Kharisma yang dimiliki kyai merupakan salah satu power yang dapat menciptakan pengaruh dalam masyarakat. Ada dua dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu: Pertama, kharisma yang diperoleh oleh seseorang kyai secara given, seperti postur tubuh besar, suara yang keras dan mata yang tajam serta adanya ikatan genealogis denga kyai kharismaik sebelumnya, Kedua, kharisma yang diperoleh melalui kemampuan dalam penguasaan terhadap pengetahuan keagamaan disertai moralitas dan kepribadian yang saleh, dan kesetiaan menyantuni masyarakat. Dalam dinamika pesantrem, predikat kyai yang berhubungan dengan suatu gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki ilmu pengetahuan mendalam tentang ajaran agama Islam atau menjadi pemimpin pesantren, kini telah terkontaminasi oleh pengaruh globalisasi yang mampu menghadirkan gejolak atau konflik, baik secara individu maupun kelompok. Dari hasil yang diperoleh, transformasi representasi identitas kepemimpinan kyai dalam hubungan atasan dan bawahan kini mulai terkikis dengan adanya transformasi globalisasi yang masuk ke dalam dunia pesantren. Pergeseran etika dalam hubungan atasan dan bawahan ditunjukkan dengan bentuk transformasi kepemimpinan yang terlihat dengan bagaimana cara kyai menginstruksikan bawahannya dengan tidak menggunakan tangan kanan sebagi penunjuknya. Hal lain juga digambarkan pada tingkah laku seorang kyai dengan semena-mena memerintahkan bawahannya dengan nada suara tinggi sehingga terkesan “makon” dalam bentuk perintah. Kata kunci: Transformasi, representasi identitas, kepemimpinan Kyai