“…Sejak sebelum tahun 2000-an, lebih banyak kajian yang terfokus pada aspek sosial saja, namun lambat laun terus berkembang ke aspek fisik, seperti yang dilakukan oleh Hildago & Hernandez (2001) dalam (Nuraini, 2016), Kusuma (2008 dalam (Nuraini, 2016), Teddy dkk (2008 dalam (Nuraini, 2016), Scannel & Giffordt (2010, dalam Nuraini, 2016, Raymond dkk (2010 dalam Nuraini, 2016) dan Sangalang (2013dalam Nuraini 2016. Fokus kajian place-attachment terus berkembang ke berbagai fokus dan lokus, diantaranya ke arah kajian persepsi lingkungan (Kyle dkk, 2004dalam Nuraini, 2016 dan (Dominicis et al, 2015), placeattachment di kawasan Pecinan (Fauziah dan Kurniawati, 2013dalam Nuraini, 2016, placeattachment sebagai identitas tempat (Hernández et al, 2007); (Ernawati, 2014); William, 2014 dalam Nuraini, 2016), tempattempat bernilai budaya (Nurhijrah, 2015dalam Nuraini, 2016 dan juga place-attachment yang terfokus pada bangunan khusus (Setiati et al, 2015). Keterikatan dengan tempat bagi sekelompok masyarakat yang bermukim di kawasan tepian sungai telah diungkap oleh Sangalang (2013 dalam Nuraini, 2016).…”