Budaya Austronesia Di Indonesia Bagian Barat Dalam Kaitannya Dengan Migrasi Out Of Taiwan

Wiradnyana, Ketut

doi:10.24832/sba.v18i1.6

Cited by 9 publications

(8 citation statements)

References 0 publications

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…The similarity of the red-slipped pottery of Loyang Mendale and Loyang Ujung Karang in terms of decorative patterns and dating with the pottery at the Ban Chiang site in Thailand further corroborates the migration of Austronesian speakers through the WRM route. Moreover, according to Wiradnyana, there are fragments of red-slipped pottery that are dated older than the Minanga Sipakko site, the oldest prehistoric Austronesian site in Indonesia (Wiradnyana, 2017).…”

Section: Review the Construction Of The Textual Understanding Of Gayomentioning

confidence: 99%

See 1 more Smart Citation

Discourse on Gayo through Historical Narration: Linge Kingdom, Loyang Mendale, and Loyang Ujung Karang

Prasetiya¹,

Warto²,

Sudiyanto³

2022

IJSSHR

View full text Add to dashboard Cite

The construction of an understanding of Gayo is greatly influenced by how the discourse on Gayo is produced. Discourse about Gayo can only be traced through historical texts that document various narrations about Gayo. This study aims to describe how the historical discourse contained in the text is used as legitimacy in building constructions about Gayo. To analyze the various narratives about Gayo in the text, this research uses qualitative research methods with the DHA (Discourse Historical Approach). Through DHA, the construction of an understanding of Gayo in the present which was built based on historical discourse found the context. The results of this study indicate that: (1) the texts about Gayo which are grouped into three sets “Linge Kingdom Texts 1”, “Linge Kingdom Texts 2”, and “Loyang Mendale and Loyang Ujung Karang Texts” are narratively contradictory to each other; (2) the three sets of texts become a discourse that legitimizes its narrative based on historical events; (3) The “Text of the Kingdom of Linge 1” becomes the understanding of the dominant group in reproducing the understanding of the dichotomy between the Acehnese as the dominant group and the Gayo tribe as a minority through discursive practices.

show abstract

Section: Review the Construction Of The Textual Understanding Of Gayomentioning

confidence: 99%

“…Thus it can be concluded that there has been an exploration of the area carried out by the Hoabinhian group in the coastal area. The exploration of the area is very likely based on the subsistence pattern of the Hoabinhian group as food gatherers and gatherers (Wiradnyana, 2017).…”

Section: Review the Construction Of The Textual Understanding Of Gayomentioning

confidence: 99%

Discourse on Gayo through Historical Narration: Linge Kingdom, Loyang Mendale, and Loyang Ujung Karang

Prasetiya¹,

Warto²,

Sudiyanto³

2022

IJSSHR

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

“…Penyebaran ke wilayah barat kemungkinan mengikuti alur darat hingga ke Thailand kemudian mengikuti aliran Sungai Perak yang berhulu di wilayah Thailand mengalir sampai di wilayah Kerajaan Perak Malaysia, dan akhirnya sampai di kawasan Sumatera bagian utara. Alur lain yang dimungkinkan adalah melalui jalur China bagian selatan terus ke Taiwan kemudian ke Filipina untuk kemudian ke Kalimantan dan terus ke Sumatera bagian utara (Wiradnyana, 2017). Migrasi para penutur Austronesia tidak berhenti di Sumatera bagian utara tetapi terus menyebar ke selatan.…”

Section: Bukti-bukti Pewarisan Budayaunclassified

Pewarisan Teknologi Logam Pada Masyarakat Lampung

Saptono¹,

Barat²,

Rusyanti³

et al. 2020

Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat

View full text Add to dashboard Cite

Teknologi logam dikenal masyarakat mulai pada akhir masa bercocok tanam. Masa awal dikenalnya teknologi logam sering juga disebut masa paleometalik. Pada masyarakat Austronesia, teknologi logam sering kali dikaitkan pula dengan budaya Dongson. Kebudayaan ini berkembang dari Vietnam pada sekitar 1000 SM atau awal Masehi. Dari Vietnam menyebar ke seluruh Asia Tenggara termasuk nusantara. Beberapa benda hasil budaya Dongson yang ditemukan adalah berupa benda-benda perunggu seperti misalnya nekara, bejana perunggu, dan kapak perunggu. Pada masa-masa yang lebih muda yaitu pada masa Hindu-Buddha (Masa Klasik) di Lampung banyak juga ditemukan benda-benda logam. Pada benda-benda perunggu yang berasal dari masa paleometalik seperti nekara dan bejana perunggu mungkin merupakan benda impor. Berdasarkan benda-benda tersebut terlihat ada pewarisan budaya khususnya teknologi pengolahan logam (perunggu) dari masa paleometalik hingga masa Islam-Kolonial. Kajian ini berusaha untuk mengungkap adanya pewarisan budaya tersebut. Pengungkapan adanya pewarisan budaya akan diulas berdasarkan temuan-temuan hasil penelitian di kawasan Gunung Rajabasa. Berdasarkan ulasan tersebut akan diketahui adanya pewarisan budaya dimaksud

show abstract

“…Selanjutnya, wilayah Nusantara didatangi oleh bangsa Austronesia yang terjadi dalam dua gelombang migrasi (Wiradnyana, 2015). Proto melayu (melayu tua) merupakan sebutan untuk gelombang migrasi pertama yang terjadi sekitar 3000-1500 SM.…”

Section: Pendahuluanunclassified

Variation of Fingerprint Patterns of Kailinese and Torajanese Tribes in Palu and Sigi Regency, Central Sulawesi

Gulo¹,

Junitha²,

Setyawati³

2020

SIMBIOSIS

View full text Add to dashboard Cite

Penelitian variasi pola sidik jari Suku Kaili dan Toraja telah dilakukan di Kota Palu dan Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi pola sidik jari, Indeks Dankmeijer, Indeks Furuhata dan jumlah total sulur masyarakat Suku Kaili dan Toraja. Probandus dibagi menjadi tiga kelompok yaitu Kaili Da’a (rumpun Suku Kaili yang memiliki karakteristik fenotip menyerupai Ras Australomelanesoid), Suku Kaili lainnya serta Suku Toraja yang tergolong ras Mongoloid. Sampel sidik jari diambil menggunakan metode purposive sampling dengan total 180 probandus, terdiri atas 60 orang (30 laki-laki dan 30 perempuan) di setiap kelompok suku. Kesepuluh ujung jari tangan probandus digosok dengan kertas yang berisi gosokan pensil 4B, sidik jari diambil menggunakan selotip bening, kemudian selotip ditempelkan pada formulir probandus. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square dan uji Student-t. Hasil analisis sidik jari menunjukkan empat pola sidik jari ditemukan pada Suku Kaili dan Toraja. Frekuensi whorl tertinggi ditemukan pada Suku Toraja (50,17%), sedangkan Kaili Da'a dan Kaili lainnya memiliki frekuensi loop yang lebih tinggi. Analisis tipe whorl menunjukkan simple whorl merupakan tipe yang paling banyak ditemukan di ketiga populasi. Selanjutnya double loop whorl dan yang paling sedikit frekuensinya adalah central pocket whorl. Nilai Indeks Furuhata pada masyarakat Suku Toraja, Suku Kaili dan Kaili Da’a secara berturut-turut adalah 102,73; 57,37; dan 95,06 sedangkan nilai Indeks Dankmeijer secara berturut-turut adalah 1,99; 5,61; dan 2,77. Jumlah rata-rata total sulur pada masyarakat Suku Toraja, Suku Kaili dan Kaili Da’a secara berturut-turut adalah sebesar 134; 128,08 dan 133,56.

show abstract

Budaya Austronesia Di Indonesia Bagian Barat Dalam Kaitannya Dengan Migrasi Out Of Taiwan

Cited by 9 publications

References 0 publications

Discourse on Gayo through Historical Narration: Linge Kingdom, Loyang Mendale, and Loyang Ujung Karang

Discourse on Gayo through Historical Narration: Linge Kingdom, Loyang Mendale, and Loyang Ujung Karang

Pewarisan Teknologi Logam Pada Masyarakat Lampung

Variation of Fingerprint Patterns of Kailinese and Torajanese Tribes in Palu and Sigi Regency, Central Sulawesi

Contact Info

Product

Resources

About