FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: Urgensi Filsafat Bahasa Dalam Landasan Filosofis Pembelajaran Bahasa Arab

Abstract

The emergence of the analytic philosophy of language that developed by Ludwig Wittgenstein focused that the problem of philosophy is a problem of language. Philosophy of language as a linguistic discipline has a strategic position related to the development of language learning, including Arabic. By using library research methods, this study aims to describe the urgency of the philosophy of language and Arabic learning which resulted in several conclusions. First, in essence, language is a symbol system that is not only a sequence of empirical sounds but has a non-empirical meaning. Second, the relationship between philosophy and language occurs when philosophers most often use language analysis to solve philosophical problems. Third, the position of philosophy as the basis for analyzing language concepts and considering the central role of language in verbally expressing philosophical thoughts. Fourth, Arabic learning is in dire need of a philosophical foundation

Peranan Filsafat Bahasa terhadap Perkembangan Linguistik Terapan dalam Dunia Pendidikan

“…Menurut beberapa filsuf yang memiliki teori sendiri tentang filsafat bahasa, dapat disimpulkan bahwa filsafat bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan linguistik terapan dalam bidang Pendidikan. Filsafat bahasa memiliki dua pengertian yang berbeda, yaitu filsafat yang menggunakan bahasa sebagai alat untuk menganalisis konsep-konsep yang diungkapkan melalui bahasa, sehingga analisis itu secara alamiah terikat pada makna yang digunakan (Dinata & Budiarti, 2021). Bahasa memiliki ciri arbitrer dan konvensional, digunakan sebagai alat komunikasi, dan juga menjelaskan hubungan antara berpikir dan berbicara, antara fungsi bahasa ekspresif dan representatif (Edi Sumanto, 2017).…”

“…Adapun tahapan yang harus diketahui di dalam perkembangan linguistik atau ilmu bahasa yaitu belajar bahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang bahasa (Zainuddin, 2019). Berikut dipaparkan penjelasan tentang tahapan tersebut: 1) Peserta didik dapat mempelajari bahasa dari para pendidik yang memiliki kemampuan dan pemahaman yang baik tentang linguistik, 2) belajar melalui ilmu bahasa yang dimaksud adalah seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang bahasa dari hasil interaksi dengan orang lain baik dengan cara berdiskusi atau tanya jawab, 3) Belajar tentang bahasa artinya bahwa para pebelajar, peneliti, maupun ahli mempelajari tentang asal usul maupun masalah kebahasaan, (Dinata & Budiarti, 2021). Peran linguistik terapan dalam dunia Pendidikan adalah secara tidak langsung memberikan kontribusi yang nyata dalam pembelajaran Bahasa khususnya bahasa inggris dan linguistik.…”

“…Sifat aksiologi berperan penting dalam linguistik karena penerapannya yang luas dalam pendidikan, terutama bagi guru bahasa (Dinata & Budiarti, 2021). Bahasa tidak dapat dipisahkan dari linguistik, maka guru yang mengajar bahasa Inggris, Arab, Bahasa Indonesia perlu memahami linguistik secara umum agar guru dapat dengan jelas mengajarkan unsur-unsur yang berkaitan dengan semantik, sintaksis, morfologi, fonologi yang diajarkannya.…”

“…Oleh karena itu, fokus pengetahuan dan penyelidikannya adalah pada hakikat bahasa, termasuk perkembangannya. Namun berbeda dengan linguistik atau ilmu lingkungan yang juga membahas wacana gramatikal, dan filsafat kosa kata bahasa yang lebih mementingkan makna atau makna Bahasa (Dinata & Budiarti, 2021). Dalam perkembangan filsafat Bahasa mempunyai peran yang sangat jelas karena banyak menemukan kata-kata baru, sinonim, struktur kalimat dan juga singkatan serta ungkapanungkapan Bahasa yang mempunyai arti (Nugroho, 2018).…”

“…Analisis linguistik; 2) positivisme logis atau empirisme logis, aliran yang bertujuan untuk menentukan makna suatu pernyataan, bukan kebenarannya, karena sebuah kalimat dapat benar atau salah; 3) bahasa sehari-hari Filsafat Bahasa Biasa (The Ordinary Filsafat Bahasa), menurut proses ini, logika bahasa itu sendiri memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat menyentuh semua realitas dalam kehidupan sehari-hari. Ketiganya telah memberikan kontribusi yang sangat besar pada analisis bahasa atau pernyataan filosofis yang dihasilkan (Dinata & Budiarti, 2021). Hingga saat ini, teori-teori linguistik sebagai teori utama berdasarkan rujukan para peneliti, pemerhati, dan pengguna bahasa masih mengikuti landasan dari filsafat (Nugroho, 2018).…”