunaan smartphone sebagai upaya pengalihan dari rasa kesepian dapat memicu munculnya nomophobia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan nomophobia pada mahasiswa perantau di Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi. Teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 513 mahasiswa perantau (terdiri dari 157 laki-laki dan 356 perempuan) yang aktif kuliah di Universitas Syiah Kuala yang berasal dari luar Banda Aceh dan tidak tinggal bersama orang tua atau kerabat keluarga. UCLA Loneliness Scale (Version 3) dan Nomophobia Questionnaire (NMP-Q) digunakan sebagai instrumen dalam mengumpulkan data penelitian. Analisis menggunakan statistik deskriptif dan teknik korelasi Product Moment. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kesepian dengan nomophobia pada mahasiswa perantau di Universitas Syiah Kuala (r=0,094; p=0,034). Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi kesepian maka semakin tinggi nomophobia, sebaliknya semakin rendah kesepian maka semakin rendah nomophobia.
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu jenis penyakit yang memiliki gangguan fungsi dalam tubuh sehingga gagal dalam mempertahankan metabolisme dan keseimbangan dirinya. Jenis penyakit dan berbagai efek yang dihadapinya tersebut secara langsung berpengaruh terhadap kondisi psikologis pasien, salah satunya berkaitan dengan kesejahteraan psikologis. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pasien Gagal Ginjal Kronik di Banda Aceh, Indonesia. Sebanyak 64 pasien Gagal Ginjal Kronik (32 pasien laki-laki dan 32 pasien perempuan) telah terlibat sebagai sampel penelitian ini dan menjawab Ryff’spsychological well-being scale. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa pasien Gagal Ginjal Kronik di Banda Aceh memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi dalam dirinya, ini ditunjukkan dari tingkat penerimaan diri pasien yang tinggi, dan autonomi yang rendah. Di sisi lain, hasil analisis data juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kesejahteraan psikologis pada pasien GGK yang ditinjau berdasarkan usia (p = 0.039), dan status pernikahannya (p = 0.021), artinya secara usia diketahui bahwa pasien yang semakin memiliki usia yang tinggi (lansia) memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang muda. Selain itu, tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi juga dimiliki oleh pasien-pasien yang masih memiliki pasangan, dibandingkan pasien yang sudah bercerai atau berpisah dengan pasangannya. Serta hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan laki-laki maupum perempuan, artinya pasien laki-laki maupun pasien perempuan memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang sama (p = 0.240).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.