Kemampuan pemecahan masalah merupakan kecakapan matematika yang wajib dikuasai siswa karena merupakan tujuan pembelajaran matematika. Penting bagi seorang guru untuk mengetahui sampai di mana tahap penyelesaian masalah yang dapat dilakukan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP di Kecamatan Bantan serta kesulitan siswa ketika memecahkan masalah. Tes yang diberikan adalah soal berbasis penyelesaian masalah. Hasil tes dianalisis menggunakan tahap dan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Polya. Prosedur pemecahan masalah menurut Polya yaitu: memahami permasalahan, membuat rencana/strategi, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pemeriksaan kembali termasuk membuat kesimpulan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Populasi penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII di Kecamatan Bantan berjumlah 300 siswa, dengan sampel sebanyak 55 siswa dari 3 sekolah. Teknik purposive sampling menjadi dasar pemilihan sampel. Data dikumpulkan menggunakan teknik tes dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berkemampuan tinggi adalah 74,10 dengan kategori baik, siswa berkemampuan sedang 50,63 dengan kategori cukup, dan siswa berkemampuan rendah 22,15 dengan kategori kurang. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan masalah diantaranya adalah tidak memahami konsep, sulit menentukan rencana pemecahan masalah, sulit menentukan rumus yang akan digunakan, sulit menyelesaikan proses perhitungan, dan tidak pernah mengecek kembali jawaban yang diperoleh. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis pada sebagian besar siswa masih rendah. Guru harus menggunakan strategi mengajar dan mengembangkan media pembelajaran yang mampu mengatasi kesulitan siswa dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis.