“…Upaya pengolahan air buangan tambak udang intensif telah dikembangkan dengan menggunakan sistem resirkulasi (Castine et al, 2013;Hochheimer, 2003), kolam sedimentasi dan penggunaan kembali air buangan, serta mengkonstruksi lahan basah (Anh et al, 2010), sistem lahan basah buatan aliran air permukaan yang ditanami rumput vetiver, Chrysopogon zizanioides, L. (Rahardjo et al, 2015), pemanfaatan kekerangan, Crassostrea lugubris dan kerang hijau, Perna viridis, serta rumput laut Gracilaria fisheri untuk memperbaiki kualitas air buangan tambak udang (Songsangjinda, 2004), filtrasi oleh bivalve, Saccostrea commercialis (Jones et al, 2001), oyster, Cassostrea rhizophore (de Azevedo et al, 2015), lumut Enteromorfa flexuosa dan rumput laut, Gracilaria verrucosa (Devi & Gowri, 2007) atau melalui aplikasi teknologi bioflok (Crab et al, 2007;Krummenauer et al, 2014), serta penggunaan filter (Jegatheesan et al, 2006) dan teknik bioremediasi (Divya et al, 2015). Sebagian besar penelitian tersebut masih dalam skala laboratorium sehingga perlu ditingkatkan kapasitasnya untuk skala komersial.…”