This research aimed to know awareness of teachers (lecturers) specifically on subject of Financial Accounting including recognition, measurement, and reporting of "interest". Muslims believe that interest is forbidden as riba. Indeed, the practice of interest is not limited as Islamic issue, but it is viewed as universal issue based on housing bubble price cycle that may affect all sectors. By employing postphenomenology as well as thought of Don Ihde, this research involving five diversified informant. The results showed that the subjects of Financial Accounting lecturer (Muslim) still stuck on "technology" (term of Ihde) in the form of international curriculum standards, reference books, and subject (course) planning.© and Secular Goals". Berbeda dengan penelitianpenelitian tersebut, penelitian ini ingin mengamati sejauh mana kesadaran muslim (diwakili oleh dosen) atas praktik riba dalam kehidupan seharihari. Kekhawatiran yang muncul atas ketidaksadaran atau justru "sengaja tidak menyadarkan diri" untuk mengenalkan, mengajarkan, bahkan mempraktikkan riba. Melalui penelitian ini, diharapkan akan dapat menemukan benang merah tentang apakah Islam kini hanya dimaknai sebagai teori yang mengarah pada sekulerisasi, atau memang Islam telah meliputi seluruh sendi kehidupan yang bersifat "sakral" (meminjam istilah Haniffa dan Hudaib 2010) dengan mengeksplorasi kesadaran muslim tentang riba. Proses penggalian ini dilakukan dengan meneliti apakah larangan riba hanya dimengerti secara teori definitif seperti yang dijelaskan dalam mata kuliah Agama, ataukah subjek peneliti memang benarbenar sadar akan hal ini yang terefleksi dari kehidupan mereka melalui aktivitasnya sebagai dosen.Ilmu sosial, ada pula yang menyebut "humaniora", lebih spesifik ilmu akuntansi diyakini sebagai tools yang bebas nilai (Mulawarman, 2013). Hal serupa disitir pula oleh Nofianti (2012) dari Sudibyo (1987) yang menyimpulkan bahwa akuntansi memang diyakini sebagai teknologi. Sebagai konsekuensinya, akuntansi dinilai sebagai suatu ilmu yang berhubungan dengan hal teknis yang tidak dapat memengaruhi suatu peradaban. Akuntansi dianggap hanya sebagai alat, benda mati, yang tidak memiliki kekuatan. Ini tercermin dari siklus akuntansi yang hanya sarat dengan angka, akun, jurnal dan berakhir di laporan keuangan. Berbeda dengan pandangan ini, peneliti lain seperti Triyuwono (2000), menilai sebaliknya, bahwa akuntansi tidak bebas nilai. Akuntansi bukan lagi dianggap sekedar alat, namun ilmu ini dapat mengubah suatu peradaban. Akuntansi akan menjadi baik jika si pengguna