“…Wilayah kelola perairan berbasis masyarakat tidak hanya terikat dengan pengistilahan lokal tetapi juga melekat pada praktik pengelolaan wilayah yang dilakukan oleh kelompok/komunitas dengan tujuan perlindungan wilayah dan habitat, pemanfataan perikanan berkelanjutan, serta aktivitas lainnya yang mencakup upaya pengelolaan laut yang lestari. Beberapa wilayah kelola perairan/laut berbasis masyarakat di wilayah Indonesia diantaranya Panglima Laot di Aceh (Apriana, 2016;Puspita, 2017;Munar, 2018;Pranita, et al, 2021), Mulung di Nusa Tenggara Timur (Maruli, et al, 2021;Plaimo, et al, 2020;Wabang, et al, 2019) Awig-Awig di Bali dan Nusa Tenggara Barat (Asmara, et al, 2018;Putri & Citra, 2018;Wirasandi, et al, 2021), Sasi di Maluku (Gazali & Ruban, 2021;Soulisa, 2021;Badarudin, et al, 2021), serta Kaombo di Pulau Sulawesi (Estradivari, et al, 2022;Mustari & Manaf, 2019); Tenri, et al, 2019).…”