Program pendidikan Islam telah berkembang sejak sebelum Indonesia merdeka. Namun secara de facto masih mengalami pasang surut dalam penerapannya. Pada penelitian ini, penulis membandingkan dua organisasi masyarakat Islam yakni Muhammadiyah dan Persatuan Islam, dengan mengambil studi kasus yakni Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dan Mu’allimin Persatuan Islam Tarogong Garut. Sampel tersebut diambil karena keduanya merupakan mu’allimin terbesar dari masing-masing organisasi masyarakat Islam tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model pendidikan Islam yang dilaksanakan oleh sekolah tersebut dalam menghadapi tantangan zaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua mu’allimin tersebut memiliki model yang cukup berbeda dalam menjalankan kurikulumnya. Namun memiliki kesamaan dalam hal visi misi yakni menciptakan pengajar agama Islam yang mampu beradaptasi bagi lingkungannya. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah masing-masing mu’allimin mampu menjadi sekolah unggulan di lingkungan masing-masing dengan sistem yang diterapkannya. Model pendidikan agama Islam kedua mu’allimin tersebut ialah model organisme. Keywords: Model Pendidikan Islam, Muhammadiyah, Persatuan Islam

The harmony of religious people is a manifestation of one of the ideals of Indonesian nation that stood on the differences, including religious differences. This article aims to analyse the practice of religious harmony between Islam and Christian in the Minang realm. The object analyzed is the community of Muslim and Christian in Lima Puluh Kota Regency, West Sumatera. Lima Puluh Kota Regency was chosen based on facts other than the Muslim majority, and also the region that still retains the Minangkabau customs. The data analyzed is data obtained from the field of observation and interviewsand study of documents/ literature. This paper shows that the practice of harmony in both religious groups takes place in many ways marked by the cooperation that awakened between them.

This research aims to determine the management model for halal products at the village level. The model used is the Tetrapreneur Mutual Cooperation Movement (G2R). The four approaches to this tetrapreneur are business chain, business market, business quality and business brand. The object of this research is the fried meatball products in Bejiharjo Village, Gunungkidul Regency, DI Yogyakarta. The method used is descriptive qualitative approach with in-depth interviews and literature study. The results of this study indicate that the development of food product designs at the village level can be carried out with the support of capital access, product innovation, consumer awareness, halal services, digital marketing and ancillary services.