Jerawat dan kulit kusam akibat paparan sinar matahari merupakan permasalahan kulit yang kerap dialami oleh individu. Penggunaan skincare dan krim antibiotik berbahan kimia menjadi salah satu alternatif yang banyak digunakan, namun efek samping seperti iritasi kulit dan resistensi menjadi permasalahan baru sehingga mendorong dilakukannya penemuan produk baru berbasis senyawa bahan alam. Daun asam jawa berpotensi dijadikan bahan antijerawat dan tabir surya karena mengandung senyawa fitokimia seperti fenolik, flavonoid, saponin, dan vitamin C. Jumlah kandungan senyawa tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya ekstraksi dan fraksinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan potensi aktivitas antijerawat dan tabir surya antara ekstrak dan fraksi daun asam jawa, adapun parameter antijerawat dilihat dari aktivitas penghambatan terhadap bakteri penyebab jerawat (Staphylococcus epidermidis ATCC 12228) menggunakan metode difusi agar pada konsentrasi 1%, 3%, 5%, sedangkan aktivitas tabir surya dilakukan dengan penentuan nilai SPF secara in vitro untuk melihat seberapa besar kemampuannya dalam melindungi kulit dari paparan sinar UV B. Ekstraksi daun asam jawa dilakukan dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, sedangkan fraksinasi dilakukan menggunakan pelarut etil asetat. Hasil skrining fitokimia dan KLT menunjukkan bahwa keduanya mengandung senyawa polifenol, flavonoid, dan saponin dengan nilai SPF 22,65 pada ekstrak dan 18,37 pada fraksi daun asam jawa. Hasil pengujian aktivitas anibakteri juga menunjukkan bahwa ekstrak memiliki diameter daya hambat yang lebih besar dibandingkan fraksi. Hal ini kemungkinan karena ekstrak mengandung senyawa yang lebih kompleks dibanding fraksi.