Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang paling banyak diproduksi di seluruh dunia, produksi minyak kelapa sawit menyumbang 33,6 % dari produksi minyak nabati di seluruh dunia pada tahun 2013 (FAO 2015). Di Asia Tenggara, lahan untuk perkebunan kelapa sawit semakin diperluas. Selain itu, sebagai kontributor utama ekonomi dari beberapa negara berkembang, perluasan perkebunan kelapa sawit merupakan prioritas pemerintah di seluruh daerah tropis. Kelapa sawit dinilai sebagai sektor yang menyediakan pendapatan ke negara-negara berkembang secara pesat, dan merupakan anugerah ekonomi untuk ribuan orang di daerah pedesaan tropis, meskipun manfaat ekonomi tidak merata (Oudenhoven et al. 2011). Indonesia merupakan salah satu eksportir kelapa sawit terbesar di dunia. Perkebunan monokultur di Indonesia didominasi oleh perkebunan kelapa sawit dan HTI dengan laju ekspansinya melonjak 10 tahun terakhir, dimana tahun 2004 HTI masih seluas 5,9 juta Hektar, tahun 2010 telah mencapai 10,4 juta hektar. Perkebunan kelapa sawit sendiri dari 5,4 juta hektar tahun 2004 telah melonjak menjadi 12,5 juta hektar tahun 2012, 1 sedangkan menurut data dari FAO (2015), Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat dari 0,7 juta hektar pada tahun 1990 menjadi 6,5 juta hektar pada tahun 2012. Perkebunan kelapa sawit di wilayah Sumatera bahkan dijuluki sebagai "the heart of oil palm". Peningkatan perluasan perkebunan kelapa sawit ini didorong oleh meningkatnya permintaan dari hasil produk kelapa sawit untuk konsumsi manusia dan ternak, sebagai bahan untuk industri kosmetik, dan juga untuk biofuel (McCarthy 2010).