Kondisi flat foot banyak terjadi pada anak-anak. Meskipun seringkali tidak menimbulkan gejala, jika kondisi tersebut menuju tahap yang lebih serius, keadaan tersebut dapat mengganggu fungsi kaki. Sehingga dibutuhkan adanya deteksi untuk mengetahui kondisi flat foot lebih awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko flat foot pada anak umur enam sampai sepuluh tahun di Kecamatan Sukajadi. Metode potong-lintang deskriptif kuantitatif pada 326 anak yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di SD Citrawinaya, Sejahtera 1, Sukagalih 5, Sarijadi Selatan 1, dan Sukasari 1 sejak bulan September sampai Oktober 2016. Setelah mendapat persetujuan dan identitas anak, dilakukan pengukuran tinggi, berat badan serta pengecapan kaki. Status gizi diinterpretasi berdasarkan klasifikasi WHO. Sedangkan kondisi flat foot diidentifikasi menggunakan Denis grades. Dari 326 anak yang diikutsertakan, kondisi flat foot terjadi pada 129 (40%) anak. Anak laki-laki lebih banyak mengalami flat foot (23,78%) dibandingkan perempuan. Flat foot lebih banyak terjadi pada anak umur tujuh tahun (9,28%), anak dengan status gizi overweight (13,69%), dan pada anak dengan anggota keluarga yang memiliki riwayat flat foot (26,67%). Angka kejadian flat foot pada anak di Kecamatan Sukajadi masih cukup tinggi pada kelompok yang berisiko seperti laki-laki, umur lebih muda, status gizi overweight, dan adanya riwayat flat foot pada keluarga.Kata kunci: anak, faktor risiko, flat foot