AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana masyarakat Manggarai menggunakan konsep matematika dalam pembuatan atap rumah adat Manggarai dan apa saja konsep matematika yang terdapat dalam atap rumah adat Manggarai. Model peneliatian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Etnografi. Pemilihan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Keabsahan data diperoleh melalui reliabilitas data juga melalui reliabilitas pendukung lainnya seperti teori dan fakta di lapangan juga melalui expert judgement sebagai orang yang mengakui keabsahan data penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembuatan rumah adat Manggarai terdapat 3 aktivitas matematika yang dilakukan yaitu mendesain, menghitung, dan mengukur. Selain itu, konsep matematika yang terdapat dalam rumah adat Manggarai yaitu konsep bangun datar yang terdiri dari bangun datar segitiga, trapesium serta lingkaran, konsep jarak, konsep sejajar, berpotongan, dan saling tegak lurus serta konsep bangun ruang (limas).
AbstractThis study aimed to reveal how the Manggarai community used mathematical concepts in making the traditional house (Mbaru Niang) roof of Manggarai people and what were the mathematical concepts contained in it. This research used a qualitative approach with ethnographic methods. The selection of subjects in this study used purposive sampling technique. Data obtained by interviewing, observing and documenting. The validity of the data is supported through theory and facts in the field and also through expert judgment. The results showed that in the stages of the process of making the traditional house roof of Manggarai there were 3 activities that had a mathematical nuance namely designing, numerating and measuring and the mathematical concepts contained in the traditional house roof were the concept of the shapes namely triangles, rectangles, trapezoid and circles, the concept of distance, the concept of parallel lines, and lines and the pyramid.
PENDAHULUANMatematika awalnya dikembangkan oleh masyarakat untuk keperluan hidupnya yang akhirnya berkembang dan kemudian dipelajari di sekolah (Barton, 1996;Safitri, 2015;Aikpitanyi & Eraikhuemen, 2017). Oleh karena itu perkembangan matematika tidak terlepas dari perkembangan budaya manusia. Aikpitanyi dan Eraikhuemen (2017) menyatakan bahwa pendekatan budaya terbukti sebagai salah satu strategi pembelajaran