Parameter kualitas air laut meliputi suhu, salinitas, pH, dissolved oxygen (DO), dan kekeruhan (turbiditas) merupakan faktor penting yang harus diukur secara kontinu untuk memonitor kondisi laut dan dampaknya bagi biota laut. Karang merupakan salah satu biota laut sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air laut, khusunya suhu permukaan laut. Kondisi air laut yang melebihi ambang batas yang dapat ditolerir oleh karang, diduga dapat menghambat laju pertumbuhan maupun proses resiliensinya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memahami kondisi oseanografi dan kesesuaiannya dalam mendukung ekosistem terumbu karang. Pulau Pari dipilih menjadi area kajian karena wilayah ini memiliki keanekaragaman ekosistem terumbu karang yang cukup tinggi. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kualitas air laut pada bulan Maret dan Juni 2015 di tiga stasiun pengamatan utama yaitu PR01 (Daerah Perlindungan Biota Laut), PR02 (Goba Pulau Tikus), dan PR03 (Bintang Rama) yang merupakan lokasi ekosistem terumbu karang. Selain itu dilakukan pula pengukuran di 14 stasiun pengamatan untuk mengetahui pola kualitas air secara spasial. Studi ini menghasilkan informasi suhu permukaan laut berada pada rentang 28.5 hingga 29.5 oC; salinitas air laut berada pada rentang 29.0 hingga 30.5 psu; pH berada pada rentang 8.3 hingga 8.43 satuan; turbiditas berada pada rentang 0 hingga 1.4 NTU; dan DO berada pada rentang 4 hingga 5.3 mg/L. Kualitas air laut pada dua bulan tersebut masih sesuai dengan baku mutu air laut khususnya bagi karang, yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia, kecuali untuk parameter DO pada bulan Juni 2015 yang berada di bawah ambang batas minimum.