Penggunaan energi fosil yang berlebihan menjadikan ketersedian sumber energi tersebut semakin menipis. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, seperti menyediakan energi alternatif yang dapat diperbahurui, melimpah jumlahnya, dan ekonomis. Salah satu sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan adalah biobriket dari biomassa. Pada penelitian ini, biomassa yang digunakan yaitu enceng gondok dan sabut kelapa dengan menggunkan lem kayu sebagai perekat. Nilai kalor enceng gondok masih rendah maka untuk meningkatkan nilai kalornya dilakukan penambahan sabut kelapa. Konsenterasi perekat adalah 10% dari massa total sampel dengan ukuran partikel 20 mesh untuk ketiga variasi perbandingan antara enceng gondok dan sabut kelapa yaitu 1:1, 3:1 dan 1:3 berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biobriket dengan perbandingan 1:1, 3:1 dan 1:3 memiliki nilai kalor sebesar 4990 kal/g, 4749 kal/g dan 5312 kal/g berturut-turut. Nilai kalor 5312 kal/g sudah sesuai standar SNI 01-6235-2000. Sampel yang memiliki nilai kalor tertinggi tersebut disebabkan oleh komposisi sabut kelapa yang paling banyak diantara sampel lain. Sampel dengan kalor tertinggi memiliki kadar air, kadar abu, kadar zat terbang dan kadar karbon padat sebesar 9%, 12%, 60%, dan 19% berturut-turut.Excessive use of fossil energy results decrease of energy resources. Therefore, an alternative energy is studied to reduce the dependent on fossil energy. Alternative energy has the characteristics such as renewable, abundant and economist. One of the alternative energy that could be developed is biobriquette from biomass. In this research, biobriquette is synthesized from both water hyacinth and coconut husk, wood glue as adhesive. Due to the calorific value of water hyacinth that is relatively small, coconut husk is added, wood glue is used to improve the value. Glue’s concentration is 10% of the total sample’s mass with 20 mesh particle size for three samples with ratio between water hyacinth and coconut husk is 1:1, 3:1 and 1:3, respectively. The result shows that biobriquette with the ratio 1:1, 3:1 and 1:3 has a calorific value of 4990 cal/g, 4749 cal/g and 5312 cal/g, respectively. The 5312 cal/g is match to SNI 01-6235-2000 standard and that the highest value is the effect of the largest amount of coconut husk than the other samples. Biobriquette that has the highest calorific value has the inherent moisture, ash content, volatile matter and fixed carbon 9%, 12%, 60% and 19% respectively.