Di Indonesia, penyakit keganasan dengan angka kejadian tertinggi secara berurutan adalah kanker payudara dan kanker serviks. Berdasarkan data GLOBOCAN 2020, tercatat adanya 36.633 kasus baru dan 21.003 kematian akibat kanker serviks. Kanker serviks menimbulkan masalah kesehatan fisik maupun psikologis. Studi oleh Endarti W,et al. mendapatkan semakin berat stadium kanker, semakin berat depresi dan dampak pada proses penyembuhan dan survival rate. Namun Nufus menyatakan tidak terdapat hubungan antara stadium kanker dan kejadian depresi. Perbedaan hasil ini membuat peneliti tertarik untuk mencari hubungan antara stadium kanker dan depresi pada pasien kanker serviks. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional pada 56 pasien kanker serviks dengan kriteria inklusi pasien yang terdiagnosis menderita kanker serviks berdasarkan gambaran histopatologis, bersedia menandatangani informed consent, dan mampu berkomunikasi dengan baik, sedangkan kriteria eksklusi adalah memiliki riwayat diagnosis depresi, mengonsumsi obat antidepresan, memiliki riwayat penyakit kronis. Penilaian stadium kanker melalui wawancara dan penilaian depresi menggunakan Beck Depression Inventory II. Data dianalisis dengan uji chi-square dan Kolmogorov Smirnov dengan kemaknaan <0,05. Dari penelitian ini didapatkan, penderita terbanyak pada stadium IV yaitu 39,3% dan mengalami depresi berat yaitu 35,7%. Pada uji bivariat didapatkan nilai p = 0,010. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara stadium kanker dan depresi pada pasien kanker serviks.