Katarak merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan adanya kekeruhan pada lensa mata. Selain karena penuaan, faktor lain yang terlibat dalam pembentukan katarak adalah diabetes melitus. Kondisi hiperglikemia berasosiasi dengan stres oksidatif yang berperan dalam proses pembentukan katarak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar HbA1C dengan reactive oxygen species (ROS) dalam serum darah dan gradasi katarak pada pasien katarak dengan diabetes melitus. Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan cross-sectional dan teknik consecutive sampling dengan subjek sebanyak 44 orang yang terbagi menjadi 4 kelompok berdasarkan kadar HbA1C: (1). HbA1C normal, (2). HbA1C terkontrol baik (<6,5%), (3). HbA1C terkontrol sedang (6,5-7.9%), dan (4). HbA1C terkontrol buruk (≥8%); dan 3 kelompok berdasarkan gradasi katarak. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan perbedaan signifikan (p < 0,05) rerata ROS pada masing-masing kelompok HbA1C. Kemudian dari hasil uji lanjut Mann-Whitney, tidak didapatkan perbedaan signifikan antara kelompok 1 dengan kelompok 2, 3, dan 4; terdapat perbedaan signifikan antara kelompok 2 dengan 3 dan 4; dan tidak didapatkan perbedaan signifikan antara kelompok 3 dan 4. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan negatif yang tidak signifikan antara kadar HbA1C dengan ROS pada kelompok 1 (p = 0,958, r =-0,016) dan pada kelompok 4 (p = 0,163, r =-0,477); hubungan negatif yang signifikan pada kelompok 2 (p = 0,04, r =-0,817); dan hubungan positif yang tidak signifikan pada kelompok 3 (p = 0,518, r = 0,232). Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (p > 0,05) rerata kadar ROS pada kelompok gradasi katarak II, III, dan IV. HbA1C dapat digunakan sebagai salah satu penanda peningkatan ROS pada pasien katarak diabetika, dimana tingginya kadar ROS diperkirakan akan menyebabkan peningkatan progresifitas katarak. Kata kunci: diabetes melitus, gradasi katarak, HbA1C, katarak, ROS.