2017
DOI: 10.21043/quality.v5i2.3060
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Implementasi Pengembangan Enterpreneurship Dalam Kurikulum Prodi Pgmi Institut Pesantren Mathali’ul Falah Pati-Jawa Tengah

Abstract: <p><em>One of the problems faced by countries emerging is the number of people living in poverty. Therefore, poverty reduction a priority in the implementation of economic development. For Indonesia, the reduction of poverty is one measure of the success of development. Considering the number of the world's population in poverty, it is natural for poverty become an international problem. It proved , the PBB has set Millennium Development Goals ( MDGs ), where one of the goal is to reduce poverty . … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3

Citation Types

0
0
0
3

Year Published

2022
2022
2023
2023

Publication Types

Select...
3

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(3 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
3
Order By: Relevance
“…Pendidikan tinggi saat ini memiliki peran penting untuk dapat mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Problematika yang dihadapi saat ini adalah rendahnya kompetensi lulusan pada tingkat perguruan tinggi yang menyebabkan output belum memiliki kompetensi yang diharapkan dan cenderung memiliki daya saing yang rendah dalam dunia kerja (Ulya, 2017). Tampaknya, pendidikan tinggi saat ini masih belum mampu mencetak lulusan yang mandiri dengan jiwa entrepreneurship tinggi yang mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, sehingga saat ini dapat dikatakan bahwa secara dominan pendidikan tinggi masih mencetak pengangguran terdidik (Sutrisno dan Suyadi, 2016).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pendidikan tinggi saat ini memiliki peran penting untuk dapat mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Problematika yang dihadapi saat ini adalah rendahnya kompetensi lulusan pada tingkat perguruan tinggi yang menyebabkan output belum memiliki kompetensi yang diharapkan dan cenderung memiliki daya saing yang rendah dalam dunia kerja (Ulya, 2017). Tampaknya, pendidikan tinggi saat ini masih belum mampu mencetak lulusan yang mandiri dengan jiwa entrepreneurship tinggi yang mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, sehingga saat ini dapat dikatakan bahwa secara dominan pendidikan tinggi masih mencetak pengangguran terdidik (Sutrisno dan Suyadi, 2016).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Penyebab masih tingginya jumlah pengangguran pada tingkat pendidikan tinggi disebabkan oleh pola pikir mahasiswa yang sebagian besar masih ter-mindset untuk menjadi seorang karyawan yang bekerja di kantor atau perusahaan besar (BHP UMY, 2015). Hal tersebut semakin didukung dengan kenyataan bahwa lulusan perguruan tinggi cenderung dipersiapkan sebagai pencari kerja (job seeker) daripada sebagai pencipta Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro lapangan pekerjaan (job creator) di Indonesia (Ulya, 2017). Padahal jumlah wirausaha itu sangat penting bagi terwujudnya pembangunan suatu negara (Rifa'i, 2019).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Apabila santri tidak mendapatkan pendampingan dikhawatirkan berpengaruh dalam pengembangan keterampilan motorik dalam bidang pertanian dari kegiatan tersebut maka akan berpotensi menjadi pengangguran di masa depan. Seorang alumni suatu bidang pendidikan di masa depan diharapkan tidak hanya menjadi seorang pencari kerja tetapi sudah harus mampu menjadi pencipta lapangan kerja (Ulya, 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified