2015
DOI: 10.22302/jpk.v33i2.179
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Pengujian Biofungisida Berbasis Mikroorganisme Antagonis Untuk Pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet

Abstract: Penyakit jamur akar putih (JAP) merupakan salah satu penyakit penting di perkebunan karet Indonesia karena dapat menyebabkan kematian tanaman dan kerugian ekonomi yang cukup tinggi. Salah satu usaha pengendalian penyakit JAP adalah pengobatan tanaman sakit dengan menggunakan biofungisida. Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui efektivitas biofungisida berbahan aktif beberapa mikroorganisme antagonis terhadap penyakit JAP pada skala laboratorium, rumah kaca, dan lapangan. Penelitian dilaksanakan di Balai Pe… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2

Citation Types

0
0
0
3

Year Published

2017
2017
2022
2022

Publication Types

Select...
3

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(3 citation statements)
references
References 3 publications
0
0
0
3
Order By: Relevance
“…Potensi beberapa klon karet yang memiliki ketahanan juga telah diketahui, namun tingkat insidensi penyakit semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya umur tanaman (Akpaja dan Ogbebor 2020). Meskipun masih dalam taraf pengujian di laboratorium, beberapa cendawan dan bakteri antagonis diketahui berpotensi dalam pengendalian patogen busuk akar putih (Jayasuriya dan Thennakoon 2007;Ubogu 2013;Kusdiana et al 2015). Selain itu, fungisida berbahan aktif biopolimer oligokitosan dapat menghambat perkembangan R. lignosus secara in vitro (Widiantini et al 2016).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Potensi beberapa klon karet yang memiliki ketahanan juga telah diketahui, namun tingkat insidensi penyakit semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya umur tanaman (Akpaja dan Ogbebor 2020). Meskipun masih dalam taraf pengujian di laboratorium, beberapa cendawan dan bakteri antagonis diketahui berpotensi dalam pengendalian patogen busuk akar putih (Jayasuriya dan Thennakoon 2007;Ubogu 2013;Kusdiana et al 2015). Selain itu, fungisida berbahan aktif biopolimer oligokitosan dapat menghambat perkembangan R. lignosus secara in vitro (Widiantini et al 2016).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Membersihkan lahan dari tunggul dan sisa akar dari areal perkebunan secara mekanik efektif menekan penyakit, tetapi belum dapat diadopsi oleh kebanyakan petani karena biaya yang mahal (Natawijaya 2007;Hashim dan Malik 2007). Mikrob antagonis seperti cendawan Trichoderma spp., Paecilomyces lilacinus, dan bakteri Bacillus subtilis dilaporkan dapat secara parsial mengendalikannya (Fairuzah et al 2014;Kusdiana et al 2015), tetapi keefektifannya tidak konsisten dan tidak bertahan lama (Suwandi 2008). Tindakan pencegahan berupa pengurangan jumlah inokulum pada tunggul seperti penggunaan bahan kimia untuk meracuni tunggul tua juga kurang efektif (Fox 1977).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa aplikasi biofungisida T. virens (Tv1) dengan bahan pembawa talk yang diaplikasikan melalui perlakuan benih (seed treatment) tomat secara nyata dapat mengurangi kejadian penyakit layu fusarium sebesar 54,66% (Christopher, Raj, Rani, & Udhayakumar, 2010) dan pada tanaman tomat efektif menekan kejadian penyakit layu fusarium sebesar 15,33%-25,50% (Sundaramoorthy & Balabaskar, 2013). Aplikasi biofungisida T. viride, T. harzianum, Paecilomyces lilacinus, dan Bacillus subtilis yang dikombinasikan dengan pupuk hayati dapat menurunkan intensitas penyakit JAP sebesar 5,56% (Kusdiana, Munir, & Suryaningtyas, 2015). Pengendalian JAP pada tanaman karet dewasa menggunakan biofungisida endohevea (T. koningii, T. viride, dan T. harzianum) dengan dosis 1 tablet per 5 tanaman yang diulang setiap 3 bulan, terbukti lebih efektif dan efisien dalam menekan serangan JAP dengan tingkat persentase kesembuhan penyakit mencapai 78,94% (Fairuzah, Dalimunthe, Karyudi, Suryaman, & Widhayati, 2014).…”
unclassified